Sunday 30 December 2018

Bila Menimpa Musibah, Siapa yang Merawat Tanah Air?

Semenjak waktu dijalani setahun ini membawa duka
Mengharumkan wilayah yang tertimpa gempa
Berbagai drama terjadi sepanjang peristiwa
Memusnahkan benda yang tidak berlaku lagi
Membongkar sindikat narkoba
Sepanjang malam ditenggarai bencana alam
Memudar jalan diterjang longsor

Saat banjir bandang datang jembatan penghubung dua jalan telah putus
Warga sudah kehilangan harapan melewati jembatan
Beberapa bangunan rumah sebagian runtuh
Salah satu laut tercebur karena kapal kelebihan muatan tanpa izin
Menelan puluhan korban jiwa yang tenggelam di lautan misterius
Sungguh jawaban tak kunjung usai

Tanah telah runtuh total
Sudah kehilangan tempat tinggal akibat diguncang bencana
Hampir mengungsi di tenda
Menjalani hidup tanpa rumah
Rasanya menangis air mata hingga kembali seperti semula
Hanya berlindung pada Tuhan
Selalu menyelamatkan tanah air dari maraknya musibah
Sepanjang tahun mengundang kiamat
Siapa yang merawat kita
Semoga musibah tidak selalu terulang

Surabaya, 2018

Si Anak Penjaga Gerbang

Sebuah drama datang dari seberang
Seorang anak kecil berjaga di pintu
Sebuah hidup tidak lepas dari orang normal
Lantaran kemampuan sebatang kara
Ia tidak punya orang tua apalagi teman dekat
Setiap hari menghabisi waktu dengan bertatap pengendara di jalan raya

Hampir kelaparan dari pagi hingga malam
Menyentuh pagar tanpa henti
Tiada menganggu kenyamanan warga
Tetapi ia butuh makanan
Minuman
Dan keperluan lainnya
Dana kurang mengantongi
Maka ia menerima takdir sebagai anak kecil yang sudah pasrah pada Tuhan
Ia berharap menjemput impian kelak

Sampang, 2018

Pantai Impian

Sebuah pantai yang tinggal dengan pemandangan indah
Disambut lautan ombak mengguncang pasir
Manusia duduk di pasir lantaran laut sedang berombak bolak-balik
Tidak hanya bermain setiap jam
Betapa gemuruh angin mengusap mimpi

Seperti menatap impian yang ditatap pagi bersinar
Burung berterbangan di langit
Seperti layaknya terbang pada masa depan
Bersentuhan dengan Tuhan
Mengalir alam begitu menakjubkan
Seperti inilah udara menggugah samudera
Yang akan menjemput hari yang segar
Sesungguhnya pantai ini datar bertabur impian
Di kawasan pesisir pantai telah ramai
Menyaksikan keindahan bertatap surgawi
Pantai akan dijadikan destinasi saat berlibur bersama keluarga

Surabaya, 2018

Berisik!

Berisik!
Terdengar suara yang tertancap di halaman rumah
Menceritakan basa-basi
Mengucap drama yang menggoda nafsu antara Ibu dan bayi
Dengar suara anak kecil merengek-rengek
Bahkan bermain jerit hingga melantunkankan suara hantu yang terpenggal dalam kepala ibu

Berisik!
Aku sudah mengganggu kalian
Bacaan kurang terarah
Gara-gara tinggal di rumah dekat tetangga
Tak bisa pindah ke tempat lain
Namun apa yang harus lakukan bila suara tak diam
Tergeletak hati yang mau diamputasi
Sehingga jauh dari sini
Aku tidak bertahan di rumah dengan keadaan berisik
Otak kalian diremas dengan gangguan hawa nafsu
Aku akan keluar dari sini
Aku menunggu malam hingga sunyi
Ku berharap berisik akan hilang seketika

Surabaya, 2018

Saturday 29 December 2018

Tanah Air telah Berduka

Selama tahun ini tanah kembali berduka
Duka mengguncang Brebes
Menelan korban jiwa akibat gempa
Beberapa rumah telah roboh

Beralih di pulau seribu masjid
Kini bangunan di sekitar pendesaan hampir retak
Suasana telah roboh
Hal yang menjadi kepedihan bagi warga yang mengalami kehilangan harapan
Apalagi ditinggal bangunan retak
Selamat beribadah tiba-tiba tanah bergetar dan menyasar korban hampir terluka

Peradaban tergeletak
Intisari hidup makin resah
Tenggang lah suasana warga hampir trauma
Bencana demi bencana selalu terjadi tanpa diprediksi kapan musibah telah terjadi
Hanya Allah melindungi dalam naungan Alquran
Semoga tanah air terkenang oleh sejarah

Surabaya, 2018

Sepanjang Tahun Mengguncang Bencana Alam

Tahun ini bencana alam kembali terjadi
Setelah menggores tinta hitam mengguncang gempa bumi
Bangunan hampir retak total
Hampir berduka disambut mayat ditelan gempa
Sebuah takdir yang tak bisa dijelaskan
Seperti menanti kiamatmu

Semula terkenang telah merobohkan kota
Akan tetapi dunia sedang sakit
Lama bersemi pasca musim kemarau akan berakhir
Langit berbolak-balik segala
Belum kunjung tuntas bagaimana bencana segera terjadi
Sewaktu-waktu alam akan terus mengguyur hujan dan retakan tanah seketika

Surabaya, 2018

Tersyiar dalam Kubur

Ketika kubur berdiam
Seakan-akan tanah sedang bergoyang
Menanti bulan purnama menutupi awan
Penampakan telah datang dengan bayangan hitam
Dengan wajah kejam dan luka tak tahu letaknya
Membunuh orang yang berdiri di sana
Berlari kencang serasa keluar dari hantu
Buntu dan tak ada jalan lain
Tubuh dicekik hingga menghabisi nyawa sadis
Sampai mati tanpa bangkit
Inilah kubur adalah tempat mistis saat malam hari datang
Saatnya untuk mereka yang akan merenggut nyawa
Hantu tak tahu bersembunyi dimana

Surabaya, 2018

Drama Tsunami Selat Sunda


Belakangan ini di penghujung tahun ini ditengah melanda tsunami selat Sunda
Laut telah merobohkan rumah, bangunan, penduduk, hingga suasana liburan hampir rapuh
Rasanya hampar bila ditelan ratusan korban
Beserta gunung anak Krakatau hampir meletus kian dahsyat
Musibah mewarnai kejadian ketiga di tahun ini
Menghubungkan antara Banten dan Lampung

Semestinya musim hujan mengguyur kota
Cuaca buruk keadaan akan memburuk
Disambar kiamat yang menanti kita
Dibantu oleh petugas penyelamat bencana yang mengevakuasi korban tsunami
Bumi tak bisa diprediksi
Hidup di dunia disuguhkan tantangan global
Laut belum bergembira
Karena suatu saat tsunami tak akan terjadi
Mewarnai sejarah baru
Tsunami akan menerjang setiap waktu
Takdir akan digetarkan bila suatu terjadi tanpa waktu dan kejadian

Surabaya, 22 Desember 2018

Tuesday 11 December 2018

Sampaikan Kata terakhir untuk dia

Ku bisa senandung karena hilang nyawa
Kasih terlepas jauh dari rindu
Belum mampu menemukan dirinya
Langsung meneteskan nama sambil mengucapkan nama
Tak biasa dilakukan selama ini
Tapi sudah terlambat bila ia engkau kenang
Sampaikan kata terakhir untuk dia

Seketika jasad akan dikuburkan hari ini
Lalu mengucapkan doa untuk menikmati istirahat terakhir untuk selamanya
Saat ini juga melepas dari kecintaan
Berujung sendiri bersama keluarga yang masih hidup
Selama masih ada dalam kehidupan

Surabaya, 2018

Penulis Dikenang Sepanjang Masa

Adakah diantara kita mengenang karya
Penulis meneladani karya
Menekankan pada rakyat
Menunggu pembaca dengan tangisan
Menyaksikan duka yang diselimuti oleh penulis
Karena kecelakaan atau sebagainya
Sementara pembaca hanya bisa memahami sebuah karya

Saat mati karya tetap dikenang
Pahlawan tak kenal malas-malasan
Tapi sudah menumbuhkan nilai pada kecintaan dan percaya pada yang maha kuasa
Jangan berharap bila diridhoi pada penulis buku
Tanpa memulai dengan perjalanan
Sekadar api yang memendam
Itulah namanya penulis yang dikenang sepanjang hidup
Hidup dan mati karya selalu ada

Surabaya, 2018

Infrastruktur Runtuh

Di Antara jembatan ambruk gara-gara banjir bandang
Sungai bercampur air hujan beserta lumpur
Hujan deras meruntuhkan jembatan
Penghubung jalan di dua kota sempat terputus
Kini hanya bisa melewati sungai untuk sampai di sana
Hanya bisa berharap jembatan segera diperbaiki
Musim hujan telah datang
Infrastruktur kembali pulih

Suatu saat tidak terjadi terulang
Mengingat wilayah yang mengalami bangunan roboh
Ku minta berdoa agar infrastruktur segera sembuh dan kembali beraktivitas

Surabaya, 2018

Sepenggal Pujangga Untuk Mu

Sepotong pujangga untukmu
Ku persembahkan untukmu
Sekian lama memuja padamu
Setiap lembaran mendukung untukmu
Deraikan nama kasih padamu
Seperti meluapkan kenangan antara aku dan kamu
Bukan lagi jadi pertemanan
Tetapi sebagai bahan perpisahan

Surabaya, 2018

Meninggalkan Tulisanku di Koran edisi Kemarin

Belakangan ini tak ada manusia yang menyampaikan info lewat sosial media
Berisi muatan tulisan di koran
Hanya saja ada yang tertinggal
Karena tiada satu pun orang yang tinggal di sana menyempatkan beli koran
Tulisan yang telah dikirim berkali-kali dimuat
Email redaktur telah terbalas
Ia mengaku akan senang
Tapi sikap redaktur hanya memfasilitasi tulisan pada penulis
Sedangkan aku hanya terpajang sia-sia
Mau bagaimana lagi hanya takdir tulisan mana yang diterbitkan
Semua hanya terkelip kesibukan
Sewaktu-waktu akan menemui redaksi
Selamanya

Surabaya, 2018

Papua Berduka

Belakangan ini pekerja telah tewas
Akibat ulah kelompok kriminal bersenjata
Yang membuat kerusuhan pada jantung kota
Salah tempat yang paling rawan
Saat kejadian ketika penjahat sedang membunuh orang tanpa berdosa
Hukuman apa yang pantas untuk pembunuhan

Papua sedang membangun tol
Sudah begini meresahkan rakyat
Polisi dan tentara mengerahkan evakuasi korban sampai dapat
Lalu berlanjut berburu pelaku yang sengaja di bunuh
Drama sangat panjang
Tak begitu yakin dengan masa depan Papua
Hanya bisa menjalani hidup penuh menderita
Presiden dan segenap bangsa indonesia mendoakan agar Papua segera pulih dari kejahatan

Surabaya, 2018

Ditelan Sepanjang Hayat

Sejak menempati tempat seram
Serupa nyawa tergelincir padamu
Sebuah pengorbanan yang mencintaimu
Segenggam kasih terpisah dari waktu ke waktu
Akhirnya ku menyelami kematian
Lantaran tanah tergelusur gempa

Biasanya terpendam sepanjang hayat
Kini mengukus bumi begitu retak
Ditelan musibah
Korban jiwa melayang maut
Sampai kapan terus terang begini
Ada kah satu pun yang mengintainya

Menderita lalu mengusap matimu
Tak ada lagi suara yang menggerai selalu

Surabaya, 2018

Ku Persembahkan karena Kamu

Ku mengeluh
Ku senandung karena kamu
Ku terkenang karena kamu
Ku terlena karena kamu
Ku terusap angin karena kamu
Ku terkenal karena kamu
Ku diiringi lagu untuk kamu
Ku mengucapkan semua yang disampaikan untuk kamu yang begitu terpesona

Surabaya, 2018

Kaleidoskop 2018

Sekarang sudah memasuki tahun terakhir
Belakangan ini terjadi sepanjang masa
Diantaranya duka yang mendalam pada dunia tanah air
Korupsi melejit penjabat daerah
Menangkap suap dan gratifikasi

Kapal motor telah menenggelamkan korban jiwa
Bangkai kapal rusak total
Akibat kelebihan muatan
Daripada mudik dengan transportasi tanpa izin dari pemerintah
Ini ulah jasa transportasi dinilai kurang memadai
Dan tidak layak dioperasikan

