Monday 2 June 2014

PROLOGUE

Dahulu itu aku masih umur 2 setengah tahun saya bisa bicara. Walaupun seusia bayi ini membawa jalan menuju masa depan. Tapi anehnya dulu di Jember ini belum bisa melihat suasana dunia ini. Ini dunia apa atau belaka, pernah di alami masa kecil anak bayi masih minum susu dengan cara mencucu mulut bayi. Seperti susu putih bisa berkhasiat untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuh, suatu itu saya bisa jalan dengan sendirinya. Sedikit demi sedikit bisa menguasainya. Tapi buruknya saya dulu dapat mencelakai tubuhku. Ketika di ajak jalan-jalan yang terlihat lagi melihat kota-kota yang paling indah persis kota Jakarta. Abadinya kota Jember ini kota bersih di banding kota Pahlawan masih ada lingkungan yang kurang sehat, Ada yang Bonek yang mendukung arek persebaya. Tetapi aku gak pernah mendukung bonek itu. Karena kota bonek itu merusak moral tiap saat maupun selamanya. Seusia tumbuh itu pingin mendidik di SD. Ketika di SD saya merasa melihat murid lainnya bengok semua. Gue gak tau kenapa aku liat seperti itu? murid lainnya belum melihat aku sosok orang GJ(gak jelas). Mokapku melirih ke depan hadapan guru. Tapi guru malah bicara dengan dia. "Dek,kenapa ada kurang ngerti tentang pelajaran ini?" tanya Guru. Akupun menjawab "Ya,tapi gak tau mau belajar di sini tapi masih belum tahu tentang itu." Ekspresi pada guru itu kurang sosialisasi di sekolah. Sebab sekolah yang berbasis islam ini memperkuatkan moral baik jasmani dan rohani. Tapi gak ada satupun yang pintar di kota ini. Dan aku pun tidak bisa bersekolah karena mental dan moralnya agak rendah. Dan juga mengetahui gue harus mendidik dimana yang berada? tapi aku pun mengikuti temannya.

Entahlah tujuanku yang engkau di tuju langkah awal untuk menuju masa depan adalah mengikuti sekolah dengan adikku. Hanya capai satu titik pun lekas lanjut. Tanpa putus asa pada waktu maka aku luangkan waktu untuk sekolah. Tapi aku semangat dalam sekolah dengan membuka mulut dan bilang "HOREEEEE!" aku tau ledakkan hati ke hati terlalu susah di ingetin kalo bertemu dengan orang pas di jalan, sayangnya pasti belum berani untuk komunikasi dengan orang lain, semudah itu. Pas kecil dia terlalu sulit menjalani sekolah yang lebih baik karena si A ini keluhan masih banyak, masalah pun juga banyak, dia sih masih berusaha untuk menyayanginya, si B juga keluhan masih dikit agar teman-teman ajak bermain dia masih bangga banget, semangat di pagi hari masih jauh, supaya sehat gue tiap hari minum susu untuk meningkatkan tubuh bukan dadanya nyeplak, seperti gue pernah di kurung dengan ibu pas main atau apa. Jenjang masih jauh harapannya, jelajah jember untuk mengetahui betapa luas gunung,pasar, dan kota ini, orang jember punya komunikasi berbeda-beda tapi butuh sosialisasi, 'foundasi di jember ini sungguh menakjubkan bagaikan bunga petik di mana-mana' di ungkapkan gue, "apanya kota ini masih luas pemandangan di kota teladan ato apa itu?" jawab si C. Gue gak tau si C ini tega sekali mengejek kota atau apa beginian dalam suasananya jelek, "hey you Cecak, kenapa di gunung aja biar di kasih sate panggang kayak loe." kata gue sambil mengejek si C, "Hey kampret, loe juga ke neraka biar tau di siksa orang tak berdaya." jawab si C sambil membalasnya.

Beliau itu baik dan sabar, tapi gue kadang sabar kadang tidak bikinnya teladannya naik turun, Level memahami masih jalan saking level naik maka masa depan akan berjalan hingga akhir waktu. System pada belajar mulai proses, gue dan adikku menjalani sekolah pasti meraih dapat generasi emas agar para pelajar bisa meraih mimpi di masa depan.

Pemuda Pulang Kampung walau Orang Tua Tiada

Pemuda itu berjalan, langkahnya berat dan lesu, Di kota besar, dia mencari pekerjaan, namun tak kunjung berhasil, Hatinya penuh kekecewaan, ...