Saturday 28 January 2017

Perempuan Ranah Mulia

Perempuan Ranah Mulia

Perempuan tertidur nyenyak
Bukankah ia menolong
Bahkan peduli padamu
Terlahir dari jejak kaki kita
Namun jangan tipu daya

Ranah mulia terkenang masa
Titik ke puncak purmama
Bulan bintang menyerbu tanah abadi
Berapa pun pahala
Tetap tersimpang jari ke bulan
Alangkah menyerupai bintang yang agung
Hidayah merahasiakannya

Surabaya, 27 Januari 2017

Opera Sembilan

Opera Sembilan

Panggung utama
Ketika bersama teman sebaya
Dari pagi hingga malam
Demi menghibur penonton
Seperti mengemparkan konser
Pandangan budaya lebih martabat
Ke dalam serumpun bahasa
Tidak menyukai gelisah

Menilai panggung drama
Jika menghadapkan ke tokoh
Itulah yang membuat keadilan
Marah atau tidak
Bukan emosi beneran
Memercak kembang api
Mengoncang semangat bukan tandingannya
Menepuk tangan kepada pemain

Surabaya, 27 Januari 2017

Safari 212

Safari 212

Dimana peristiwa hampir terjadi
Mengobarkan penistaan agama
Tak tahu apa-apa
Seperti menyangga takbir
Sama dengan mengobarkan merdeka
Ribuan jamaah telah di sini
Capek dan tahan daya meraih semangat
Islam penuh kejayaan

Hapuskan pemimpin kafir
Hancurkan ancaman NKRI
Tiada siasat untukmu
Menggapai rahmat
Tidak pernah berfikir
Safari damai tanpa terlibat bid'a
Bergemparkan Indonesia hingga dunia

Surabaya, 27 Januari 2017

Kencing Massal

Kencing Massal

Ribuan warga kebelet pipis
Karena perbuatan minum sambil berdiri
Tidak tahan membuang air kencing
Pantas banyak yang curiga
Tanpa berfikir panjang
Andaikan ramai
Yang dihantam jalan
Bakal menemui hidup yang sepi

Kesasar waktu
Tertinggal rukuk
Hanya takbir di tempat
Dan lanjut tanpa menunggu
Tiada satupun kencing di kain
Bila menetes akan datanglah penyakit batin

Surabaya, 27 Januari 2017

Ku Cari Ruang Tidur

Ku Cari Ruang Tidur

Malam ini sedih
Menempati jamaah yang tidur
Nikmati sedup melangkahkan kaki
Umat terus datang
Meski susah mencari
Di tempat yang kosong
Semangat lagi tiada
Jangan mengoda manusia tertidur

Tanpa lelap
Susah tidur anjing mengonggong
Berlari ke sana
Bintang benar-benar tidak terkabul
Ku lempar batu bulan
Ulah 212
Akhirnya mencari tempat yang jauh

Surabaya, 27 Januari 2017

Menunggu di Sana

Menunggu di Sana

Aku menatap wajah
Meski ribuan umat datang
Ketika kajian mulai
Menempati kursi yang ramai
Yang menghampiri semut berkumpul
Untuk mengapresiasi rakyat
Pasca ancaman bangsa menyakitimu

Mereka semarak memburu surga
Tiada pendustaan agama
Kecuali kau
Benar-benar menghilang
Aku suntuk menolah-noleh wajahmu
Terlihat banyak rupa
Inilah cerita yang mengundang kebingungan
Andaikan warga umat demi bersatu

Surabaya, 27 Januari 2017

Thursday 26 January 2017

Ashar

Ashar

Sore hampir tiba
Istirahat sejenak
Menyerukan panggilan Allah
Sambil mendengar senandung Adzan
Menegakkan perjuanganmu
Berteduh dengan doa
Tiada sia-sia
Mempererat damai di dunia
Tanpa menyikat dosa
Kecuali Surga melumpuhkan siksa
Rasulullah bermusafir menuju Madinah
Demi berperang dengan gajah
Terhadap burung ababil
Mendirikan kabah terpandang untukmu
Membelah sore dan petang
Malam menjelang sebelum senja tenggelam

Surabaya, 25 Januari 2017

Dzuhur

Dzuhur

Siang menyeret langit pagi
Berbondong-bondong di Masjid
Mengiringi nada
Terpenuhi sujud syukur
Dhuha telah usai
Sorotan doa menghadap tuhan
Gapaian pekerjaan demi keberhasilan
Demi mimpi mengejar waktu
Memancarkan air bersinar cahaya
Allah memberkahimu

Surabaya, 26 Januari 2017

Subuh

Subuh

Waktu memberatkanmu
Fajar akan datang
Setelah malam panjang
Rahmat hidayah
Sama dengan bumi mengiringi sholawat
Muhammad telah mengenang kita
Malaikat menjemput subuh
Penjamkan mata
Dari bangkit dalam tidurku
Bukan seperti aliran sesat
Kabut pagi menyejuk iman
Bertadarus demi kata per kata
Amal menghitung bacaan
Akhirat mengumpulkan koin amalmu

Surabaya, 26 Januari 2017

Isya

Isya

Malam telah datang
Melangkah kaki demi pahala
Ukurlah hidup yang abadi
Allah selalu meridhoi
Perbanyaklah bersyukur
Sampai dengan dzikir
Menggerakan jari tangan sambil bertasbih
Jangan ketinggalan dosa
Sebelum meninggalkan hidayahmu

Surabaya, 26 Januari 2017

Wednesday 25 January 2017

Jatuh Bersama

Jatuh Bersama

Setiap jalan mengayun sepeda
Yang memutarkan rantai roda berjalan
Terkesan jauh hampa
Memuat tiga orang
Sosok yang akrab dan berwibawa
Mengikat langit biru
Saat jatuh di perjalanan
Luka merobek kulit berlumuran darah

Bertanya dalam hati
"Sayang, kau kenapa" Tanya Ibu pada Anaknya
"Sakit!" Jawab Ibu dengan perih
Bangkit dalam berjalan kaki di sana
Menjahit luka semacam jeritan yang tinggi
Melangkah akan lambat
Sangat senggang terhadap hari cerahmu

Surabaya, 25 Januari 2017

Kecewa Ketika Mandi

Kecewa Ketika Mandi

Belum siap bersekolah
Tiba-tiba dibentak oleh Ayah
Membenci hari yang bahagia
Inilah suasana agak kaku
Menghajar sebulir beras racun
Waktu biasa mungkin
Lihatlah aku sendiri

Melamun di Bak Mandi
Mengembus fikiran pada layangannya
Ia berfikir sekolah sebagai ilmu
Di iringi musik tidak menarik
Temukannya bosan dalam hidupmu

Surabaya, 25 Januari 2017

Rindu Dyah

Rindu Dyah
: Dyah Ayu Pitaloka

Setelah berapa bulan lamanya
Hujan mengisahkan rindu
Kenangan akan menanti
Menunggu hingga kapan
Mengaitkan sebuah matahari
Senja menyajuk nafas