Gempa bumi menimpa Lombok
Bangunan keseluruhan telah runtuh
Entah kemana masa depan Lombok
Hanya menunggu doa untuk segera pulih

Infrastruktur runtuh akibat banjir bandang
Angin puting beliung menerbangi atap dan beban begitu kuat
Sopir ugal-ugalan hingga berujung nyawa tak tertolong pada korban
Dua ribu delapan belas sebuah duka yang terparah sepanjang tahun
Takdir Allah memberikan perlindungan padamu

Surabaya, 2018

Sunday 2 December 2018

Belenggu pada Serpihan Memori

Memori hilang begitu saja
Setiap bulan menyimpan data untuk dikenang
Tapi menghilang sekian waktu terakhir
Entah tergenggam oleh nalarku
Belantara diantara senyaman kian hilang

Hanya pujangga mengerti tentang memori
Hidup atau mati diukur waktu ke waktu
Sang pengingat akan diangkat oleh pustaka

Surabaya, 2018

Wednesday 14 November 2018

Semalam Suntuk Di Kota

Kejar pasrah bersimpangan pada waktu
Meski begitu belum pulang ke rumah
Betah persimpangan jalan raya
Mengudara di kota
Yakini rindu sebutir cerita malam hari
Bersebrangan hati melulu

Sedikit demi sedikit
Mengundang tengah malam
Seembun angin diterbangi kesunyian
Siapa pun menjadi kamu
Maka aku akan mengejar malam hingga pagi
Terlelap oleh tidur
Semalam di kota terasa seru

Surabaya, 2018

Mengenyam Jenazah

Setelah jatuhnya pesawat di perairan
Mengisahkan kematian pada tengah perjalanan
Setiap berpergian selalu pamit
Mengenyam jenazah diciumi oleh segenggam cerita bersama keluarga
Sayang sudah pergi dulu diterjang kematian

Ku tatap oleh takdir
Saat mengucap kata-kata terakhir untuk keluarga
Akan menetes keikhlasan perginya sang kekasih
Mengucap selamat tinggal kepada buah hatinya

Semoga dikenang sepanjang masa
Karir hanya diusap sepanjang hayat

Surabaya, 2018

Belenggu Perasaan

Mengutip sebuah kisah
Makin tebar kalbu akan makin pesona
Sepenggal desa melewati tanjakan
Tinggal tersenyum di sana
Membawa sirna nantikan oleh keajaiban

Terhenti sebuah pangkuan purnama
Menyatu untuk kebersamaan
Kembalikan perasaan selama ini menyakiti orang
Jangan merusak keabadian hidup dan sengsara yang mengotori kebaikanmu
Hidup seumur hidup tapi dipanjatkan sebuah keterbatasan
Bisa memilah antara kau dengan sepening rindu begitu kelam
Elegi akan dipajang ketika mati

Surabaya, 2018

Tuesday 6 November 2018

Elegi Pesawat Jatuh di Laut

Pesawat jatuh di perairan
Sudah menduga akibat kecepatan kian tinggi
Membawa seratus delapan puluh penumpang
Berangkat sejak pagi hari
Mendadak jatuh lalu petugas berburu korban
Kotak hitam kini menemukan serta mengunduh investigasi
Elegi jatuhnya pesawat lantas membawa musibah
Mengisahkan tanda tanya
Misteri belum terungkap terhadap musibah jatuhnya pesawat
Seperti mengundang tangisan kian menyelimuti kepergian

Musibah terjadi tanpa sebab yang jelas
Meraup mimpi dihembuskan nafas terakhir
Apa ini sudah menjadi tahun musibah setelah menelan korban jiwa di tiap daerah
Awalnya sudah mendekati penderitaan
Sedihnya merona sudah seharusnya mendiami malam
Selama dua puluh empat jam mencari jenazah
Seperti tenggelam kapal motor berusaha semaksimal mungkin
Hanya saja sudah pasrah menemukan korban dari setengah jumlah penumpang

Surabaya, 2018

Wednesday 24 October 2018

Ruang Batas

Dihuni ruangan sempit
Dibarengi orang yang sedang tidur
Sediakan waktu untuk tidur
Dengan seadanya
Pegal memikirkan ruang luas
Tanpa membutuhkan uang yang kian besar
Ruang Batas semacam manusia yang sedang sakit

Surabaya, 2018

Friday 28 September 2018

Bermain tanpa Striker Profesional

Saat pertandingan final
Tanpa bantuan dari striker profesional
Selama ini bermain penuh usaha membawa penyakit cendera
atau mendapatkan kartu merah hingga tak bisa main
Apa jadinya suporter membawa kemenangan
Khawatir nya jika pelatih kecewa akan menyampaikan petikan terakhir
Usaha pun terus menerus
Tiada mengeluh dalam bermain sepakbola

Sungguh menyesal jika bermain dengan pemain biasa
Pemain profesional membawakan nama tim kita
Negara ini akan mengembara kemenangan dalam kompetisi
Mau tak mau takdir pun mengelabui bersama
Sepakbola tak kenal henti

Surabaya, 2018

Perselisihan antar Suporter

Sungguh bayangkan
Betapa perselisihan antar supporter masih ganjal
Saat datang di pertandingan ia menyuarakan yel-yel antar tim kesayangan
Namun fasilitas stadium dirusak oleh suporter
Hati dendam, dengki, saling disindir membuah kekecewaan

Dibubarkan dengan gas air mata
Sayang tak terlewatkan bila memendam rasa
Mungkin menghembuskan takdir
Tetapi apa jadinya mengeluarkan spekulasi
Bila suatu saat kejadian itu terulang
Negara kita difasilitasi
Malah merusak negara itu sendiri
Mana suaramu
Fanatisme terus dibiarkan seketika
saja
Bangsa ini hanya sengsara saja

Surabaya, 2018

Merekam Tragedi Sepak Bola di Tanah Air

Tak lepas meninggalnya Haringga Sirila
Beberapa kejadian di dunia sepak bola tak bisa dilupakan
Salah satunya suporter Persebaya dan Arema sebagai pertarungan tak bersahabat
Perang lempar batu dan botol sesama suporter tak terhindarkan
Polisi pun enggan membubarkan peperangan
Pemain pun dilindungi

Fanatisme masih berulah seiring menyekap nyawa
Menang atau tidak tetap solidaritas
Nyawa gol pun tak terlupakan
Tergeletak di antara satu dengan lainnya
Siapa pun rakyat akan menyanggah kemenangan sepakbola di tanah air ini
Lantaran fasilitas dirusak
Suporter ditinggalkan dengan hati dendam
Pemain pun kena sanksi
Pertandingan milik pemain
Yang rusak itu si tukang ulah perusak stasiun itu
Mau tak mau tragedi sepakbola tak akan henti

Ungkapan Terakhir untuk Haringga Sirila

Sepak bola masih terjadi di kalangan lapangan maupun suporter
Setelah kehilangan Haringga terasa diberhentikan kompetisi terbesar
Kemenpora akan menindak tegas pelaku yang menghancurkan nyawa mahal oleh Haringga
Sungguh menduga suporter Persija sendirian diundang malapetaka

Entah mengapa di tengah keramaian melumpuhkan suporter sendirian itu
Peristiwa itu terjadi sebelum pertandingan dimulai di Stadium Bandung Lautan Api
Suporter berpikir fanatisme membuah radikal
Memasak nyawa dimakan kematian
Jiwa melayang seketika
Apa pun tragedi sepak bola tak akan terulang
Berdoa untuk Haringga
Selalu menekankan kasih kepada kita
Bangsa akan melindunginya

Surabaya, 2018

Tangisan Bayi Sepanjang Hari

Balita menangis setiap jam
Ibu menyerah karena datanglah masalah
Jeritan dari kecil hingga keras
Bencana manusia kecil pun tergeletak dengan batin

Sayang terpental mengurai dengan emosi
Panik dan menguncang harapan
Mendidik pun terus ditumbuhkan
Apa jadinya balita ini menangis tak berdaya
Sebagian takdir manusia akan terus berjalan hingga berakhir
Apabila masalah terjadi ujian akan dijalani

Surabaya, 2018

Di Dalam Kelas Tak Betah

Apakah anda betah di kelas
Saat berikan ilmu tiba tiba ngantuk
Entah pengorbanan waktu diisi oleh nilai dan kegerahan
Seperti inilah menguap mimpi
Tak ada satu pun dosen datang
Jika mahasiswa hadir hanya kursi kosong

Kehidupan di kampus sangat berat
Waktu pagi berangkat ke kampus
Jalan kaki berujung lelah
Pagi terserut tenaga
Sebut aja akademik kesiangan

Surabaya, 2018

Hadapi Dosen Killer

Datang terlambat
Dosen killer hendak keluar dari kelas
Apa yang digegerkan oleh mahasiswa
Wajahnya gesit
Saat menjelaskan lewat bentakan
Mahasiswa hanya bisa mengeluarkan kemaluan
Beri tugas pun kepalanya pusing

Dosen killer itu berpandangan kejam
Mentang-mentang beri nilai jeblok
Bolos kuliah dikecok sebutir pernyataan
Tugas pun ketinggal dosen tak peduli
Dosen killer itu sungguh netral

Surabaya, 2018

Pandangan Pertama Di Kampus

Cinta pertama di luar kelas
Seperti pandangan hati begitu terdalam
Yang semula dari kerinduan saat hari pertama pengenalan kehidupan kampus
Menunjuk seluk beluk tergoles bunga
Semata-mata goyah oleh lagu romantis

Seperti kencan tak berhenti
Saat menelpon akan mencium genggaman seluler
Itulah cinta tergeletak di kursi pelaminan

Surabaya, 2018

Lewat Santapan Sunyi

Dalam rumah memusingkan tugas kuliah
Tidur pun bolak balik
Liburan panjang pun bosan dari hari ke hari
Nikmati inspirasi pada alam sejuk
Membimbing jelajah ke luar kota
Bersama kawan kawan di sekitarmu

Lewat santapan alam pun
Begitu memukau di hadapanmu
Mendaki gunung lebih seru
Ketimbang menunggu Diklat
Santapan sunyi pun melesat
Seperti menguasai angin purnama
Menginjak malam pertama
Melewati sejumlah rintangan
Saat di puncak akan rasakan nikmatnya alam tak terlupakan

Surabaya, 2018

Anak Sekolahan

Kampus pun menggores suka dan duka
Pertama pun hendak bertemu
Lalu menikmati kebersamaan tanpa sendiri
Setapak tangan bergenggam oleh pundak kenangan
Akan tetapi bila merasa kehilangan seolah-olah doa bersama untuk menerbangi langit surga

Bila mendengarkan materi dipahami
Bila mengerjakan tugas tepat waktu
Bila menguji kemampuan lewat ujian serasa bisa
Bila mengetik tugas akhir diawali bimbingan hingga lulus
Bila dinyatakan lulus maka semua akan terpisah
Dan dinyatakan berkeluarga bila segera dinikahkan.

