Saturday 28 April 2018

Kontradiktif Ibu Indonesia atas Penyatiran Umat Islam

Ku rapuh sepenggal kata dalam sajak Ibu Indonesia
Setara menyatir umat Islam yang telah meresahkan sastra
Inilah purnama yang menyanjung sedih
Sedemikian rupa lumpuh menyanjung adzan yang dikumadangkan
Cadar dipersalahkan lalu apa yang telah diperbuat oleh penyair lemah

Atas kejinya menistakan agama
Maka putri dari Bung Karno akan mengamuk jika diksi begitu memerihkan
Ku pikir penyair sekeren itu mengolok adzan dan cadar sebagai merusak pencitraan agama
Lihatlah negara kita yang telah dikepung oleh Israel
Lihatlah si Ahok yang sekarang dipenjarakan karena menduga menistakan agama dalam Al Maidah ayat 51
Apakah bu Sukma sudah bertabayyun atas sajak Ibu Indonesia?

Aku adalah penyair dari preman sebrang
Atas membengkalai puisi Ibu Indonesia yang diwarnai insiden kecelakaan pada diksi tersebut
Kau pikir gunung meletus yang membelenggu penjuru penggalan kalimat di balik kata adzan dan cadar
Seharusnya adzan dikumadangkan untuk memanggilmu dalam ibadah shalat
Seharusnya wanita bercadar dihendaki untuk menutup aurat sesuai ajaran nabi yang diajarkan kepada kita
Ngapain dipersalahkan?

Siapa yang mengotori diksi tidak mengundang kebaikan terhadap umat islam?
Siapa yang menciptakan sajak yang meresahkan umat Islam
Siapa yang melahirkan karya sastra yang menerapkan jamuan gelap yang ditulis demi mengutuk argumentasi indah pada bait-bait puisi?
Siapa yang menyuruh menciptakan puisi dalam rangka pameran dengan kalimat yang mengukuhkan persatuan bangsa dalam keagamaan?
Untuk apa membaca puisi yang mengundang belenggu kata per kata

Manusia selalu diundang kutukan oleh iblis
Kasihan pemimpin umat yang telah mengenang kita
Jagalah negara kita dari ancaman terbesar pada tanah air
Lindungilah dan segera mengabdi negara yang dilanda bencana
Bu Sukma, sebagai peminta maaf
Doakan untuk umat Islam yang menyelamatkan dari ancaman Israel
Jangan mengusik kontradiktif dalam Ibu Indonesia
Kuasailah bumi dan langit dipersembahkan oleh Nabi Muhammad SAW
Taubatlah dan selamatkan batinmu hingga kembali tenteram

Surabaya, 5 April 2018

No comments:

Post a Comment

Pemuda Pulang Kampung walau Orang Tua Tiada

Pemuda itu berjalan, langkahnya berat dan lesu, Di kota besar, dia mencari pekerjaan, namun tak kunjung berhasil, Hatinya penuh kekecewaan, ...