Renungan bertabuh doa
Gemuruh lalu hening alam ini
Tiada arti berpisahan
Sahabat akan menantimu
Mengelus rambut yang wangi
Hanya cantik melintas serdadu pada surga

Surabaya, 25 Januari 2017

Bermain Bersama Hujan

Bermain Bersama Hujan
: Dyah Ayu Pitaloka

Saat hujan datang
Membasahi kain beserta kerudung
Cantik tak akan menghalangi
Hati ini merindukanmu
Tetesan air mengempiarkan hari
Detik sangat cepat
Selalu berlagu-lagu dalam syair

Pelangi cerah
Menampilkan nuansa indah
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui
Segala sesuatu
Tidak seperti yang lalu
Tetap ada di setiap anugrahmu

Surabaya, 25 Januari 2017

Hidup Ini Tidak Adil

Hidup ini Tidak Adil

Betapa nasi goreng habis
Ulah bahan ditelan konsumen
Naik sayur-mayur merombak naik
Ulah musim menganggu panen
Daging sapi naik tinggi
Karena pasukan impor lebih tinggi lagi
Baju dan celana di sini saja mahal
Suatu harga takut pada warga
Permintaan sepi

Tragedi menimpa musibah
Hukum makin menjerat
Tentu tak bisa dimungkinkan riwayat
Akan mengakhiri segalanya
Hanya allah mengadili
Hidup tidak adil
Ia pasti pergi ke neraka

Surabaya, 23 Januari 2017

Marah Ketika Melawan Lupa

Marah Ketika Melawan Lupa

Hari ini penuh merobek waktu
Tiada lagi yang memperingatkan
Bermain di luar rumah
Sekitar halaman kampung
Sayang bukan jalan untuk bermain
Menyeret tangan ditegur Ayah dan Ibu
Andaikan mereka membentak ucapan orang tua
Sungguh rugi terhadap nasibmu

Retak dinding bila tersanjung
Hari sangat keras
Mengajari arti dari dendam
Lekasan luka di hati
Tersakiti jiwa lalu resah padanya

Surabaya, 25 Januari 2017

Pulang Malam

Pulang Malam

Malam semakin singkat
Mengingat langit hitam datang
Ditemani bulan bintang
Tiga jam menyempatkan waktu
Orang tua berkata "Jangan engkau pulang malam"
Jika mereka pulang malam
Pintu gerbang akan ditutup
Dan tak bisa keluar lagi
Artinya engkau mencari tempat

Untuk menemani tidur malam
Terbiasa pulang malam gerbang ditutup
Mengira semua lalapan pagi hingga malam
Lelah terselip tidurmu
Lenyap hari dan waktu
Sampai berjumpa lagi esok

Surabaya, 25 Januari 2017

Meretakkan Perjuangan

Meretakkan Perjuangan

Dendam telah meredam rasa
Membongkar pintu dengan genggaman tangan
Hingga engkau berdarah
Kau ampuni tapi bernyali
Usirlah waktu santaimu
Karena manusia membutuhkan pertolongan
Tugas kehidupan akan berat
Mana ibadah yang engkau lakukan
Mana amal manusia diperoleh?
Orang tua tidak kasihan kita
Rela berkorban tidak mendapat perhatian
Selalu terpandang bulu
Hikmah tak sempat terpancar

Surabaya, 24 Januari 2017

Tidak Sempar Nulis

Tidak Sempat Nulis

Mengejar waktu
Mungkin sosial media akan melihat
Inilah kejadian yang tragis
Sulit mendiami layar lebar
Aku tidak begitu mampan
Tuhan ku berikan waktu
Menulis sebuah keajaiban
Namun tanpa sempatkan menit malam
Ia tertidur dan buang waktu denga layar lebar
Menunggu kapan ia wafat
Waktu yang tersedia akan lenyap
Inilah langkah sulit terukur
Tanpa menilai derajat seperti salat berjamaah

Surabaya, 24 Januari 2017

Tuesday 24 January 2017

Serdadu Ungu

Serdadu Ungu

Ruangan yang begitu buruk
Betapa mengancam asma
Merangkap tanah gumuh
Gemuruh merah menyambar sebuah misteri
Motif tersimpan manusia bekas darah
Pelaku belum temukan
Lembar tersandung tisu

Mengabaikan baik abadi
Cemaran lain serdadu lalu menemui selendang neraka
Selapis api mengayomi hantu
Sakit parah mendadak di rumah sakit
Berbaring di kasur jelek
Diorama belum sepenah amanat
Siksa rakit dipancung kepada mereka
Tak tahan rasa sakit
Bercampur nyawa dicabut oleh malaikatnya

Surabaya, 24 Januari 2017

Kaca Pecah

Kaca Pecah

Melempar sepatu ke kaca
Semua pecah mengaduh
Berlari di lokasi kejadian
Sedih menganyam hari waktu
Begitu melekat sepi
Makin lantang seretak hari
Begitu senggang di himpa hari
Pelaku adalah kondisi racun
Ingin menusuk kulit sangat tak berdaya
Runtuh diri mengakhiri ini

Deraian kabut tak lihat
Malaikat melayang lalu tidak ada
Inilah langkah yang tiada tandingnya

Surabaya, 24 Januari 2017

Tidak Sempat Bertemu

Tidak Sempat Bertemu
: Universitas Indonesia

Hari Sabtu yang lalu
Tidak bisa melangkah ke SMADA
Hal ini waktu telah mengejar hidupku
Bagaikan sekian tahun telah sembunyi
Tahun ini bertemu dengan almamater kubing
Sayang aku menangisimu
Karena bimbingan belajar telah menunggumu
Kini tidak lagi berjumpa

Mungkin tahun yang terakhir
Kini saatnya mengucapkan selamat tinggal putih abu-abu
Dalan beberapa bulan lagi
Sahabat akan kangen bersamaku
Sekolah tidak bisa menawari waktu

Selama tahun pertama berjumpa
Ingin sekali bertemu
Bagaikan lambang makar beberapa warna
Hanya tersinggahlah padamu
Sampai jumpa kampus kuning
Langkah untuk kita yang terakhir
Burung mengicau matahari

Surabaya, 22 Januari 2017

Nostalgia

Nostalgia

Kembalilah pada masa lalu
Serumpub padi dipanen
Menghimpun kenangan
Semenjak berbulan-bulan terpisah
Mewarnai hari yang berbeda-beda
Melayar layar gadget
Runtuh di lenyap waktu

Sekilas pagi terbangun matahari
Memandikan setetes air
Menetas rindu di gapai berkahmy
Inilah selamat yang ditemukan dengan hari spesial
Menghibur dengan canda tawamu
Hanya bersimpuh melekat di matamu