Pekalongan, 2018

Tiga Tahun Persahabatan

: Kepada Yuni Kartika Sari

Kepada kakak
Selama tiga tahun telah rajut persahabatan
Seakan akan menjumpai di luar
Perjalanan ini menuju ke tempat kakak bekerja
Sebulan kemudian berhenti
Kakek pun sakit membimbing kakak
Menyembuhkan doa untuk penyakit

Kepada kakak
Ku persembahkan untukmu
Dicintai dan dibanggakan
Rasa persoalan pun tergores canda tawa
Memantik obrolan santai
Ku pikir inilah kakak panutan terbaik ku
Aku tersenyum oleh kakak
Ia pikir aku terbatas obrolan
Karena tiap hari diketik sebuah pesan
Sampai sekarang ia tak lepas dari hafalan nomor dan sejuta makna untuk kakak
Kepada kakak untuk mengabdi pada-Mu

Pekalongan, 2018

Anak Milenial, Ketinggalan Zaman

Dahulu ditinggalkan
Kini genggaman menemani hari
Aplikasi seluler pintar telah mendunia
Seperti ini gambaran zaman sekarang tergelincir ilmu pengetahuan dan teknologi

Inilah kegoresan ajaib yang mengejar waktu ke waktu
Ketinggalan zaman akan terus mengulir
Anak Milenial sudah memahami kronologis sejarah
Tak ada satupun tergeletak pengetahuan tanpa membaca
Suatu saat generasi masa depan akan menjemputmu

Surabaya, 2018

Tuesday 7 August 2018

Panjatkan Doa Agung untuk Lombok

Ya Allah
Minggu depan telah menerjang gempa di Lombok
Tanah mengguncang pulau seribu yang tercinta
Menyambut duka atas runtuhan bangunan, tempat ibadah, sekolah, kampus, rumah sakit, dan gedung lainnya
Senantiasa embunan tangisan akan mengalir
Tunaikan shalat gaib kepada korban gempa

Ya Allah, Ya Robbi
Tunjukkan cahaya terang benerang untuk Lombok
Sembuhkan penyakit dalam nama Allah
Bersujud untuk menyatukan umat
Menggalang dana kepada Lombok
Tumbuhkan senyuman
Berbagi ceria dengan relawan
Menggapai kalbu pada sejuta warna
Sesungguhnya doa ini dipanjatkan untuk negara tercinta
Tak bisa lepas dari tempat tinggal
Jangan bersedih kami akan membantu untuk menafkahi keluarga
Selamat sentosa untuk Lombok
Semoga bahagia di sisimu

Surabaya, 2018

Elegi Gempa di Lombok

Bangunan telah rusak dihantam gempa
Menyerupai retakan total diguncang tsunami
Warga enggan menyelamatkan diri dari bencana

Suasana panik dihimbau keluar dari penderitaan
Seketika korban terjebak dalam reruntuhan gempa
Pulau seribu masjid telah berduka
Kincir angin menandai bela sungkawa atas meninggalnya warga Lombok
Harta tak terselamatkan
Cuaca kurang bersahabat
Kini hanya bisa menerima bantuan dari penjuru kalangan
Demi meringankan saudara yang berada di sana
Tetap berdoa agar gempa segera berakhir

Surabaya, 2018

Melihat dari Atas

Menikmati atasnya
Serupa geraian bintang
Yang mengagumi keajaiban lewat seribu permintaan

Rupanya ia menghabiskan malam Minggu sendirian di atap
Sekejap ia mendiami diri
Tiada satu pun mengelabui ku
Ku pikir diriku melihat dari atas

Ingat betapa masalah makin numpuk
Dalam kamar muncul drama
Dalam pagi tak ada sarapan
Dalam siang melawan lelah
Dalam sore enggan pulang
Dalam malam selalu berdoa
Dalam esok mencatat jadwal
Itulah embun langit berbenam siang dan malam
Jangan sampai berdiam selama puluhan tahun

Surabaya, 2018

Dilema Kopi

Menikmati seduhan kopi
Enaknya kesejukan malam mulia
Tak sebanding nongkrong diam di rumah
Kau tahu betapa gerihnya mencari WiFi

Yang tak punya kuota tapi belum punya uang
Kegeraman berada di ujung depresi
Sebelum tidur menikmati kesepian
Hubungan tak kunjung usai
Apa yang terjadi bila temui dengan mimpi
Ia akan mengacak selama ini apa yang lakukan selama masa kecil
Mengambil hikmah dari kemarahan

Enggan sopan pasti dihargai
Jiwa martabat bergenggam pada kopi segar
Sepulang dari rumah akan menelaah buku yang dibaca
Itulah habislah depresi terbitlah kesunyian

Surabaya, 2018

Monday 6 August 2018

Pintu Qolbu untuk Kak Alifah

: kepada Alifah Jauna Multazimah

Salam kenal untukmu Alifah
Beberapa waktu yang lalu dikejutkan dengan beasiswa dicabut
Kabarnya dirimu mengalami depresi karena mengampuni orang tua
Mungkin dirimu merasa kehilangan momentum untuk berkuliah
Karena dirimu telah bermualaf

Kak Alifah
Sajak ini hanya menebar pesan kebaikan untukmu
Jangan berkecil hati
Bukalah pintu hatimu lewat shalat tahajud
Ingat hatimu yang berharga karena sudah menikmati apa yang diberikan oleh Allah
Lekatlah cintamu di atas ufuk pagi lalu shalat Dhuha untuk menghapus dosa

Kakak sudah mengorbankan biaya untuk berkuliah selama beberapa semester
Kamu sudah kebaikan kepada rekan-rekannya
Kamu jangan mengeluarkan kesedihan lagi
Sudah mengatasi masalah dengan baik
Ingatlah
Selalu membaca ayat suci sebagai penumbuh cahaya kepadamu
Wanita paling istimewa hanya kamu sebagai perjuangan terbaik
Terimalah lapang dada untukmu
Jangan berkesal karena sudah menjadi pemuda emas
Ya muqoliba qulub sabbih qalbi ala dini'

Surabaya, 2018

Jembatan Air Mata

Ketika melewati jembatan air mata
Seketika dirimu menginjak menetes air mata
Dekat dengan sungai menabur sujud padamu
Sederhana, membentang balik pagi segar
Menyembuhkan nafasmu setelah sakit hati
Air mata sungguh banyak nikmat

Sungguh dirimu dimarahi orang tua karena pulang malam
Jika dirimu punya salah yang besar dalam beraktivitas
Jika dirimu merasa keberatan suatu masalah jembatan air mata akan mengampuni batin yang dibakar oleh api
Jika dirimu merasa gejolak akan tertimpa runtuhan tanah di akhirat
Sebab Allah memudahkan Rahmat bagi alam semesta
Banyak doa agar air mata telah menetes
Segera kembali pulih
Dan lekas lah taubat kepadamu

Surabaya, 2018

Lali Mantan

Ku ingat betapa mantan termaktub dengan Kalimantan
Tak perlu menyebrang ke sana dengan singgasana ke lautan pacar

Terputusnya hati begitu cepat karena kamu selalu ngambek
Sungguh teganya berapa kali terisolir dengan lali mantan
Seperti kau tak sadarkan diri
Terenyah paku padamu
Malah menyanyi sembarangan
Apa kau pasti jengkel denganmu
Atau pasti tergoyahkan sejuta kata
Lalu putus begitu saja

Itu saja tidak cukup
Hanya manisan lolilop mengisapnya
Rangkaian cinta tak mau diterima karena godaannya makin terjerumus
Tidur saja tak cukup
Hanya menempelkan kekasih
Lalu mimpi akan menciumi dia
Karena terpilah dengan kasihmu
Hubungan nikah langsung parah seketika
Apa salahnya hanya kehendak Allah yang mencambuk hati yang dosa

Surabaya, 2018

Kandungan Duka

Kandungan bayi dalam perut bermimpi
Ketika mengenal duka yang terselimuti oleh kota
Memundak air mata pada kasih sayang
Betapa sulitnya kubur akan menjemput hidup-hidup

Masihkah engkau akan tersimpan langit hitam
Lubang hitam menyedot gedung
Apa-apa tersiram air panas pada si kecil
Sirami air keras kepada penyidik senior
Menyanjung masa depanmu

Surabaya, 2018

Gempa Akbar di Lombok

Malam kemarin riuhan gempa
Betapa sedihnya gempa menyapu Lombok
Menggiurkan dengan retakan tanah

Sebelumnya pulau terkecil telah mengecewakan Rakyat
Sangat disayangkan bila menghabiskan waktu ditengah kesedihan amat dalam
Menyandang luka di tempat tinggal
Tergeletak jiwa yang dilandasi nya
Betapa singgahnya gempa yang melanda setelah Aceh tak menimbulkan tsunami
Lombok berduka
Tak bisa apa apa lagi
Hanya bisa mengarah padamu

Surabaya, 2018

Tuesday 31 July 2018

Menangis jika Tidak Nyaman

Membeli suatu pun menangis
Tak mau apa pun bayi tetap menetes air mata
Berpikir murni pun tak peduli
Temui hanya sebentar
Mengoyah cinta berujung malapetaka

Mendampingi gagal total
Memanggil ayah atau ibu ketika hendak bekerja
Ditinggal anak pun sedih
Ditinggal membeli sayuran masih menangis
Itulah tantangan anak mendidik sepenuh hati
Sabarlah tanpa batas
Tanpa energi emosi pun
Bertaubat lihat lah saja nanti

Solo, 2018

Gempa di Lombok

Duka makin mengguncang
Setelah kabar gempa di Lombok telah retak
Ribuan warga selamat dan puluhan diantaranya tewas
Para pendaki selamatkan diri setelah mendaki di Gunung Rinjani
Alam makin tak bersahabat

Jika tanah makin retak
Rumah pun rusak dihantam gempa
Sumber air ditutupi kotoran
Sedangkan pintu masuk roboh
Menangis tak terhenti
Setelah menghantui Aceh
Tak sampai merebah ketinggian
Masyarakat mengungsi di tempat paling aman
Kini pasrah dengan keadaan di sana

Lombok, 2018

Terima Kasih Puisi Pelangi

Semenjak membaca puisi karya Ary Pelangi
Setelah datang di taman ceria
Rasanya membengkak jika aku ditantang menulis puisi tentang Karanganyar
Selama ini perjuangan sendiri di Masjid
Betapa ingatnya bicara tentang literasi tak kunjung tercelah oleh canda tawa

Menginginkan sampul biru yang dibaca
Begitu membaca sebuah puisi sambil mengais tawa
Tak ampun-ampun jika menguap kerinduan
Setelah pulang dari Karanganyar
Mengikat batin seuntai warna begitu lekat
Menanggung jiwaku tak bisa terlupakan
Jatuh dari waktu bukan berhenti
Jika mampir lagi aku mendarat di sana

Setelah memberikan bingkisan mengucapkan terima kasih atas pengorbanan yang selama ini mengelabui aku
Bertaubat lah aku lalu bersujud padamu
Bercengkrama jika bincang santai di sini
Selamanya

Karanganyar, 2018

Kesunyian Di dalam selama dua hari

Ketika aku menempuh perjalanan ke tempat tujuan
Sampai di sana aku berjalan kaki ke Masjid
Sambil beribadah shalat fardhu
Saat melangkah pasti bermukim dengan waktu

Sebelum adzan aku berpikir
Sahabat hadir di sini nanti akan membawa pengorbanan penuh susahnya payah
Shalat pun tak tertinggal
Menunggu kehadiran tanpa kepastian
Seperti mengusik kepergian
Sudah berusaha menjemput di sini tapi saat menjelang jam sebelas malam
Tiba tiba mataku mengantuk

Aku ingin tidur
Tapi orang keluar dari tempat penginapan
Saat tidur mencoba untuk nyenyak
Bantal U pun bolak balik berposisi
Inilah malam di Masjid
Keesokan harinya aku bergegas di sekolah dasar

Menghadirkan manusia
Berbaur inspirasi
Menularkan profesi kepada anak didiknya
Cita-cita yang dinantikan saat dewasa kelak
Sepulang dari sekolah berkumpul di tempat refleksi

Manusia menginspirasi adalah hal yang menghasilkan inspirasi kehidupan
Menciptakan kesempurnaan

Sayang, refleksi tak kunjung nyaman
Searah dengan masalah utama
Adalah pengorbanan penuh susah payah
Akhirnya langsung menyerahkan diri untuk membebani tanggung
Aku mengecewakan jauh jauh hari bersapa dengan orang luar

Akhirnya aku berbicara bahwa tahun depan akan mengintip lagi
Jika aku betah hingga sore hari
Seakan-akan dicernai sebuah perjalanan
Menuju ke Masjid Agung
Bermalam di I'tikaf
Tidur di sana
Serasa membagi waktu antara diri dengan ibadah
Selama dua hari hanya memurnikan kesunyian secara mendalam
Hanya bisa pulang ketika pagi menjelang siang kelam
Pada esok hari
Bercengkraman suatu saat nanti

Karanganyar, 29 Juli 2018

Sunday 22 July 2018

Aku Adalah Plagiator

Pengampunan pertama koran yang menerima dua sumber dalam satu tulisan
Tetapi sudah menjadi daftar hitam di koran
Namaku selalu kecewa
Matang demi matang menuangkan bukti tulisan diplagiasi

Pengampunan kedua
Provokator telah menulis kan status di hadapanku
Sudah panik melihat pembahasan di Medan publik
Hal yang meresahkan
Hari Minggu sebagai pengorbanan berat bagiku
Alangkah susah payahnya aku menjawab semua masalah

Esok hari aku menghadap di sidang untuk mencopot sebagai penulis hebat
Aku adalah plagiator
Apa pun terjerat dengan pasal
Sudah teramblas dengan penjara
Sejujurnya hanya menemukan hal yang berat bagiku
Semoga hukum tidak mengulung ke penjara

Surabaya, 2018

Sepenggal Memori Hitam

Semacam ancaman dibebani pikiranku
Memberi surat pahit dari seseorang
Tak seorang pun berdaya enggan menusuk jiwa pada Kamis malam Jumat

Ia pun mencakar benda dianggap pembalasan
Sebuah museum dihantam sejarah
Terdapat luka menggores tubuhmu
Ku bayang tiba di sana mula di bunuh
Mencekik lama sampai berbaring kematian
Menangisi dalam hati
Rasakan sudah tercakar oleh pemangsa

Surabaya, 2018

Wanita Pura-Pura di Provokator

Wanita kelahiran Bekasi telah mengugah status provokasi
Tega dibantai aku sendiri
Sudah minta pengampunan tak mau
Aku ini tipe apa coba
Tekanan emosi mu paling lemah

Rin Ismi, provokator
Tidak punya hati mengasihani difabel
Mentang-mentang dihajar massa
Berkumpul untuk berdemo atas kejadian fatal di online
Seperti memberi surat teguran yang hal ini dua media masuk dalam daftar hitam

Dia ini punya emosi dendam di hadapan aku
Seperti mencekik tanpa berdosa
Sungguh kurang mendidik
Kau itu semacam tak waras
Kalau aku kena surat pahit dari sesuatu dengan isi menyedihkan akan menyiksa kuburmu
Lalu kau rasakan bahwa wanita asal Bekasi benar benar diprovokator

Surabaya, 2018

Membakar Jalan yang tak Terurus

Belakangan ini jalan penuh berlubang
Pemerintah tidak serius memperbaiki jalan
Malah diadu dengan pembangunan infrastruktur baru
Rasanya ingin memblokir jalan
Betapa haluan dari penjuru kota dan kabupaten

Sekian lama tak mengatasi masalah
Malah dibiarkan kesannya kumuh
Setapak dengan jalan kemarahan
Akan tetapi ia akan meledek sampai titik temu
Solusi tak kunjung ditemukan

Surabaya, 2018

Serpihan Cinta

Memotong kalimat serupa cerita terputus
Serpihan telah melayang jauh
Betapa menakjubkan ingin berteduh di semenanjung pagi sembari mencari ranah kehidupan begitu asri
Ku begitu menggores darah disakiti
Serasa memilu sore sebelum pulang

Kembali di sana tak menemukan
Kunci serpihan kata hanya merenungi isi pikiran
Saat mencari serpihan dihadapi segala rintangan begitu seram
Bakal hantu menakuti pemburu serpihan cerita
Temukan serpihan pada penjuru tempat
Selanjutnya akan tertimpa pada akal
Sudah tak sanggup menyatukan serpihan di penjuru tempat
Itulah namanya penghormatan lebih mengabdi

Surabaya, 2018

Ilusi Laut

Laut kedalaman tinggi
Ilusi makin besar
Lautan terdalam dibilang dingin
Tergenang ikan-ikan mengampung
Saat nafas tak tahan
Berujung siang dan malam
Selayang pandang di ujung lembar endapan
Mendekap di ujung udara
Ilusi terkilirnya oleh bayangan
Entah apa yang diintip mengingat korban jiwa melayang

Surabaya, 2018

Teroris Berujung Malapetaka

Setelah dua tahun pemimpin legenda teroris dijerat hukuman mati
Pertarungan kedaulatan demi segenap pendirian bangsa telah dikepung oleh jamaah Ansharaut Daulah
Segenap mencuci otak lalu meledak orang tanpa berdosa
Sudah mengindap kesurupan dengan jihad fi Sabilillah

Parah sekali betapa sengit antara negara dengan kekuasaan
Meledak bom sebagai sasaran utama
Polisi enggan berperang untuk hukum
Hukuman tak akan mengampuni
Damai tak menerima
Teroris merobohkan orang dan serpihan tembok
Sebab teroris akan berujung malapetaka

Surabaya, 2018

Mengigit Manusia

Mengigit laut ditembus manusia sedang berenang
Laut sedang kurang bersahabat
Datang berdampar lalu ombak penyelamat
Apa ini mendatangkan cuaca buruk
Tahun per tahun kapal mendatangkan tragedi

Belenggu laut karena musuh kita adalah ombak
Kapal tak mempan dengan komposisi
Sayang laut telah menelan korban jiwa

Korban telah menghilang
Basarnas sedang menyelamatkan korban
Sinar bangun maupun Kapal Lestari Maju sebagai musibah terbesar sepanjang masa
Kapal berdiam kemudian kendaraan terjatuh
Lalu tenggelam hingga ke bawah
Sudah menduga tidak ada penyesuaian selain melihat kondisi cuaca
Bela sungkawa atas kejadian musibah tersebut
Semoga Allah melindungi di Surga

Surabaya, 2018

Esok Hari adalah penentuan Takdirku

Tiga hari berlalu
Surat kabar mengabarkan bukti plagiasi kepadaku
Isinya begitu tega dengan karya sendiri berujung plagiat
Menyebutkan sumber dan link
Aku pun pasrah

Semacam teguran besar
Sanksi plagiat dinantikan oleh publik
Perempuan itu di lecehkan padaku
Betapa sulitnya mengancam dunia akan memusnahkanku
Ku yakini aku sudah muntah dari kecil
Menangis terus sampai meranah ke penjara
Aku hanya menunggu kesedihan di hadapan publik

Bahwa aku sudah tak betah lagi jadi peresensi karena tak kuat mengulas dengan memetik sebuah sumber

Surabaya, 2018

Publik Terus Mengeruak dengan Kasus Plagiasi

Dari jum'at hingga hari ini masih terpapan tulisanku diplagiasi
Mulai dari sumber jelas
Tiada ampunan ke sekian kali
Aku ketahuan dituduh

Pendemo segera turun jalan
Ilmu pun tak mampu
Jika terus terulang
Tanganku terurung dengan penjara
Terpenjam padaku setelah tiga bulan dijiplak
Opini rakyat tidak melebah ke media massa

Karya pribadi tertatap dengan sumber
Sama saja diteliti secara jauh
Sebagaimana menemukan bukti plagiasi
Dinilai menyedihkan
Ilmu terbatas
Penyakit tersimpuh nanti
Ku akan tertimbun roboh
Ku lihat sendiri bagaimana aku mendekap di penjara karena kasus besar

Surabaya, 2018

Kapal dilahap Lautan Api

Betapa sedihnya kapal diberangkatkan dari Pelabuhan Benoa habis dilahap lautan api
Sungguh laut tercemar oleh kandungan buruk
Enggan berpenggal lewat sebuah tanda tanya
Siapakah pelaku utama dalam insiden tersebut?
Tidak tahu pasti kenapa pelabuhan benoa disebut mendadak kecewa
Ia seakan-akan lupa dengan setetes deningmu
Engkaulah yang mengayomi seribu kesedihan
Tidak bisa menjelaskan kronologi kebakaran kapal di kota kancah dunia
Apa selama ini lakukan itu menyimpan misteri

Surabaya, 2018

Mencicipi Pasrah

Pekerjaan lembur penuh mengisi waktu panjang
Tak sempat menikmati jam kosong
Sebatas mengatur jam kerja dari pagi hingga malam
Setara menuntut ilmu di sekolah hingga memberikan pekerjaan rumah
Sekilas mengores sujud dalam batinmu
Ku akan menoreh nafkah

Tak mau sakit
Terus berjuang
Sampai akhir hayatku
Kini ia pasrah karena semua perbuatan ini diganjar amal jariyahmu
Semoga allah memudahkanmu dari segala pasrah

Surabaya, 2018

Surat Pahit dari Redaktur

Sebentar lagi namaku dalam daftar hitam
Sudah seharusnya aku mengaku dosa
Selama ini sudah dituduh
Sama sekali menyelamatkan segala jerit payah

Hukum berlaku
Tapi memori terus terjalan
Iya, meski itu dipaku
Sudah seharusnya dikilir oleh masyarakat
Bukan payung hukum melainkan jalin kepurukan

Surat pahit dari redaktur
Dari penulis terjerat masalah
Hanya mengumpat dari bulan ke bulan
Hingga menanti jemput neraka
Sedangkan perempuan teganya menyemarahkan batinku
Puluhan kata redaktur sangat pahit
Kedua kalinya saya ampuni dan terulang lagi
Entah bagaimana nasibnya

Surabaya, 2018

Terbelenggu Gereja

Lagi lagi seseorang hendak masuk gereja
Tiada jamaah maupun pendeta
Tak ada satu pun yang menyakini itu
Suatu aroma akan terasa menyuam indera
Mendengar suara dari jauh
Baru saja mencekam insiden sejak bekas pembunuhan manusia karena dibelenggu hantu

Salib terpajang di tembok ia bergetar
Seakan-akan membunuh mangsa hidup
Jika tidak ada jalan keluar
Maka menyiasati aroma darah
Gereja tidak difungsikan lagi sebagai kegiatan ibadah
Melainkan ia tertusuk jarum
Kasih telah mengayomi malam kepada ilusi tak bernama
Bila mati tak hidup lagi selamanya

Surabaya, 2018

Bertingkah Kekanak-kanakan

Masih terulang kenakalan di usia remaja
Betapa sengitnya menjamu jelmaan anak
Sungguh melebamnya redupan api diremuk emosi
Sebuah lontaran rumput ditumbuh lalu hangus secara tiba-tiba
Sebuah tawa melebihi faedah
Masih mengutuk
Tanpa diajarkan agama
Menguluh syirik

Anak tak sebanding baik
Ia bermain di sembarang tempat
Rahasia ditajuk oleh sebuah mantra
Jelaga mengusik kesunyian menjadi keberisikan
Jika menyiasatimu maka ia terbinasa olehmu
Bila merasa tubuh bertenaga dengki seolah olah merumuk sakitmu
Serahkan keyakinanmu
Entah siapa yang menolongimu dengan sikap kekanak-kanakan
Silakan pergi dan embuslah nafas terakhirmu di sana

Surabaya, 2018

Kepergok Begal

Malam menandakan ancaman akan dimulai
Pembegalan dengan adegan sadis pada pertengahan jalan raya
Untuk membunuh seseorang tanpa berdosa
Bukan teroris
Melainkan ia preman jalanan tak manusiawi
Sering kali kalau pulang malam pasti tak mau kepergok begal
Preman itu sering kali berjumpa dengan sapaan buruk
Bahkan mengetuk pintu hitam
Bahkan tak mengilir lagi jalan keluar
Sudahlah ia berpikir pembegalan mengisahkan kematian
Polisi hendak menangkap
Bawa ke tempat jeruji

Surabaya, 2018

Malam Minggu Menjelang Hari Pertama Sekolah

Malam minggu mengisi istirahat
Menjelang persiapan hari pertama sekolah
Peralatan telah digunakan  saat belajar pada hari pertama
Liburan ini akan berakhir pada esok
Sementara kau menjenguk hari senggang

Karena memergok hari pertama dengan emosional
Dilanda oleh sepenggal angin
Mencatat hal yang diinginkan olehmu
Selamat jumpa lagi

Jember, 2018

Thursday 5 July 2018

Memasuki Fase yang Berbeda

Ia sekarang sudah berbeda
Pikiran makin berbeda
Situasi telah berbeda
Keadaan makin berbeda
Kekuatan batin terus berbeda

Kelahiran rindu akan terluruskan dulu
Tidak sebanding zaman demi zaman selalu membersamai
Seiring mengumpat dengan ringan
Ku ingin menjemput segala peradaban
Jangan sangka menyukai waktu telah dikenang
Jika tenggelam nya keremukan jantung dunia

Bila rasa beda
Akan menatap tajam
Bila rasa beda
Akan membawa dimensi hitam
Bila rasa beda
Akan memisahkan antara masa masa kemarin
Ini ulah kamu
Siapa yang membawa masa depan selain kamu

Surabaya, 2018

Tiket Merah untuk Peresensi

Plagiasi terjadi tiga kali
Saat menerima pesan buruk dari redaktur
Sungguh menyedihkan terpajang bukti plagiat
Otak ku pusing
Ambisi menjemput hukum
Seperti koruptor terjerat kasus
Sekali-kali mengguras dendam
Tiket merah untuk peresensi

Tiga kali bersalah
Tiga kali beralasan
Tiga kali berderai air mata
Tiga kali mengintai satu persatu
Tiga kali kiasan meleleh
Tiga kali berderai tangisan
Tiga kali membangkai namaku

Bertahan selama sebulan
Akan tetapi tidak bisa menerima
Melainkan tolakan ukur berujung dosa
Setelah ini kemana jika menguras khilaf
Tidak akan terpajang lagi selain bertikai lembar demi lembar
Akan selalu terpendam di liang lahat