Surabaya, 18 Januari 2017

Pesantren Puisi

Pesantren Puisi

Pondok Pesantren
Suatu menimpa ilmu agama
Moral berakhlaq bagai danau menerbitkan matahari
Sambutlah pelajar muslim sejati
Bergaul dengan satu kamar
Bersinergi dakwah demi kebaikan
Tetapi tersinar terang
Berkobaran rindu terembus waktu

Bukan hanya mondok
Bersyahdu dalam sebuah sajak
Menaiki gunung dihampiri malam mengelilingi bintang
Tuhan melambaikan tangan
Seraya dekapan dalam berdoa
Ya Allah ku tampilkan puisi membuatkan sejuk bermakna
Termanah bukit membawa langit serdadu gelombang nada
Dekapan tiada lepas dari sastra
Mengepuk datu rimba pada ratu
Kupu-kupu akan merantau di angin berantara
Hanya tersinggah pada satu suara
Puisi mengenang sepanjang masa

Surabaya, 21 Januari 2017

Monday 23 January 2017

Gelombang Tua

Gelombang Gua

Kelelawar mengeluarkan ultrasonik
Bunyi hampir memecahkan darah
Mengalur darah dalam pancaran otak
Sampai tak tahan mengusir dari penderitaan
Andaikan gua sepi lalu misteri
Sakit begitu menghanyut perih
Sendiri tanpa bantuan
Melewati satria kesiangan
Inilah hari begitu buruk

Surabaya, 23 Januari 2017

Usir Dari Rumah

Usir Dari Rumah

Betapa kekerasan tak pernah selesai
Memaksaku usir dari majikannya
Bagi pembantu berjuang rapikan ruangan
Mungkin emosi lebih mengarahkan api
Berjalan di luar rumah
Segera ingin mencari rumah majikan baru

Bedakan dengan rumah biasa
Tanpa pembantu
Andai waktu menghambat aktivitas
Lapar berbunyi
Hanya menunduk di depan pintu
Kini tiada lagi yang melayaninya

Surabaya, 23 Januari 2017

Pelajar Teladan

Pelajar Teladan

Wahai Pelajar Sejati
Engkau rindu bangsa
Titik darah mengalir perjuangan ini
Mengugah negara tanah air
Bangkitlah dari malas

Meski kerja demi uang
Banting tulang untuk kebutuhan
Mempesona hari
Petik hikmah belajar selalu menimpa ilmu dan gapaian rahmatmu

Surabaya, 22 Januari 2017

Sunday 22 January 2017

Tentang Tuhan

Tentang Hujan

Hujan deras membintik-bintik air
Gerimis membawa diriku penah
Engkau benar tersimpang dalam satu impian
Mungkin diantara siang malam termumpuni
Tidak menghampirinya kemudian itu
Seperti serdadu air tak tembus pandang

Jarak dekat mendekatimu
Kadang pula hampiri tetesan jiwaku
Jika mengiringi waktu
Hasrat langit kusam
Pucat melukai mereka
Sayang perjalanan jadi tabir
Kiranya bekas roboh
Mengenang sahabat lama

Hidup atau mati
Menilai di atas tuhan

Surabaya, 22 Januari 2017

Dimana Hatiku

Dimana Hatiku

Inilah akhir cintaku
Inilah akhir kisahku
Terpandang jauh membaur hati pasangan
Kerudung manis tanpa menyembut manja
Terikat pada matahari
Jingga menyambut senja

Setelah kau jauh tinggalkan aku
Mungkin memisah benang
di dalam dekapan romantika
Di tengah hujan yang redup
Menyekup pada keindahan
Memori tidak akan terlupakan

Tak bisa lupakanmu
Tak bisa aku rela
Inginlah jatuh dari langit
Hanya berlumrah hati mengulus jiwaku
Tidak mungkin ada
Hampir berlanjut diksi itu

Surabaya, 22 Januari 2017

Diorama Gadis

Diorama Gadis
: Afifah Wahda Zhafira

Dalam dekapan wajah putih
Serumpun rok panjang
Bukan mengenakan daun seperti perayaan nikah
Di satu lembaran ini
Tentang rindu tidak sempat berjumpa
Malang bukan lagi rakus
Kota tersimpun rumput daun
Tidak bisa mengenggam tangan

Walau sahabat dalam satu organisasi
Membuat dirimu sejuk berempati
Andaikan bunga di bawa pulang
Tersinggah lepas dari dekapan wanita
Bunga mawar seembun mahkota
Andaikan ratu melangkah pada karpet ungu
Artinya gadis tiada ragu untukmu
Hanya berlimpah berkah dan menuntaskan jati diri

Surabaya, 22 Januari 2017

Selamat Siang Tuhan

Selamat Siang Tuhan

Engkau letih dalam dekapan lagu
Syahdu mengalir nada
Kau mengangguk di penah sujudku
Gapaian tuhan tak melampui
Hanya saja perbedaan lebih berimbang
Iman kurang cukup
Getahkan tangan mengembung aurora

Engkau dan berpeluk
Gapaian doa melimpahkan rahmat
Memakan roti sembuh dari sakit
Artinya tuhan tidak akan kikir
Sebelum terbelah nafsu

Angin menyerka amparanmu
Semua ini hanya istirahat
Bangkit dari keletihan
Dan tiada daya membangun diri

Surabaya, 22 Januari 2017

Lapar di Jalan

Lapar di Jalan

Betapa senja menjelang
Aktivitas akan berakhir
Ketika pulang lapar berbunyi
Tiada sepeda yang berjualan nasi bungkus
Di samping malam cukup terpuruk bagiku

Bukan seperti puasa
Ia inginkan makanan demi ganjaran lapar
Mengisi perut demi esok hari
Tiada singgah kebutuhan akan terus
Hingga akhir hayatmu

Surabaya, 22 Januari 2017

Preman Gede Rasa

Preman Gede Rasa

Betapa guyonan tervirus manusia lain
Sampirkan suara ke rekaman otak
Pria dan perempuan agak runtuh
Melihat layar gadget setiap hari
Lalu lihatlah baju keren
Malah moral berubah drastis
Kritis membebani tanggung jawab
Bukannya membantu malah terseret ombak laut
Hanya terpisah dari depan lapangan

Betapa agama melepuh
Di antara aku dan rangga salah kehidupan
Rajutangan membenarkan benangnya
Gede Rasa berati dakwah melumpuh jejakmu

Sayangnya terubah kembali
Merandang sosok dan dinginnya cerita

Surabaya, 19 Januari 2017

Gagal Fokus

Gagal Fokus

Saat ujian dikerjakan
Soal terbilang susah gampang
Kepala mengeluh otak
Melamun sambil berdiam
Kapan lagi semua orang di kerjakan
Sedangkan aku hanya melamun berjam-jam
Sampai ujian selesai

Ilmu telah terima
Namun pengetahuan makin menurun
Malam hari digunakan untuk main game
Atau bermain karya di layar laptop
Inilah membuat otak makin takut
Tiada solusi untuk membantu
Hanya nasiblah nilai ditajuk oleh tuhan
Merengggut sia-sia
Sampai gagal pada kehiasanmu

Surabaya, 19 Januari 2017

Sarapan Tiada

Sarapan Tiada

Pagi-pagi ibu sibuk
Tidak sempat masak
Hanya mengejar waktu
Kadang menunggu yang lama
Betapa banting tulang membereskan kemana-mana
Bosan dengan Kakak
Kadang fajar terbentur kesiangan

Aku terpaksa mandi
Ku siapkan pergi tanpa negoisasi
Terlambat sudah tiada pilihan
Pilihan hanya satu
Beli sendiri sarapan tanpa masakan
Sungguh paling berat dalam hidupku

Surabaya, 21 Januari 2017

Friday 20 January 2017

Hari yang Memberatkan

Hari Yang Memberatkan

Kendala telah dihadapi
Sekali dalam seumur hidup
Menjadi kekuatan yang besar
Sungguh tertindas batu di lempari kaca
Nasib memusnahkan waktu
Pecah gelas sampai gaduh
Seiring berhenti pasca kegiatan

Hari yang menyedihkan
Tiada jalan pilihan
Engkau berada jalan yang buntu
Bongkar riwayatmu
Terlepas dari ombakan laut
Tidak jelas terhadap mereka

Surabaya, 19 Januari 2017

Tunduklah pada Maha Kuasa

Tunduklah pada Maha Kuasa

Engkau tahu tentang kepimpinan
Engkau tahu tentang koordinasi
Namun layak dikuasai daerah
Capaian masih rendah
Perintah dia lalu lalai jalani
Gerahkan hampa tersumbu mereka
Tanpa layak diberitahu
Tanggung jawab memihak atas dirimu

Sedikit memikat kumpulan debu pasir
Sikapi jika melanggar
Sakiti kemudian bertemu dengan takdir
Bahkan berjalan jauh
Menyampahkan ini seduh serdadu tisu
Deraian sadar tumpuan batu
Begitu sempit paksa dipecat
Atau kebaikan akan lumpuh
Tak sanggup melilit jaringan
Hidayah menyatu pembelajaran

Surabaya, 19 Januari 2017

Bukan Main-Main

Bukan Main-Main

Ketagihan layar televisi
Lalu mengontrol permainan
Sungguh berjalan waktu secara mengiringi siang malam
Tersiung berita
Bukan main-main
Inilah terpaku bangsa
Perjalanan terhenti
Jebakan akan tiba
Datangilah kutukan kota

Asap melayang ke langit
Memukam kegerahan sepucuk menit tak henti
Gelisah menyangkut bintang terjatuh
Bukan melayang di tanah
Ini hanya mimpi
Hasrat merekat darah
Ini tak padu maka tanpa bersambung

Surabaya, 19 Desember 2017

Nasehat Kaku

Nasehat Kaku

Dibentur perkataan
Mencengkam kulit penuh puruh
Sekam lupa ingatan
Serdadu bulu terpancung diri lain
Sumpah demi dosa
Memukat amparan pasir
Benci dia akan terputus benang

Aku begitu tidak berguna
Membalas dendam diremuk api membara
Cuek, Gelisah, dan bergoyah ati
Terketok meja
Kaki mengguncang tanah
Nada bersyahdu jahatmu
Dia akan mengatakan dan menyindir
"Hidup ini tidak adil!"

Surabaya, 19 Januari 2017

Kau Benci Kau Rakus

Kau Benci Kau Rakus

Kau itu benci
Menyendiri di belakang halaman
Tapi berubah lemas jadi kaku
Batang disedot rokok lalu bernafas dengan asap racun
Memfitnahi dia
Rupanya sombong diderai keangkuhan
Membangkai tubuh penuh kesakitan

Rakus meremuk biskuit
Lalu lempar ke laut sembarangan
Kemudian menghantamu satu-persatu
Atau tabrak membalas jiwa
Roh manusia dilepas ketika mati syahid
Terbentang pada senja
Sebelum darah melumpur di tanah

Surabaya, 19 Januari 2017

Malam Berujung Tangisan

Malam Berujung Tangisan

Saat malam larut
Bayi tidur penuh nyenyak
Ibu dan ayah tenang dalam mimpi
Bukan kepompong mengambang di atas pohon
Melainkan ada suara tangisan bayi
Tidak bisa menahan wajahnya
Hingga Ibu bangun secara mengenaskan
Berlari tanpa meninggalkannya

Berbuka mulut lalu menguyuh susu
Tangisan akan hilang
Namun jika nangis lama sekali
Maka solusi akan berproses
Hingga penyelesaian secara menghibur dan menggunyeng pada mata tertutup

Surabaya, 18 Januari 2017

Wednesday 18 January 2017

Berdiam-diam Berujung Membius

Berdiam-diam Berujung Membius

Ketika berdiri
Menunggu kereta datang
Sudah mengambil karcis
Berjalan sambil antri
Pura-pura pria diam diri
Penumpang satu persatu masuk

Tiba-tiba membius mulut lain
Perlahan-lahan akan pingsan
Lalu tidur selama tiga hari
Mengambil uang dari sakumu
Tanpa apa-apa segera kabur
Dalam kehilangan harta melimpah

Surabaya, 18 Januari 2017

Kesurupan Massal

Kesurupan Massal

Pohon mengutuk roh halus
Serai akar berserakan di dalam
Berisi pembunuhan tidak ketahui sebab akibat
Walau manusia masuk di wilayah ini
Engkau akan memunculkan perasaan
Inilah yang paling rakus dalam hidupmu

Demikian merasuki roh halus
Mengendalikan manusia secara tidak peduli

Surabaya, 18 Januari 2017

Nilai Jelek

Nilai Jelek

Hasil ujian sangat mengecewakan
Datanglah risau memukat wajahmu
Tersangkut lesu dipancung nyawa
Nasib terbendung oleh nilai
Artinya malam di buang buku
Kemudian bangun akan pikun
Lupa tinggi menyimpun dirimu

Soal selalu susah
Waktu di kejar mantan
Pacar masih tergoda nafsu
Nilai merah tersinambung darah
Melayang ke api yang hangus

Surabaya, 18 Januari 2017

Pujangga Penulis

Pujangga Penulis

Ku mengingat Raditya Dika
Tertulis untuk gadis cantik
Menghafal dari bahasa ke aliran kata-kata
Ia menikmati pagi
Lalu tersimpang Marmut Merah Jambu
Menyukai merah muda

Menangkap sudut pandang indah
Membuatku perempuan berjalan penuh inspirasi
Mengingat Asma Nadia
Menginjak pena adalah amal jariah
Pujangga Penulis

Menghimpun catatan hati
Syiar mengembun muara
Menringkuh padamu
Dengarkan kita Penulis
Jangan sekali berhenti akan mengeluh
Inilah berbakti Raditya Dika
Cerita dan puisi cinta