Surabaya, 2018

Tragedi Tenggelamnya Kapal Motor

Setelah lebaran berujung duka
Kini sudah menelan korban jiwa
Setelah melanda teroris disasar oleh korban tak dikenal
Ku ujung laut berlabuh cuaca buruk
Ombak melayang sementara kau tersiksa oleh waktu

Setelah itu melalui waktu liburan penuh kejutan
Tapi kubur hampir menantimu
Semenjak terkilirnya kapal
Hubungan laut tak mendukung
Mengapa tahun ini menimpa tragedi
Setelah mengikuti dimensi hitam
Setelah ini kemana telah pergi
Tanpa sadari betapa malam tergeletak laut kedalaman yang begitu dingin
Berharap ditemukan dan segera mengubur ke liang lahat untuk selamanya
Mati akan menjemput surgamu
Tragedi Tenggelamnya akan terpajang seumur hidup

Surabaya, 2018

Pantung Berdiam Kutukan telah Datang

Di rumah Pondok Indah
Telah mengoleksi patung di tengah rumah
Tak ada menghuni sama sekali
Meski begitu kutukan akan datang jika penghuni menginap di sini
Saat tertidur patung berdiam kutukan akan menghampiri penghuni sendiri
Shock mendadak lihat asap lebam di sana
Kini mengatupkan nafas
Seakan-akan mengutuk ruh dengan kesurupan
Rasakan bila menanjak darah kepada pemangsa
Mencakar hingga darah mengais jika balas dendam tanpa disulut oleh apapun
Matilah tanpa pilihan
Kutukan tak akan terpenggal sebelum disesatkan

Surabaya, 2018

Drama Sepakbola di Rusia

Saat bertanding rekatkan tangan
Lari mengejar bola untuk mencetak gol pertama
Gawang dijaga sang kiper
Jangan renggang kasar
Tiada gunanya melebihi apa adanya
Selera mendekatkan kemenangan

Drama sepakbola di Rusia sangat sengit
Pendukung hadir di tempat untuk piala dunia
Rasa senang membuahkan kemenangan
Rasa sedih diselimuti kekalahan
Rasa dendam mengandung emosi kretek
Rasa percaya mengudang empati
Dunia akan terasa bersapa
Drama tak kemana mana

Surabaya, 2018

Rasa Pusing

Melihat keadaan susah
Merasa membilik kesalahanku di ujung tombak
Langkah benar pasti tengah masalah
Menumpuk batu pada lintas pikiranmu
Gara gara tidur makin terkilir
Usaha namun gagal

Rasa pusing membelah kepala jadi dua
Ku yakini tidak dipedulikan
Merasa meminta maaf sementara di luar dugaan sudah mengamuk di sudut kamar
Sebuah ingkar janji selalu jauh ditepati
Apa jadinya diriku makin resah
Sudahlah apa yang lakukan itu buang-buang senang
Senyum membuahkan duka
Melintah ke arah gerbang
Beban tak Henti-hentinya
Jika melepas di genggamannya

Surabaya, 2018

Masih Mengupas Tragedi

Berpuasa dengan segala kecanggihan
Sepanjang masa ia hendak berpangkal padamu
Ia tertangkap oleh musibah
Terbelenggu sepanjang masa
Harga diri sebelah tangan
Apapun terjadi tetap mengabadikanmu
meski menggempul sepanjang bahagia
Lelehkan semua kehidupan
Ketika kuburan makin dinantikan
Selamat menjemput ajalmu

Surabaya, 2018

Hendak Memeluk Surga

Memeluk bulan berempuk dengan semangatmu
Aku menunggu di balik awan
Selamat bagimu memuja bulan
Terakhir berpenggal oleh sebuah pujangga
Selalu dilayanin hujan melanda semangatmu
Apapun berjengkel dengan siapa pasti terjatuh oleh lukamu
Bermimpi bersama idola untuk hendak ke surga

Surabaya, 2018

Ketika Tragedi Terjadi

Tentu tahu makhluk hidup akan lenyap
Daerah terbuntu oleh kerusakan
Negeri sedang menangis
Ketika melihat tiba-tiba kesedihan yang amat dalam
Ilahi terus dilindungi
Melainkan Allah dimudahkan dalam batinmu

Ketika bencana datang ia menelan korban jiwa
Bila mendatangi bencana alam akan seperti menusuk hati begitu disakiti
Kedinginan menancap alam
Menelan korban lalu lenyap begitu saja
Seandainya begitu menelepon orang
Sudah dihanguskan oleh purnama
Diborong sepandangan oleh layang-layang
Lalu api menderita

Surabaya, 2018

Perempuan Tidak Peduli dengan Persahabatan

Seakan tidak peduli dengan persahabatan
Serasa membaca postingan yang tidak bisa berbalas Budi
Itu sudah tidak berjumpa selama bertahun-tahun
Kesannya menyakiti hati
Merekat sudut yang jauh melintang
Apa yang membuat rindu lagi dihanguskan
Padamkan jiwamu dan kurang menggairahkannya
Perempuan rela menikahi lelaki lain

Sedangkan persahabatan menanyakan keadaan
Lalu ia hampir mengamuk padaku
Kemudian ia sudah lama lama dikenal lalu sudah menjadi kepasrahan begitu menduga
Kadang mendekati bulan entah sudah menjelang pagi
Kita sudahi pertemuan demi pertemuan
Karena sudah mendekatkan kelumpuhan
Tidak akan memberiku petunjuk
Hanya menjalani sendiri tanpa perantara

Surabaya, 2018

Cuti Lebaran akan Segera Berakhir

Cuti lebaran akan segera berakhir
Kini sudah kembali ke kota halaman
Jalan selalu padat
Guna memasuki aktivitas kerja
Tidak ada tambahan untuk cuti
Jabatan tetap disepakati jauh jauh hari

Pagi sampai malam sudah tersua
Tidak ada menuangkan waktu untuk berwisata
Tujuh hari sudah cukup

Hari pertama hingga ketiga
Bersilaturahmi sesama saudara
Hari ketiga sampai keempat dituangkan penak dengan berwisata
Hari kelima hingga keenam hendak kembali ke ibukota
Hari ketujuh beristirahat sebelum esok hari

Lebaran akan lewat
Syawal akan terasa menyenangkan

Jember, 2018

Wednesday 13 June 2018

Malam Kedua Puluh Sembilan

Kini syair lembar ayat telah sepi
Inilah akhir dari tarawih bagimu
Sesaat lagi akan menjalani sahur dan berbuka puasa
Pada hari terakhir berpuasa sebelum merayakan malam takbir
Sedih bila rasanya begitu mengesankan
Tanggal akan ditenggelamkan

Jika masih mudik pada puncak kepadatan
Seakan-akan sudah mementung batinmu
Meski perkara lubang berpuasa
akan segera menjahit kain yang berlubang
Ia sudah merayakan tasyakuran alquran selama bulan Ramadan
Bahkan pagi, siang, sore di datangi kuburan dengan sekadar ziarah mendoakan kepada beliau
Artinya makna Ramadan akan terlepas oleh air mata
Syawal pasti datang
Dzulqadah bulan pemberangkatan ke arab saudi
Dzulhijah menjemput ibadah haji
Semoga bisa menunggu penantianmu pada tahun yang akan datang

Jember, 29 Ramadan 1439 H

Malam Kedua Puluh Sembilan

Kini syair lembar ayat telah sepi
Inilah akhir dari tarawih bagimu
Sesaat lagi akan menjalani sahur dan berbuka puasa
Pada hari terakhir berpuasa sebelum merayakan malam takbir
Sedih bila rasanya begitu mengesankan
Tanggal akan ditenggelamkan

Jika masih mudik pada puncak kepadatan
Seakan-akan sudah mementung batinmu
Meski perkara lubang berpuasa
akan segera menjahit kain yang berlubang
Ia sudah merayakan tasyakuran alquran selama bulan Ramadan
Bahkan pagi, siang, sore di datangi kuburan dengan sekadar ziarah mendoakan kepada beliau
Artinya makna Ramadan akan terlepas oleh air mata
Syawal pasti datang
Dzulqadah bulan pemberangkatan ke arab saudi
Dzulhijah menjemput ibadah haji
Semoga bisa menunggu penantianmu pada tahun yang akan datang

Jember, 29 Ramadan 1439 H

Tuesday 12 June 2018

Malam Kedua Puluh Delapan

Keriuhan membekam semiliyar makna
Tidak terasa bulan Ramadan akan memisahkan kita
Doa yang disampaikan oleh guru dikabulkan
Menyeluruh hari demi hari telah dilalui
Sementara kegiatan sehari yang selama ini menguras tenaga demi pahala
Kini telah merampung amal jariyah diterima di sisi Allah

Kini hanya menunggu malam takbir
Memanjatkan harapan dan kontribusi kepada Islam
Ilmu hampir tersalurkan
Nasihat memberikan semangat pada pagi hari
Ditengah kepadatan hendak pulang kampung
Mudik sebagai tradisi tahunan
Kue telah dinantikan
Idul fitri menyambut dengan malam takbir
Begitu memesonakan malam kemuliaan
Kini tinggal menuju kemenangan yang akan merayakan kita

Jember, 28 Ramadan 1439 H

Malam Kedua Puluh Tujuh

Senyapan melancang peluru
Menembak waktu
Ramadan akan diusap oleh rindu
Mencuci kenangan diintai padamu
Dipikirkan makna dalam sinar kalbu

Sebelum ingkar janji
Ia menyisir pandangan bulan
Sepenggal kalimat dintai
Sebuah pandangan mengeluyur hujan

Selamat berpuasa tinggal tiga hari akan meninggalkan Ramadan
Idul fitri menjemputmu di kemudian hari
Tiada kesedihan begitu mendalam
Bisa bersapa lagi di tahun depan

Jember, 27 Ramadan 1439 H

Monday 11 June 2018

Malam Kedua Puluh Enam

Sepertiga waktu akan mengakhiri bulan suci ini
Sejak menghadiri berbuka bersama anak yatim
Akhir Ramadan memperbanyak Lailatul Qodar
Ciptakan momentum begitu akrab
Ikhlas pada kemenangan Fitri
Menyulapkan kembang api sebagai menjelang kemenangan

Kibarkan senyum pada laut pagi
Nyatanya ramai-ramai berwisata berasal dari pemudik
Yang merangkap momentum yang menyenangkan sebelum kemenangan
Rayakan kebersamaan

Jember, 26 Ramadan 1439 H

Malam Kedua Puluh Lima

Tidak terasa Ramadan akan segera berpisah
Pagi mengarungi pekerjaan
Bekerja dengan sekadar doa kalbu
Berpisah lewat hati begitu lapang
Nyalakan sinarmu sebelum dini

Wanita sedang memeluk bulan
Terjun ke rumah lalu merenungi apa yang telah diberikan saat Ramadan berlangsung
Ramah tamah menjamu kemenangan demi berbagi kenangan

Jember, 25 Ramadan 1439 H

Malam Kedua Puluh Empat

Menyala gelap entah diakhiri sebentar lagi
Temukan perdamaian yang dikejar sebelum kemenangan datang
Sebelum laut menjauhimu

Ia mempertanggung dirimu untuk abadi
Matahari selalu membahagiamu
Tidak usah melapangkan masalah
Silakan kejar impianmu

Jember, 24 Ramadan 1439H

Malam Kedua Puluh Tiga

Segan tertuang dendam sangat kejam
Sungguh menduga betapa dunia makin mengagumi harta
Ia betah mengarungi impian
Serupa impian kian menetes

Seraya kegempihan telah mengurai nafsu
Digital selalu susah dinantikan
Akan tetapi ia rela mengeluhkan jawaban
Atas sesuatu dinilai ketabahan sangat geram

Apa pun bukan kesalahan orang lain
Ingat semuanya itu punya tembok kesalahan terhadap batinmu
Tidak tahu apa alasan mengayomi kamu
Sejauh ini menggeledah jiwamu
Dan mengasuh jauh dan berkelana sendiri di sana

Jember, 23 Ramadan 1439 H

Malam Kedua Puluh Dua

Pasundan menantimu
Probowangi menempuh perjalanan jauh untuk meraih Lailatul Qodar
Ketika Pasundan bersujud di hadapan maha kuasa
Selalu meneteskan dosa setelah perang negeri selalu merobohkan perdamaian
Seketika Pasundan berjelajah di kota Pahlawan
Menemui Probowangi yang sempat termusuhi