Surabaya, 18 Januari 2017

Kasihanilah Dia

Kasihanilah Dia

Menentang antara satu dengan banyak orang
Setiap awal masuk merasa dia malu
Mengeras suara tidak tentu nilai harganya
Menyinggung perasaan terhadap perkataanmu
Mungkin ini gerabah batu liat yang kosong
Dia lebih melamun daripada tertawa

Saat berlari berujung di dorong punggungnya
Terbilang lucu tapi sirna
Percakapan akan kaku bila di hadapan orang penting
Cukup menyakiti jiwa yang cemen

Surabaya, 17 Januari 2017

Tentang Sabar

Tentang Sabar
: Dwi Agustina

Menahan emosi
Allah memberi cobaan
Tanpa balas dendam
Cukup terucap Astaghfirullahal Adzim
Jangan mengejar kesombongan
Sesungguhnya dosa melekat di hati
Serta menimpa diri yang dibenci

Pria tidak bisa menguatkan iman
Perempuan hanya tunduk padamu
Hanya allah selalu jujur kepadamu
Fikiran lebih khusyuk
Beristiqomah demi kebaikanmu

Surabaya, 17 Desember 2017

Melecehkan Nama Orang Tua

Melecehkan Nama Orang Tua

Seseorang telah menghina nama orang tua
Makna pedas bagiku
Ku sebut nama orang tua di hadapan anak lain
Pasti tertawa dan memfitnahi manusia lain
Betapa goresan tersiram kuah bakso
Bukan air biasa
Tetapi panas direbus api

Bukan bumbu biasa
Tertuang pada mulut oleh air panas
Sakit dihantam pengolok-olokan
Bersimpang riuh akan habis riwayatmu
Tamatlah ini makin meragukan lagi bila di lahirkan

Surabaya, 17 Januari 2017

Serba Basa-Basi

Serba Basa-Basi

Pembahasan yang aneh
Membicarakan tentang cinta secara tidak asing
Mungkin terlibat pada aturan tuhan
Atau hamparan batu dilempar oleh orang tak dikenal
Seorang tak pasti terjenuh
Andaikan sumpah demi dosa

Serasa nggak mengerti basa-basi
Makin kecewa dengan panggilan
Terbalas dengan akal tak sehat
Ini bertanda basi leleh habis lilin telah tiada menyala

Surabaya, 17 Januari 2017

Di Benci

Di Benci

Terpisah dari pasangan
Dialog membangkai luka
Dia akan bertahan di pohon beringin
Bayangan iblis ingin menghancurkan waktu
Inginlah kerasukan jin

Sebab aku tidak sanggup menghadapi kebencian
Di anggap ucapan yang bohong
Sesungguhnya kebencian di laknati pada iblis

Surabaya, 17 Januari 2017

Gaduh

Gaduh

Waktu yang berantakan
Memisahkan bahagia dengan lesu
Tidak percaya dengan nasehatmu
Ku terduga gelas pecah
Terbelah jadi dua

Di dhozimi mencampur resah
Bangkai merah ku menyiksa
Tidak adil dalam kehidupan
Mengakhiri dengan mati diri

Surabaya, 17 Januari 2017

Monday 16 January 2017

Mengenang Isa

Mengenang Isa
: Isa Al-Masih

Zaman romawi membangkai manusia
Isa berjalan penuh kekuasaan
Terbitlah kasih sayang tuhan
Mengabdi langit sebagai cahaya pelindung surga
Isa adalah rajaku di dunia
Pengalaman tanpa terlupakan oleh romantis

Ketika pasukan romawi membawa pada Isa Al-Masih
Membawamu di kurung salib
Karena muslim tiada cara

Serahkan diri walau salib berdiri
Serdadu Isa wafat dalam tertidur oleh sekian waktu.

Surabaya, 16 Januari 2017

Dekatilah Sang Perempuan

Dekatilah Sang Perempuan
: Puput Khumairoh Husna

Ketika sedih menyedung wajah
Tersinggah waktu bersamamu
Alangkah tepi yang cerah
Bukan pagi bersilam kenangan
Kadang
Mengejar perempuan sedang pergi
Menyampaikan satu puisi
Pantas tidak mau dikagumiku

Mungkin manusia sudah terbiasa
Gadis hampir gugup
Hanya menunggumu sari sana

Surabaya, 16 Januari 2017

Saturday 14 January 2017

Hujan Tanpa Henti

Hujan Tanpa Henti

Tetesan air menjatuhkan tanah ini
Sayang tidak melanjutkan perjalanannya
ia memilih berlindung di Gedung yang aman
Daun bertumpuk air serupa lubang
Karena menunggu seperti cinta dikejar mantan
Sungguh di sana sangat sulit melewati

Mungkin titik melanda kulitmu
seperti terkena batu kerikil
Seperti mengusir setan
Bukankah air berasal dari awan
Tidak! laut berlayang ke awan
lalu mulailah hujan dari laut
Sungai tak bisa bersatu
Masih memegang tangan
Layaknya baper kepada mantan
bersimpuh padu menghasut kasihmu
Mungkin ulah manusia tak berguna
bersadarlah bukan balas dendam
Hujan membuat rahmat dan mengembirakan dirimu

Surabaya, 14 Januari 2017

Friday 13 January 2017

Dimensi Game

Dimensi Game

Betapa engkau suka bermain
Layar permainan serupa dengan cerita
Antara perang dengan cinta
Stick sebagai mengontrol permainan
Andai tingkat kesulitan ku tempuh
Mainlah dengan suka hati
hingga meraih kemenangan dengan jeritan tanpa manfaat

Bila engkau kalah
Pasti mengamuk di Hadapan dunia
selembar Uang menghabiskannya
atau dihangus oleh Waktu
Inilah fikiran yang sia-sia
Tidak peduli dengan tuhan
Jika mati
terlambatlah sudah riwayatnya
Hanya merusak akal dan akhlaqmu
Berujung musibah menimpa kikirmu
Akhirat selalu membawamu selamanya

Surabaya, 13 Januari 2017

Senja Menutupi Hujan

Senja Menutupi Hujan

Senja mulai tenggelam
Menyambut malam ceria
Akan tetapi gembira akan menutupi
jika hujan telah datang
Artinya langit lagi tak bersahabat
Retaklah jiwa

Membasuh selembar tisu
lalu mengucapkan selamat terpisah
Suatu saat hujan menerka kota
Mengelilingi sudut yang terbentang angin
me
Mengombak ke langit
Gelombang laut mengaliri awan
Hujan membentengi rindu
Itulah nafas menghirup sedih
Mewakili segala yang sebuah harapan

Surabaya, 13 Desember 2017

Sahabat Jadi Musuhku

Sahabat jadi Musuhku

Semenjak kita bersahabat
serasa genggaman bersama keluarga kita
Keajaiban sebuah karya
Cerita disertai canda tawamu
Sayang sifat berubah
serupa kupu-kupu di belah sayapmu
Membelai matahari
Memeluk sambil di bunuh dari belakang

Pedang menusuki punggungku
Layaknya menghancurkan persahabatan antara aku dan dia
Tidak mimpi
dan juga bukan main-main
Sudah sampai di sini perjumpaan ini
Kini terpisah lalu bergabung dengan aliansi lain
untuk Mengenang lembaran baru

Tentang Aku dan Dia
merambatimu di Halaman
Itulah rupa Isa dimati salib
Tanda ini pertentangan waktu untuk selamanya

Surabaya, 13 Januari 2017

Puisi Mewarnai Sedih

Puisi Mewarnai Sedih
: Agnes Davonar

Hal ini menjadi keraguan bagimu
Tentu sebuah pilihan pasti ada jalan
Namun apa yang dimasalahkan
Selalu berujung pada beban
Padahal hidup sehat
Sejak lahir terdampak sakit

Artinya sulit gerak
Mata tak bisa melihat
Tangan belum bertumbuh
Kaki semakin lembek
dan Botak merambat bulu
Tidak bisa bicara
Sebab manusia paling bisu
itulah sebuah Perjalanan
Di Tengah kesehatan yang tak kunjung sembuh

Malam mengiringi lampu lilin
Hikmah mengalir sebuah pesan
Hanya gunanya sebuah pelepas rindu
Itulah tuhan memberkahimu

Surabaya, 13 Januari 2017

Hujan Di Dalam Perjalanan

Hujan Di Dalam Perjalanan

Hujan deras mengarungi Sore Hari
Air begitu bertambah
Tanah tersapu banjir
Betapa perjalanan jadi lambat
Sayang pengguna jalan bertumpuk Di Jalan Raya
layaknya pergi atau pulang ke sana
Inilah macet dalam beberapa menit
terompet berbunyi
Gerak cepat mengejar waktu

Banjir datang
roda mengurungi air sungai
Mengalir bandang
Pohon Tumbang dari batang terputus
Menutupi Jalan hingga tak bisa pergi
Pantaslah hujan berujung korban
Perjalanan jadi terhambat
inilah peristiwa terus berulang-ulang
hingga Kini hujan kembali lagi
di waktu yang begitu buruk bagiku
Selamanya tanpa bisa memetik solusimu

Surabaya, 13 Januari 2017

Cinta Kasih Dengan Dongeng

Cinta Kasih Dengan Dongeng
: Nindia Nurmayasari

Saat pagi cerah
Membangunkan di tengah fajar
Sempatkan hati bersih dengan berwudhu
Agar dinginkan dari kejahatanmu
Mengiringi salat lima waktu
Khusyuk beribadah
bagai air jatuh di Sungai jernih

Bersujudlah padamu
Bawalah boneka untuk dongeng
bersama anak-anak dibanggakan
Inilah arti persahabatan
Andai ulat membuka jendela baru
Serdadu pelangi bersinar pagu

Kita adalah wanita dongeng
Pipimu lucu sewangi bunga mawar
Jangan lepas dari keraguan
Karena wanita teladan tersimpuh harapan
langit pun terbuka
hingga siang nanti

Surabaya, 13 Januari 2017

Kembalilah Kau Ilmi

Kembalilah Kau Ilmi
: Nur Ilmiyah

Tiada kamu
lantas semasa kecil datang ke sini
Untuk membimbingmu hingga ke akhirat
Tersapu akal dikontrol emosimu
Ada kupu-kupu melayang di dalam
Justru hilang dalam beberapa detik lalu pergi kemana?
Benarkah padamu menurut sabda Rasulullah

Jika kenangan engkau berlampias sedihmu
Namun tak peduli rindu
Artinya terpisah lagi untuk diriku
Sahabat merengguhkan dia
Untuk itu perlu menghangatkanmu
Rasa dirimu terpenah di suatu hari
Tiga tahun telah berbeda
Ia mengucapkan selamat tinggal untukku
dan Teman Guru yang mengayomimu

Surabaya, 13 Januari 2017

Selamat Berpisah Surabaya

Selamat Berpisah Surabaya
: Fauziyah Rachmawati

Inilah dua tahun hampir lenyap
Artinya saatnya meninggalkan Surabaya
Bersama dengan tempat huniannya
Betapa sedihnya menghadirnya para gadis jenius
Martabat diri asupan rindumu
Tunggu selama berapa menit lalu pergi
Dan hilang dalam sekejap

Arti ini mengisahkan air mata
Andaikan kenangan saat bermain dengan pena
Malaikat datang lalu mengatakan kepadaku
Selamat tinggal untuk selamanya
Tertawa semakin meluap
Genggaman tangan dilepas
Aku hanya menunggu mereka
Di lain waktu akan kembali padanya

Surabaya, 11 Januari 2017

Kenangan Untuk Isna

Kenangan untuk Isna
: Sayekti Bekti

Betapa wajah menghilang
Dari sekian lama bertemu
Selama dua tahun terakhir
Lebih dari yang ku mengairahkan hidupmu
Melekang pasir di hantam oleh waktu
Gadis berkerudung datang sekali lalu hilang tak ada
Sungguh ingin bertemu
Meski kemanakah sahabat idaman bagiku

Berasa jiwa
Memeluk dirinya
Alirkan lagu sangat hening dengan kelembutan
Daun merimbamu
Lepaslah cerita dari sini
Kini mengucapkan rasa sedu
Ia menciptakan kalimat dan syarafmu
Itulah kenangan terindah bagiku

Surabaya, 2016

Doa Untuk Gus Dur

Doa Untuk Gus Dur
: (Alm) Abdurrachman Wahid

Pria sejati
Berjalan penuh kekuasaan
Pluralisme terhubung suatu negara
Di bahagiakan dengan ulama
Terhempas rindu dakwah
Syair berkumadangkan di dunia
Kini ia tiada
Bergempar segitiga amalmu

Mendukung untuk perjuangan politik
Meski resahnya ekonomi
Abadi serta mulianya pada allah
Berdoalah untuk Allah
Mengagumi Nadhatul Ulama sebagai tokoh inspirasi bagi umat
Betapa sedihnya manusia di kubur
Nikmat tak lekang duniawi
Hanya istirahat yang tenang di akhirat
Persembahkan untukmu umat

Jombang, 11 Januari 2017

Rindu Aida

Rindu Aida
: Nur Aida Harahap

Sesudah dua tahun yang lalu
Mengingat sahabatku Aida
Gadis sholeha yang cantik mulia
Andaika merpati terbang di langit
Mengembun pada ujung awan
Langkahkan kaki di Kampus
Untuk bertemu dengan mereka
Seiring melangkah kaki bertabura bunga mawar di lantai

Mungkin cerita ini hanya singkat
Tanpa panjang lebar
Dihantam oleh menit
Maka ia ingin rindu padamu
Tersamba senja mengarungi dunia
Inilah engkau kenangan untukmu
Bermainlah bersama kami
Hangatnya hari penuh bermakna