Probowangi dan Pasundan akhirnya bergenggam tangan
Inilah mengubah permusuhan menjadi persahabatan abadi
Sehabis tenggelamnya api melelehkan rumah penduduk
Bandung sempat menangis dengan api membara
Embun lah sunyi menjiwai setetes kalbu
Malam kedua puluh tiga mengulur kemanisan

Jember, 22 Ramadan 1439 H

Tuesday 5 June 2018

Malam Keduapuluhsatu

Menangkal perjuangan demi menumbuhkan jihad
Meledak sesuatu maka hamparan makin terkuak dalam kegelapan
Relawan telah menembak oleh tentara tak berguna
Sudah saatnya mengundang reaksi kekecewaan

Kemudian mencekik langit malam dirampas menit per menit
Betapa matinya mencakar keabadian
Setelah itu ia seseorang mengais paksa warga
Apa yang telah diperbuat oleh tentaranya
Sudah menakdirkannya pada nasibmu
Menyempurnakan shalat malam untuk orang yang meninggal

Separuh doa untuk Ibu
Separuh bait untuk Tuhan yang maha kuasa
Separuh nada dipersembahkan kepada kasih sayang
Separuh kata diucap kepadamu sang cahaya kalbu
Tunggulah aku
Ku berangkat menuju ke tempat teduhan fajar
Demi menyuburkan pagi cerah

Surabaya, 21 Ramadan 1439 H

Malam Keduapuluh

Tak terasa sepuluh hari lagi Ramadan akan meninggalkan kita
Tingkatkan malam mulia melalui sejumlah dzikir
Ramaikan qiyamul lail dengan setetes air mata
Muliakan shalat Sunnah malam menjadi keabadiannya pada purnama
Sesuatu yang ditinggalkan akan terjebak dosa pada bulan kemudian

Bersujud lah seperti air yang mengalir
Langit pagi mencerahkanmu
Ajaibkanlah dalam senandung nada
Kemudian telah menjerit dalam namamu
Seperti mengobar kibar bendera
Merdeka untuk dirimu
Dan berkuasa di surga yang kelak

Surabaya, 20 Ramadan 1439 H

Malam Kesembilan Belas

Tenggelam mengerucut nafasku
Lautan tertinggi seperti mendarat ke tempat sesuatu
Seakan-akan memori akan hilang seketika
Semua itu melenyapkan kau dan setubuh kalbu
Yang meneteskan pertigaan hidup seperti mengejar otentik yang dioles oleh cerita
Berdoa lalu memetik dalam hatimu

Sebuah gambar begitu menunjukkan kekuasaan pada Allah
Selalu ada di sisimu dengan sepenggal perlindungan
Allah menolong dengan batinmu
Sebelum tenggelam dalam rajutan kemenangan Fitri

Surabaya, 19 Ramadan 1439 H

Malam Kedelapan belas

Melihat keajaiban akan menjelang akhir bulan Ramadan
Sebelum meninggalkan tempat tinggal yang tercinta
Kini mengulurkan taubat lalu duduk merenung
Kemudian merayakan dengan segala cara

Bahkan mengucapkan karena pengabdian kepada jiwa yang membelenggu jin
Sedangkan memakan roti hanya seperempat bagian
Kemudian berjalan menuju ke tempat peristirahatan terakhir
Saat itu ia mencambuk tubuh kerajaan yang maha kuasa
Lama lama akan mati

Sia-sia akan mati di hadapanmu
Sepertinya ia sudah tidak hidup sebatang kara
Melainkan berdoa untuk dinantikan kau di surga yang kelak

Surabaya, 18 Ramadan 1439 H

Malam Ketujuhbelas

Engkaulah merayakan peringatan pada Alquran
Lembar demi lembar telah lahir
Mengobarkan rasa empati kini datang
Khasiat hati tertanam lewat membaca ayat per ayat

Petunjuk telah membuka cakrawala kepada orang yang beriman
Terdapat pada sebuah nabi yang tercantum dalam surah demi surah
Menghafal ramai ramai
Membondong masuk surga di sini

Melalui Nuzulul Qur'an dilantunkan ayat demi ayat
Bersujud pada langit purnama
Persembahkan kepada umat yang mendapatkan peradaban zaman
Ku engkau lah Rahmat kepada sang maha kuasa

Surabaya, 17 Ramadan 1439 H

Malam Keenambelas

Belenggu menyerbu negara penuh penderitaan
Mencekik gedung akan diserang
Setara roboh pada bumi ini
Roda negara sudah rapuh setelah membilik darah begitu parah

Geram dan kaku
Membedah kejahatan paling keji
Betapa cahaya sulit menerima
Sulit membidik kebenaran dan perdamaian
Seribu rasa belum terkabulkan

Cinta kasih dijauhi
Memeluk selamanya dan tinggalkan negara penuh kerendahan
Selamat kan diri sebelum mengayomi perang susulan

Surabaya, 16 Ramadan 1439 H

Wednesday 30 May 2018

Malam Kelimabelas

Dosa terjerat dalam batinku
Merasa punya dosa yang tidak terpenggal dalam jiwaku
Ia merasa ditekankan dengan permasalahan terhadap aku
Andaikan bulan purnama menyempurnakan tahajud
Membelenggu purnama jika tersengat oleh sepintal api
Inilah terdeteksi nyawa yang menguasai ruhmu
Istijabah kepada Allah untuk melepas keserakahan
Suatu saat pagi akan terasa bertaubat

Surabaya, 15 Ramadan 1439 H

Malam Keempatbelas

Kecelakaan berujung malapetaka
Bersanding di tengah jalan bertatap dengan para preman
Berperang untuk menculik hartanya
Puasa memang disuguhi nafsu kejahatan begitu mengugah lumpuhnya iman
Bertabuk dosa ditaburi kesadisan begitu mencekam
Terdebam sebuah kekejian
Membuahi kepahitan
Hukum terjerat selamanya
Allah tak akan memberi petunjuk bagi manusia pendosa
Sewaktu waktu tak menerima pahala hingga mengakar di lautan neraka nanti

Surabaya, 14 Ramadan 1439 H

Malam Ketigabelas

Merajut bulan purnama
Diawali sebuah mimpi begitu mengalir
Setelah mengejar harapan selama berbulan bulan
Tersedot oleh kepasrahan begitu menghanyutkan impian
Terjatuh di kasur empuk ku jadikan lemah
Rembuk api seperti terpenggal lembaran kertas
Mendoakan di persilangan tahajud
Dengan langit berkuasa
Bertotok pada lantai lalu bersanjung padamu

Surabaya, 13 Ramadan 1439 H

Tuesday 29 May 2018

Malam Keduabelas

Mengikat batin pada rantai kepedihan
Betapa melihat jiwa karya melimpahkan tiap ratusan lembar
Sebesar tulisan digores oleh waktu ke waktu
Mencapai niat tulus pada perjalanan
Selalu taat kepada sang maha kuasa
Halalkan pembaca ingin meneguhkan jiwa
Api biadab lalu digores oleh cincin putih
Memasuki dunia lebih bermartabat

Surabaya, 12 Ramadan 1439H

Malam Kesebelas

Diwarnai problematika umat
Pemimpin meresahkan tanggung jawab
Itulah Penjernihan tak henti dari waktu
Mengenang kalbu dipatahkan secara percuma
Tiada tahu apa yang diperbuat oleh umatku
Aku bersimpuh atas kesalahan diperbuat
Sungguh tidak kenal henti
Bakal dielus dan memperbaiki diri
Sujud dalam namamu
Siapa tahu Allah menyayangimu

Surabaya, 11 Ramadan 1439 H

Malam Kesepuluh

Mengintip lembaran kitab kuning
Meraba setiap tiap kata dalam bahasa Arab
Selalu menyimak dan menuliskan setiap pengucapan dari guru besar
Abadikan jika terbaik akan memuliakan Rahmat dalam berilmu
Nyawa cerdas serta berakal
Keyakinan bercelah oleh setinta kertas
Mengayomi didik di masa cerah
Daripada menggores pada amalanmu
Selamatnya akan diwariskan padamu

Surabaya, 10 Ramadan 1439H

Malam Kesembilan

Bayangin matahari telah terbenam
Atas melangkah kaki sangat jauh
Kepada perjalanan penuh menghasut batin
Tiba tiba mengelut buta
Lemah tak berdaya berdiam diri
Setelah bercakap dan dipukuli oleh mereka
Mana ada menjangkit kebatinannya
Pindah dan meruntuhkan kamu
Seperti meruntuhkan kebenaran
Meneliti lah sebelum dibidik oleh guru terbaikmu

Surabaya, 9 Ramadan 1439 H

Malam Kedelapan

Redapan kalbu mengugah cerah
Buktinya ku redapan dengan segala pertentangan
Jika mati dalam berjihad itu sudah mengukuhkan kepahlawanan
Seperti beriman mengalahkan kemalasan
Tempat membasmi kejadian perkara
Bumi mengendap puasa

Tak sekadar melangkah dengan kelelahan lalu tertidur
Tetapi ku resapi padamu sebuah ketentraman padamu selalu
Selama mengendap terus menerus
Hingga bertaubat

Surabaya, 8 Ramadan 1439 H

Malam Ketujuh

Saatnya mengendap renungan kepada alam sunyi
Ku embun sepenggal perjalanan dari rumah menuju ke tempat tujuan
Berdoa dengan segala kalbu

Betapa menemui polisi
Ia memeriksa tas sehabis sampai di sini
Padahal tidak membawa alat tajam lalu dibongkar satu persatu
Santri bukan terorisme
Nekat menangis kepada para polisi
Tidak salah malah di perih suatu kemarahan
Bukan ditombak batin tetapi perjanjian sebagai masyarakat yang baik

Surabaya, 7 Ramadan 1439 H

Malam Keenam

Kaidah teknologi makin berkembang pesat
Memenggal agama untuk kekuasaan
Berpelukan dengan sahabat perempuan
Kini aku gugup menghadapi dia
Serdadu kisah begitu nyata
Lalu menjangkit kepurukan
Tidak pernah takut karena kebenaran
Berdaulat untuk mengejar mangsa
Sebelum menempuh detik terakhir menuju kemenangan

Surabaya, 6 Ramadan 1439H

Malam kelima

Betapa sulitnya iman sulit dikendalikan
Lantaran tak punya kesempatan
Selaku dirinya merasa diampuni
Menjaga batinmu terus menjemputmu
Dalam sebuah keteladanan yang diimbangi padanya
Sebuah memori tak terhembus oleh waktumu
Mungkin saatnya terpisah
Bila mendatangi sebuah doa
Rahmat sekeluarga lalu mengabadi sebuah peristiwa
Kepingan demi kepingan akan segera diampuni dosa
Selamat berjumpa lagi Indonesia

Surabaya, 5 Ramadan 1439 H

Malam Keempat

Memeluk untuk Wanita
Memeluk untuk keabadian
Memeluk untuk segala perlindungan
Memeluk untuk segala kebersamaan
Sebutir kisah dari negeri sebelah
Bahwa menjual diri dibagikan dengan harga seikhlasnya
Menjaga diri dengan duduk dengan empuk akan terasa enak
Tapi lama lama sudah bosan
Alangkah baiknya menyempurnakan iman
Daripada tersembunyi sama sekali
Didik namamu
Tawa masih ada
Hingga selamanya

Bandung-Surabaya, 4 Ramadan 1439 H

Malam Ketiga

Seraya kasih anak tak luput dari perkembangan
Usia menentu tapi nutrisi masih ada
Jangan biarkan mendidik tanpa diawali dengan serpihan basmalah
Mengucap dalam namamu
Mendekap semesta atas nama Allah
Semesta Muhammad ku jaga kekuasaan
Berjalan hingga mendirikan benteng pemimpin
Mendidik tanpa emosi
Mendidik penuh berati
Makna akan bermanfaat bagimu

Sumedang, 3 Ramadan 1439 H

Malam Kedua

Mengenang kasih sayangmu
Kepada dunia membahu alam
Kesunyian cukup mendekam di perumahan
Tiada suara mengayomi penduduk
Malam diulur sepi
Seraya mengunjungi sebuah mimpi yang kemudian ia rela bersimpuh denganmu
Bangun dan bertahajud dengan sekadar doa
Menghadiri ciptaan daripada membentang sebuah kata
Bahwa dunia yang diindikasikan oleh semesta
Insya Allah Allah menjadikan kekuatan bagimu
Kepada sang ilahi