Surabaya, 11 Januari 2017

Dimensi Tujuh Warna

Dimensi Tujuh Warna

Merah memendam rasa
Jingga dikejar senja
Yang kesepian
Mengiringi pagi hanya sebentar saja
Kuning sambutlah dengan cerah
Berbinar-binar alam meluaskan langit
Pada suatu pagi mengugah fikiran
Membenah suatu keajaiban yang ada

Ungu mengundang badai kemarahanmu
Biru menyalurkan pada ketenanganmu
Hijau membawamu kesuburannya
Jingga menghampiri sudut senja
Ungu mengarungi kematianmu

Surabaya, 6 Januari 2017

Kitab Persahabatan

Kitab Persahabatan

Pagi penuh cerah
Mengiringi burung berterbangan
Air terjun menyambut fajar terang
Panjatkan hidup bersama sahabat
Bagai genggaman terus melekat di tangan
Bermuara sinergi oleh tuhan
Bermula dari segeliat beras
Bukalah lembaran
Berisi cerita yang bahagia

Canda tawa terus menyambung
Betapa tuhan memberimu arti
Pastilah percayakan denganku
Melebarkan suatu dimensi
Bertabur dalam tujuh warna
Sama dengan mengiringi tujuh sahabat

Jangan sedih bila rapuh
Menutupi lembaran secara paksa
Memetik bunga indah
Jadi haru berterima kasih kepada ulama
Mengarungi pelangi bersama puisi tak akan terbaca
Dari waktu ke waktu

Surabaya, 6 Januari 2017

Tafsir Berbicara

Tafsir Berbicara
: M. Ainur Rofiq Ardiansyah

Tulisan menyimpan kata-kata
Menerjemahkan kata-kata
Disimpan lalu menuangkan ke sebuah kisah
Bahasa tak tentu melekung
Membendung ke sebuah arti
Dia jelajah suatu negara
Andai menara penuh berpuisi
Bergerak pada satu arah

Hikayat terdapat gapaian cerita
Inilah suatu berbicara
Bangkitlah dari keraguan
Jangan membelah jadi bisu
Lihatlah cerita
Bukan sekadar sejarah

Surabaya, 6 Januari 2017

11 Januari

11 Januari

Cinta bersemi kembali
Bertemu dengan musim semi
Sebelas januari
Menerbitkan gadis yang cantik mulia
Tersentuh lembut di hatimu
Meskilah terambisi adalah meraihnya

Entah benar
Romantis tersimpuh air jernih
Mendatangkan kita
Ke pancaran beralih deras
Hujan cemburu kepada mantan
Berbincang singkat tanpa lugas
Sebelas januari selalu terus menerus
Tiap tahun tiap mengambil hikmahmu

Surabaya, 11 Januari 2017

Dini Hari

Dini Hari

Mengukau pagi
Tersentuh dengan tidur
Serupa ketenangan yang dialami
Mengenang masa lalu
Malam hari telah berlalu
Tersebelahan dengan wajah di depan

Gapaian hidup
Bersujud dengan tahajud
Doa terbentang bulan dan bintang
Memancarkan doa untuk esok hari
Jangan pernah bilang
Suasana hampir gugup
Inilah terpesona dengan memenjamkan mata

Surabaya, 11 Januari 2017

Kelelawar

Kelelawar

Binatang kecil
Hidup di malam hari yang gelap
Bersama dengan gerombolan
Tidur di goa selama ratusan tahun yang lalu
Kaki terbalik di tanah paling utara
Saat kelelawar tertidur engkau tenang

Namun manusia datang kemarin
Mengejutkan sebuah ancaman bagimu
Yakni mengigit tubuh satu persatu
Atau mengeru gelombang suara
Sungguh betapa suara binatang sangat mematikan
Hingga mati jika memusnahkanmu
Itulah yang melebihi segala yang resah di sana

Surabaya, 11 Januari 2017

Belenggu Kepada Pria

Belenggu kepada Pria

Api mengobar
Darah tinggi mengguncang
Seperti gunung meletus
Mendatangkan korban jiwa
Begitu juga menyapu desa dengan abu
Suhu merasa sakit
Jika sakiti pernafasanmu
Hidup serba sengsara

Iri mengayomi sebuah meja hijau
Bukan hukum
Melainkan manusia siksa api
Mengoles krim api
Efek samping adalah
Berada di kubur selamanya

Surabaya, 11 Januari 2017

Kenangan 2 Tahun

Kenangan 2 Tahun

Jika jalani di suatu perbedaan
Rindu memeluk kisah
Mengucuk teh dicampur air hangat
Lihatlah senja terbenam
Retak hari yang lalui

Ini sebuah persahabatan
Yang begitu melekat
Berjalan di kursi
Sambil menunggu bis datang
Tertidur hinga beberapa saat
Kita inilah kedap langit membara

Hanya terluap sahabat terpisah
Serupa warna langit begitu kelam
Bersama lagi bila berjumpa ini

Surabaya, 11 Januari 2017

Tuesday 10 January 2017

Islam Liberal

Islam Liberal

Saat iman terpelana
Allah selalu merantau di sini
Karena langit dan bumi menciptakan
Hanya untuk petunjuk padamu
Jangan peras oleh suara tak jelas

Betapa kikisnya
Islam mulai bersedih
Di luar itu setan
Pergaulan remaja merajalela
Zina mulai terjadi
Berakar sel ke tubuh manusia lain
Rasanya perih seperti menyiksa di kubur

Malaikat yang mencatat
Amalan sudah tepat atau belum
Bahkan ban motor bakar dengan api unggun
Layaknya tidak peduli dengan Allah
Maka menyesal kepada Allah
Allah tanpa melayani
Bila bertingkah seperti ini

Kapan kamu bertaubat?
Tidak pantas menjawab
Hanya kuburan berisi api
Keluhan pada masa depan

Surabaya,10 Januari 2017

Monday 9 January 2017

Terbang Ke Angkasa

Terbang Ke Angkasa
: Indah Wibisono

Tanah melangkahkan kaki kita
Memanjatkan langit yang biru
Hampiri senyum teroles warna-warni
Gadis menyekang di sudut awan
Seperti berembun di udara
Terbang dari tanah kita
Menjemputmu ke angkasa

Bintang beribu-ribu datang di langit hitam
Mendekatkan udara terbang
Terbanglah dengan sebuah cakrawala malam
Ku ucapkan yang terdahulu
Menumpuk ke suatu mutiara impian
Dipendam sebuah doa impian
Terarungi bintang purnama
Tak jauh dengan bumi kita
Mengeliat ke pintu kebahagiaanmu

Surabaya, 9 Januari 2017

Saturday 7 January 2017

Maafkan Kembali Kakak

Maafkan Kembali Kakak
: Yuni Kartika Sari

Sejak sore terbit
Tidak bisa menemani sepeda
Karena sakit ditimpa jalan yang serdang
Oli akan habis pada berbulan-bulan
Terinjak pada sekeliling waktu
Seiring sibuk dipadati
Meriang malam membendung menit

Mungkin nasihat ditepati
Artinya keangkuhan seluruh perjumpaan
Antara aku dan dia
Petualangan ke samudra sastra
Bila perjalanan dakwah

Memetik hujan dengan bunga
Mengaliri sepentang belita
Hari telah bergembira
Ini saat keteguhan dipancar cahaya
Mengisahkan senja hampiri hari

Surabaya, 8 Januari 2017

Mengapa Dirimu Hilang?