Bandung, 2 Ramadan 1439 H

Malam Pertama

Ku singgah dalam dekapan purnama
Tarawih mendekap padamu
Rindu bersujud saat menyambut puasa
Seperti bening purnama tersinggah padamu
Sebuah kisah dilupakan oleh doa
Allah memperlangkah ibadah puasa
Suatu saat akan tidur di pagi setelah sahur

Bandung, 1 Ramadan 1439 H

Friday 25 May 2018

Sandal Gunung telah Hilang dikenakan Orang Lain

Ramadan berjalan
Sempat tertuang kejadian tidak disengaja
Sandal gunungku hilang dipakai orang sejak sekali dalam setahun
Sungguh menduga orang mengenakan sandal gunung tanpa sepengetahuan pemilik langsung dicerna

Surabaya memang sensitif besar
Menguak kriminal terus berkembang
Mengusap keteledorannya oleh lingkungan
Faktor emosi selalu membayangkan suara boneka nekat
Green force menebarkan gengsi

Tidak bisa dimungkiri Surabaya menembus lautan api seperti ketakutan di kota Bandung
Buka penjara lalu menyiasati itu
Iya, suasana tidak menentu
Lantaran waktu tak bersahabat
Sandal gunung difavoritkan itu sebaiknya meninggalkan waktu dikenang
Suatu saat disembunyikan secara cuma-cuma

Surabaya, 2018

Bandung Lautan Syair untuk Negeri Pasundan (2)

Bandung lautan api
menyeka api dihanguskan bangunan
Tidak berhenti penjajah mengepung kota
Menyerahkan kekuasaan di tangan Belanda
Ia terkepung suasana
Kehabisan hidup ditengah serpihan peperangan
Seperti meramu kematian
Negeri Pasundan bersedih

Jika rakyat semesta menyelamatkan sejahtera
Mengobarkan jiwa disatukan
Syair berpendar kalbu
Yang sangat memecahkan akal
Raga tak dimungkiri bila waktu begitu fana
Amalkan dirimu dan menyerahkan sang pencipta
Geramlah dan dentumanlah dalam nama langitnya
Darah bercak di sekitar Bandung
Pasundan kembalikan tanah padaku
Jika kalah pergilah dari wilayah kita
Sekali merdeka tetap merdeka

Bandung, 2018

Ramadan, Sepenggal Dosa Di Hadapanmu

Ramadan
Waktu yang tepat untuk beribadah
Bukan berbaring di tempat tidur
Sahur mengukuhkan semangat menjelang pagi
Ibadah melubuk sebuah ilmu
Merata pada syahadat

Ramadan
Sepenggal dosa di hadapanmu
Masih banyak tantangan yang dituntaskan
Puasa lah untuk menahan nafsu
Ampuh memberantas pendosaan

Ramadan
Langkah kaki menuju kemenangan
Tuntaskan nafsu diri bukan digital
Serahkan batinmu kepada sang maha kuasa
Salah satu bahwasanya tiada awal dari kehidupan
Sebelum petunjuk disetir oleh malaikat

Surabaya, 2018

Monday 21 May 2018

20 Tahun Reformasi, Kenangan Keluarga Tempo Doeloe

Kasus reformasi tak henti dari serpihan tragedi
Mengingat batin di dekatkan pada air mata
Ku renggang pada darah juang
Berubah suatu kekalahan pada sirna
Berbaring pada kematian
Dua puluh tahun reformasi telah dikenang hari ini
Memunajat kerinduan tak bisa merintih air mata

Tempo dulu kasus tragedi Trisakti yang melihat mahasiswa dengan polisi
Genggaman dokumen belum bisa dilupakan oleh seseorang
Tempo dulu sudah belum menuntaskan kasus reformasi hingga kini

Surabaya, 2018

Naluri Padamu Sang Perempuan

Menantimu sang pencipta
Selaras kepadaku sang perempuan
Menjemput dengan jalan kaki
Seumpama manusia menakuti sebuah kegelapan
Melindungi dalam dekapan namamu
Sesungguhnya kehancuran bagian keresahan manusia
Dilarang menusuk jiwamu
Kecuali mengugah rasa batinmu
Serasa menggelitik malam
Naluri sebuah mimpi
Terjadinya fitrah lalu bersih
Jauhi nafsu digital yang mengencangkan kamu

Cicalengka, 2018

Sepucuk Sajak Untukmu

: Salsabilla Roihanah

Sepucuk sajak untukmu
Waktu terbaik seujung rindu
Kepada akal sehat murni diembunkan melalui kalbu
Kepada senja terbentang dalam namamu
Sehingga mengusap batinmu terurai cinta abadi

Memucuk kenangan tersambar langit pagi
Memelihara kamu dari segudang prestasi cemerlang
Seperti gerakan nada begitu melintang
Di masa depan akan cerah sepertimu

Surabaya, 2018

Melambaikan Tangan pada Malam

Menyangga malam begitu panjang
Itu sebab semua orang beristirahat
Setelah bertadarrus ayat suci lalu pulang ke rumah
Jika melambaikan di tengah malam
Menjiwai langit hitam ini bercengkrama dengan sahabat
Rawatlah sujud hendak diresapi pada kemudian hari

Setelah sahur akan berpangkal sebuah frasa
Di ujung takdir akan berpenyakit di akhirat
Buka pintu pendosaan sangat menderita lalu haruslah di bulan suci Ramadan
Sebatang maut tak bisa menemani sewaktu-waktu

Cipendeuy, 2018

Suara Kegaduhan di Dalam Kereta

Sepanjang kursi sangat nyaman
Berdiam diri sambil menempuh perjalanan di tempat duluan
Menjemput reaksi kurang bersahabat
Seorang keluarga mendidik anak dalam satu kursi penuh
Berdiam diri lalu kurang betah
Suara kegaduhan anak seperti menjerit tangisan sangat menderita
Membagi sebuah kesan tidak nyaman hingga turun ditengah perjalanan
Kalau berisik lalu mukul maka publik makin ketahuan
Berpenggal kerugian menghambur emosional

Paron, 2018

Monday 14 May 2018

Surah Ar-Rindu

(1)
Alif Lam Mim

(2)
Sesungguhnya rindu itu diciptakan karena menepis kenangan setelah sekian lama tidak berjumpa

(3)
Mengisahkan seorang perempuan yang bertinggal di tempat gubuk untuk membuka lembaran demi lembaran
Demi mengingat kenangan sempat tergores selama puluhan tahun lamanya
Yang demikian itu kesan selalu menumbuhkan canda tawa
Selalu bertemu dengan goresan demi goresan selalu dilalaui
Kini ia menghinggap di lantaran gubuk sawah
Sungguh allah maha perindu lagi maha mencintai

(4)
Barang siapa yang membacakan doa untuk menjaga warisan. Seakan-akan langit putih memberi pahala bagi doa yang dipanjatkan

(5)
Dan barang siapa tidak menemui dalam waktu panjang. Maka yang demikian itu akan terbakar dendam dan melumpuhkan masa lalu

Surabaya, 2018

Obito, Melancangkan Terorisme

Obito berkuasa istana hitam
Melancangkan pasukan
Menghancurkan seluruh warga di wilayah
Mengutuk ancaman lalu panik entah kemana
Radikalisme menakuti masyarakat

Obito, ia mengusap kematian dengan nafas
Berawal dari balas dendam lalu melukai dia
Ku mohon dengan sangat
Kenangan belum usai
Rindu terujung lepas
Larilah entah kemana
Waktu tak diprediksikan
Bakarlah merayap api amaterasu

Biadab tanpa berdosa
Obito Madara memaksa berebut wilayah kekuasaan
Melalui segala penderita yang dicekam oleh waktu ke waktu

Surabaya, 2018

Mei Bulan Tragedi

Mei
Melumpuhkan gaji pada hari buruh
Mengugah jiwa iman melalui hari pendidikan nasional
Mengerai asa diseruput kopi
Arungi renungi lewat doa

Mei
Bulan tragedi menyisahkan luka
Melebam aksi tragedi 1998
Melahirkan reformasi pada era soeharto
Membuluh hati disakiti
Melengser jabatan sebagai presiden

Mei
Tiada pertolongan padamu selaku buah kenangan
Menabur duka diiringi ziarah kalbu
Menangis air mata begitu cepat
Aku akan senantiasa mendoakan untukmu

Surabaya, 2018

Tuesday 8 May 2018

Setahun Gagal Menghadapi SBMPTN

Setahun lalu usaha sangat gagal
Ditengah soal ujian terlalu memberatkan
Suatu itu tak mampu belajar selama sebulan
Karena memori terbatas di hadapan saya
Seingat memendam waktu demi waktu
Menyusun yang melebam pada waktuku
Ku mengusut pada penggenggam sirna
Meresap pada pandangan waktu
Otak terlalu pecah

Sedangkan soal dikerjakan setengah mampu
Adanya meresapinya walau sudah tak mampu meraihnya
Memadai keramaian dan tak memungkiri jalan seperti itu
Bila hari begitu meresahkan jika sebulan berikutnya tidak lulus masuk di perguruan tinggi

Surabaya, 2018

Ramadhan, Sepenggal Perjalanan melalui Pena

Ramadhan telah dekat
Sepenggal Perjalanan rasa melalui sebuah pendakian
Sepanjang hayat manusia telah berwafat akan dibukakan pintu rahmatnya
Untuk mengabdi kebaikanmu dalam sejuta makna
Menikmati rasa kesegaran saat fajar menemani sahur

Bakda subuh disuguhkan ilmu keislaman tentang Ramadhan
Menyuguhkan temani sepanjang hari
Apa mungkin kau rela membungkam dosa selama Ramadhan
Hidup meski berat
Allah memahati segala arah
Ku warnai kebaikan justru berdebat dalam kebaikanmu
Ku akan menghadapi segala nafsu
Namun bukan puasa biasa
Dibatasi waktu sebelum tidur

Surabaya, 2018

Dua Anak Meninggal Diakibatkan Mengambil Sembako di Monas Jakarta

Sungguh disayangkan dua anak rela mengambil sembako gratis telah menghembuskan nafas terakhir
Usia sekolah dasar saja menggempul duka karena terinjak secara tak sadar
Publik menyadari tidak kasihan terhadap perlakuan menyambar api segala emosi
Apa yakin membuat keganjalan makin menangis terhadap keluarga korban

Pembagian sembako dengan peserta terbanyak sungguh menikmati ujian berat menghadapi suatu kematian tak diprediksi
Inilah yang menyematkan panas matahari tanpa keluar jalur
Monas Jakarta dipadati kerumunan dari masyarakat tingkat miskin
Hal ini panitia telah mempertanggungjawabkan atas kematian dua anak yang dinilai tidak ketahui oleh publik
Panitia acara sudah menyesatkan perlakuan masyarakat
Dan Snack dibagikan gratis memang tidak efisien sama sekali

Surabaya, 2018

Perang Tagar soal #2019GantiPresiden

Elektabilitas Jokowi masih tertinggi
Sudah apa apa belum menetapkan calon peserta capres 2019 telah mewarnai aksi emosi antar komunitas politik antar dukungan
Seperti car free day yang mengisi kecaman intimidasi antara pendukung Jokowi dengan masyarakat anarkis pendukung ganti presiden
Penjabat dan lembaga telah mengkhawatirkan atas pemadati sakit jiwa

Publik melawan melalui amukan
Masa mendekap opini publik
Pemimpin Jakarta akan menyelidiki siapa dibalik tokoh utama atas perang Tagar tersebut
Jangan mengisi kegiatan bebas berkendaraan penuh tidak manfaat atau mengisi kegiatan politik
Jangan dipermasalahkan #2019GantiPresiden
Terhadap masyarakat, sosial, dan negara

Surabaya, 2018

Mahasiswa Mengencangkan Dendam pada Hari Buruh

Hari buruh seakan menimbulkan banyak penghasutan
Mengingat hari buruh disuarakan dengan gaji pemerintah
Apa dirasakan ketika berdemo di depan publik
Lalu bersorak ekonomi kerakyatan yang akan distabilkan
Tidak usah menaiki standar, normal kan gaji kita

Di akhir demo menyebabkan sebuah tragedi yang tak menyenangkan bagi publik
Mahasiswa pendendam menerima ambisi kemarahan dengan meledak pos polisi di Kampus UIN Yogyakarta
Pendemo anarkis mulai berulah
Bagaimana publik hampir mengecewakan pada Mau Day
Seolah-olah meresahkan hati kepada negara
Penyebab narkoba mengonsumsi ganja dan alkohol mengendalikan temperamen
Maka polisi memburu enam puluh sembilan mahasiswa yang berujung anarkis tingkat parah
May Day jangan mengulangi perbuatannya

Surabaya, 1 Mei 2018

Penyair Berceloteh Sejak Sore Tadi

Pulang dari pameran buku
Tamu dari daerah telah meninggalkan perantau
Disambut kaget saya meninjau apa
Tanpa pamit keluarga terasa bahagia
Kalau aku kenapa dipertanyakan
Bilang saja dari awal bila pamit dari perantau
Saya berdokumentasi dengan novelis muslimah tetapi Ir enggan tidak diperbolehkan
Ini macam apa hari ini
Ada berbagai masalah yang melintas di pikiran saya

Perempuan bercadar sebagai penulis tak peduli pergaulan antar mahram
Saya muslim tapi belum dibekali ilmu muslim walau setengah paham
Pulang dari sini terasa membawa kepurukan
Sudah saatnya tak pantas menjadi penulis walau pembaca tidak punya hak integritas berliterasi
Pertemuan ke depan aku sudah tak berjumpa dengan penulis lokal
Jika terbukti tidak ada dokumentasi antara penulis dan pembaca

Surabaya, 2018

Noktah Masa Lalu

Membara luka entah dimainkan apa
Sebuah memori belum sempat merekam
Bila terderai arus balik
Membilik noktah
Sepilah malam terjerit luka
Bukan memilu
Tapi apa diganjarkan sebuah keabadian
Bila menggerahkan semua cobaan
Lantas siapa yang mewariskan noktah sebuah goresan pena
Memajang masa lalu
Kemudian menghukumi dengan apa

Surabaya, 2018

Banyak Buku yang belum sempat terbaca

Banyak buku yang belum sempat terbaca
Akibat suatu kelalaian dicampuri nafsu
Kini mengayomi rindu bukan suatu janji
Ia membayangkan betapa luasnya kerinduan yang amat dalam
Serahkan padanya jika tidak membuka handphone
Sosial media terbuka
Sayang seminggu tidak berhasil
Karena itu menjadi keganjalan
Buku terbaca sampai sebulan penuh

Surabaya, 2018

Mengingat Kakek ketika Menemani Satu Ruangan

Kursi goyang merenungi gejala
Tiba tiba mendengar suara drama dari kakek
Bahwa suara dahulu menyimak pada satu arah
Kini ia terpercayakan pada semuanya
Ujian sejak kecil hanya mengganjar drama
Ruangan cukup empuk ketika aku mencicipi popmie
Seraya merebam tindakan
Saya lesu
Kakek marah
Hari sangat buruk

Surabaya, 2018

Meresahkan Tokoh

Seperti pula meresahkan tokoh
Semenjak gelap gulita terembun oleh simpang siur
Membalik sebuah keadaan
Ribuan orang hadir kini melemahnya kehadiran
Semenjak membungkam sebuah arah
Kini ia apalagi ditakdirkan
Semenjak mendetaknya sentuhan
Kini ia memungkiri cintanya dilumpuhkan
Sebuah media diterbitkan merekam sebuah  deklarasi
Ia takdir tidak seolah menggeleng keadaan

Surabaya, 2018

Saturday 28 April 2018

Lembayung Puisi

Kepada sajak dituliskan melalui lembaran demi lembaran
Seraya mengencangkan angin
Yang tersemboyan dengan rindu
Yang tersembung oleh waktu ke waktu
Ujung waktu termakan sepi di negara ini
Sibuk apa pun tidak bisa mengabadikan momentum
Untuk menyembuhkan segala kegelisahan
Lembayung bulan terbayang arah
Puisi terpenjam seumur hidup
Ketika tidur pulas menantimu

Surabaya, 2018

Di Ujung Janji

Bergemam pada janji lantaran arah yang salah
Serasa lisan terlembayung pads suatu harapan
Gejala demi gejala selalu memetik senapan
Tiada kata kotor pada hatimu
Tidur menghabiskan waktu untuk mimpi dengan segala hal
Tangisan darah terkikis oleh darah
Izinkan mengusap mata dalam janjimu

Surabaya, 2018

Ketika Puisi Berkumandang di Masjid

Merayakan syair di dalam dekapan adzan
Seperti memuji padamu denyutnya sebuah estafet kosakata
Tak lain membenam pada suatu kala itu
Di ujung pena dan suara
Sementara lepas dari pena pikiran terbayang dimana-mana
Akan tetapi lupa segala situasi
Betapa rakyat yang mengimbanginya
Membuah kisah silih berubah zaman
Andaikan Chairil di sini menyanyikan sajak
Lalu menyampaikan kepada publik bahwa puisi diubah seumur hidup

Surabaya, 2018

Berakhirlah Usia ke-21

Selama 21 tahun habis menerka cobaan
Lalu menghampiri sirna entah mengayomi emosi
Tersembung selam memilu berkuasa
Awalnya dipenggal
Ujung ujungnya disirna
Menyebut poros dipandang semata
Disempurnakan oleh kemataan
Koalah ditimpa jeratan dendam
Munculnya poros kepasrahan
Usia ke-21 cukup sirna

Surabaya, 2018

Dalam Dekapan Kasih Ibu kepada Sang Penulis

: untuk Ratna Wahyu Anggraini

Saya lahir terinspirasi oleh Ibu kekasihku
Membesarkan bahasa Indonesia yang hendak dipelajari
Dalam dekapan kasih Ibu kepada sang Penulis
Inginnya menemani daripada diteliti
Sekali berjumpa tetap bertemu
Seyogyanya mengudara tangisan
Sekadar rindu tanpa menoreh ragu
Seolah-olah membawa buah tangan
Mengucapkan karunia kasih engkau menasehatiku selama menit per menit
Seakan-akan membuahkan kerintihanmu
Pulang dari sini mengucapkan terima kasih pada pujaanku

Surabaya, 2018

Rembulan Ditelan Matahari

Menelan rembulan pada serpihan senyum
Akan terpapan dalam namamu
Hendak mengundang sayupan dihempas seketika
Melangkah kaki sambil dihempas sepanjang warna
Sepi lalu diwarnai kehausan
Sepanjang hayat matahari tak akan diampuni
Sebelum mencicipi sahur terlebih dahulu
Jangan terbuang oleh tidurmu selepas subuh
Rembulan nafsu ditelan matahari
Bangun kesiangan lalu berangkat terburu-buru
Inilah pelajaran hari ini bahwa jangan tertelan rembulan pada mataharimu

Surabaya, 2018

Kontradiktif Ibu Indonesia atas Penyatiran Umat Islam

Ku rapuh sepenggal kata dalam sajak Ibu Indonesia
Setara menyatir umat Islam yang telah meresahkan sastra
Inilah purnama yang menyanjung sedih
Sedemikian rupa lumpuh menyanjung adzan yang dikumadangkan
Cadar dipersalahkan lalu apa yang telah diperbuat oleh penyair lemah

Atas kejinya menistakan agama
Maka putri dari Bung Karno akan mengamuk jika diksi begitu memerihkan
Ku pikir penyair sekeren itu mengolok adzan dan cadar sebagai merusak pencitraan agama
Lihatlah negara kita yang telah dikepung oleh Israel
Lihatlah si Ahok yang sekarang dipenjarakan karena menduga menistakan agama dalam Al Maidah ayat 51
Apakah bu Sukma sudah bertabayyun atas sajak Ibu Indonesia?

Aku adalah penyair dari preman sebrang
Atas membengkalai puisi Ibu Indonesia yang diwarnai insiden kecelakaan pada diksi tersebut
Kau pikir gunung meletus yang membelenggu penjuru penggalan kalimat di balik kata adzan dan cadar
Seharusnya adzan dikumadangkan untuk memanggilmu dalam ibadah shalat
Seharusnya wanita bercadar dihendaki untuk menutup aurat sesuai ajaran nabi yang diajarkan kepada kita
Ngapain dipersalahkan?

Siapa yang mengotori diksi tidak mengundang kebaikan terhadap umat islam?
Siapa yang menciptakan sajak yang meresahkan umat Islam
Siapa yang melahirkan karya sastra yang menerapkan jamuan gelap yang ditulis demi mengutuk argumentasi indah pada bait-bait puisi?
Siapa yang menyuruh menciptakan puisi dalam rangka pameran dengan kalimat yang mengukuhkan persatuan bangsa dalam keagamaan?
Untuk apa membaca puisi yang mengundang belenggu kata per kata

Manusia selalu diundang kutukan oleh iblis
Kasihan pemimpin umat yang telah mengenang kita
Jagalah negara kita dari ancaman terbesar pada tanah air
Lindungilah dan segera mengabdi negara yang dilanda bencana
Bu Sukma, sebagai peminta maaf
Doakan untuk umat Islam yang menyelamatkan dari ancaman Israel
Jangan mengusik kontradiktif dalam Ibu Indonesia
Kuasailah bumi dan langit dipersembahkan oleh Nabi Muhammad SAW
Taubatlah dan selamatkan batinmu hingga kembali tenteram

Surabaya, 5 April 2018

Wednesday 18 April 2018

Indonesia adalah Negara Hukum

Betapa pedihnya perkara mengujar kebencian sudah masuk ke ranah hukum
Sedihnya publik telah di dilema oleh langit hitam
Siapa yang akan dilimpahkan oleh hukum
Yang pasti pelakunya adalah manusia membuat keonaran
Tidak tahu betapa indonesia
Kau pikie masyarakat telah dibedebah oleh sekadar korupsi
Jendral telah membunuh kolega diantara semua yang telah terjadi
Sejarah terpinang oleh pencetusnya
Indonesia bukan hanya kemaritiman
Indonesia bagian negara hukum

Surabaya, 2018

Gugatan Hati

Bila rasa tak adil seupama punya ganjaran
Seperti tidak pas mengganjar di embun hujan
Seperti air mata menetes karena sakit hati
Jembatan diam tapi sehat tak bisa mengukur
Inilah hati yang memahat sebuah takaran
Apa cukup membuktikan bahwa cinta melepas takdir
Di luar sana masih ada tapi belum pasti mencuap
Dunia terlalu tak sadar betapa menggiurkan oleh pancaranmu
Yang dikatakan itu palsu
Gugatan hati akan dilimpahkan di ranah hukum

Surabaya, 2018

Wednesday 4 April 2018

Sajak Rapuhnya Islam dalam Ibu Indonesia

Adzan mengumadangkan panggilan Allah
Malah terhina dengan ibu tua tak tahu beradab
Menggelapkan segala lalu berpura tak mengerti apa yang dibacakan
Seandainya menyadari agama yang sesungguhnya
Putri proklamator terasa jahat
Membawa kejahatan bangsa serasa menyakiti negara
Pikiranmu tak berguna
Buat apa kamu mengejek negara tanpa melandaskan syariat islam

Hai putri proklamator
Kenapa kau berbicara kotor di hadapan publik
Seharusnya menjaga keutuhan agama
Ingat pancasila pertama berbunyi bahwa Ketuhanan yang maha esa
Adzan dan cadar bagian dari senandung Allah dalam dekapan maha kuasa
Kau pikir rapuhnya Islam karena apa
Jika keberatan akan merasakan siksa di balik jeruji

Aku kesini berdiri tegak
Siap melawan di jalan sesak
Aku tidak mempercayai kutukan penistaan agama seperti kau
Pengejek negara
Dalam sajak Ibu Indonesia

Surabaya, 2018

Wednesday 21 March 2018

Merayakan Rindu

Bermula dari kelaman kalbu
Seperti butiran-butiran mengulir pancaran hampa
Lautan berpuisi merayakan untukmu
Seperti mengores desa kian seri
Andaikan berpenam pada siantar padang
Merayakan rindu kepada dunia
Bergerak untukmu
Lalu berlalu lalang membasmi nasihat
Tidak mau berkomentar panjang
Merangkum dari semua cobaan
Tidurlah dan berpalinglah padamu

Surabaya, 2018

Tuesday 13 March 2018

Rela Merindukan Hati

: kepada Nurina Ardiyanti

Rela menusuk jiwamu melalui rayuan langit
Mengenggam senyum digembara hati dengan sepeluk rindu
Menerami malam dikembalikan ke tempat tinggalmu
Hanya ini salah satu kegiatan hanya sibuk saja
Tidak bisa mengumpulkan para pasukan sepert
Jangan rela mengorbankan hati, dipikir suatu perkasa di langit dan bumi

Pemuda Pulang Kampung walau Orang Tua Tiada

Pemuda itu berjalan, langkahnya berat dan lesu, Di kota besar, dia mencari pekerjaan, namun tak kunjung berhasil, Hatinya penuh kekecewaan, ...