Mengapa Dirimu Hilang?
: Ayu Wahyuniar

Betapa tidak ke sini
Selama beberapa bulan dilalui
Entah hilang dilekang kesibukan
Sungguh menunggu berujung keampuhan
Semenjak pergi tanpa alasan
Sebab terdiamlah bagai membisu
Seiring menit terungkap

Membangun hidup yang kelam
Dia tidak pasti berlalai
Inilah wanita menutupi kamera
Seperti merasuki roh
Berubah jadi wajah lesu
Menggeru senja
Hilang tanpa tersisa

Surabaya, 7 Januari 2017

Menangismu Sebuah Kota

Menangismu Sebuah Kota
: Dyah Ayu Pitaloka

Sayang diterjang mimpi
Tak henti bergegas
Sementara kami merindukanmu
Pulanglah kamu
Jangan tinggal di desa yang terpisah
Banyak cerita meraih di sini
Betapa awan kusam
Andai menepis melihat angin jalan

Beralihlah ke sudut buram
Engkau tersimpang memori
Pesta kembang api mengelilingi hati
Menebar pesona sepanjang hayat
Ke sinilah jangan sekali di sana
Jika engkau tidak di sini
Entah kurang nyaman bila dihibur olehmu senja

Surabaya, 7 Januari 2017

Selamat Siang Gadis

Selamat Siang Gadis
: Ria Filosophia Dika

Masih mengembun wangi
Simpan arah utara menaiki daun
Getar mencium tangan yang halus
Menikmati angin bersimpuh
Dikejar mutiara tersesat
Sepanjang keringat mengujur badan
Lelah dilawan waktu
Bubarkan semangat pagi

Nikmati pasir bertebaran
Canda tawa terus berlanjut
Tiada habis dilalai daun kuncup
Malu menyentuh lalu bergerak
Artinya tutupi dirimu

Surabaya, 7 Januari 2017

Bayangan Hitam

Bayangan Hitam

Tak jelas terlihat
Lantai melihat cahaya hitam
Artinya penampakan tak kasat mata
Membendungi gerhana matahari
Melawan arum jeram
Sembunyi pada cermin
Lepaslah amparan godaan manusia
Menganggu hak dan bathil
Jawaban akan berbeda
Tiada pilihan lain

Selain kunci ini
Selalu bertebaran di suatu dataran
Bayangan hitam hilang saat matahari tertutup badai
Siapakah bayangan yang di dirikan?
Yang jelas tuhan tidak tahu arti dari mendirikan bayangan
Banyak manusia curiga
Bahwa manusia terbenung oleh kalbu

Surabaya, 7 Januari 2017

Aku Bukan Salahku

Aku Bukan Salahku

Mengambisi koin
Ketika bersalah atas diriku
Di antara membenteng dari kedua kubu
Habisi dia penuh prasangka buruk
Pagi tidak menawari ketajaman
Ibarat daun tak bergerak
Melayuh hingga lumpuh angin terlepas

Kadang aku malu
Tidak mau dipertaruhkan nyawa
Khawatir mati diatasi siapa?
Itu pertanyaan yang keras
Di hati begitu mengoyah
Sembari peradilan

Hukum menodai kalian
Terpekang oleh kalangannya
Ini justru ulah manusia lain
Menentang diri bila tak bersalah
Di Neraka kelam adalah manusia lain

Surabaya, 7 Januari 2017

Pigaro

Pigaro
: Utantya Nilakanti

Ditengah kenyamanan
Terdengar suara khas
Memerdukan nada
Berkiprah ke suatu melodi yang tinggi
Berdatar naik pelan-pelan
Ampuhan sebuah ambisi hati

Melekat sekujur tetesan air
Gerimis merintik lantai
Terkesan jauh bila memenak
Mungkin terketuk gelombang suara
Tersimpang siur menghampiri panggung

Mengiringi ruangan kelas
Ditularkan bukan melempari batu
Bersyair tawa temanmu
Hingga tak bisa menenangkan suasana
Tanpa bukti jelas

Surabaya, 7 Januari 2017

Khayalan Tingkat Tinggi

Khayalan Tingkat Tinggi

Melenceng fikiran
Enggan betah lahap tertidur
Bukan peputaran waktu
Melainkan padi ditanya oleh awam
"Kemanakah engkau?" tanyaku
"Menuju kesuatu yang tiada tandingannya"
Sengaja menyesal dibalik kemarahan ayah

Lantas malam larut persimpangan jam 11
Kasihan mencambuk punggung
Karena aku ini pembohong
Dan tak kuat menahan hawa nafsu
Mereka bersalah atas perilakumu
Betapa sepeda gunung pergi dengan sendirinya
Di samping itu melontarkan imaginasi

Karena bekas cambukkan punggung
Maka terbanting tulang menghabiskan waktu tenggang
Kini ia berkhayal tentang perilaku
Dengan perbuatan bukan ajal yang tumbuh

Surabaya, 7 Januari 2017

Wednesday 4 January 2017

Preman Tanpa Arti

Preman Tanpa Arti
: M Emil Maulana

Dirimu tak tahu
Ku oles dengan cahaya merah
Bukan saja lampu
Dan bukan menerangkan senter
Sosok terbilang dua arti
Baik atau buruk
Menilai dirimu yang berguna
Betapa memikat dirimu
Beban terkumpul

Tidak hanya uang
Tetapi nafkahmu roboh
Nasib meretakkan kesopanannya
Tergeser perkataan yang tak bermakna
Sesuatu yang aneh
Mungkin itu hanya makan tidur
Lalu cangkraman dengan teman preman
Lama-kelamaan akan seperti itu

Surabaya, 4 Januari 2017

Api Memburu Nafsu

Api Memburu Nafsu

Api menyala
Serasa panas di kulit
Menyambar dosa
Membungkuk kafirmu
Maksiatmu terus bergejolak
Siasat terkelut dari bekas hidup
Amal di hanguskan

Melenyapkan manusia
Yang mengecamkan nyawa dunia
Kata kasar membalas dendam
Dengan keperihanmu
Rasanya luar biasa
Nyeri tanpa ampun
Inilah api mengobarkan maksiatmu
Mati dipegang oleh tuhan

Surabaya, 4 Januari 2017

Pesan Untuk Endang

Pesan Untuk Endang
: Bunda Endang Purwanti

Nasi bertumbuh pesat
Manusia mengembun sujud
Tahajud untuk sekadar tenang di malam hari
Berpanjatlah dengan air mancur
Sepi hening tiada rasa ragu
Bersujud di tempel pada sajadah
Ku mohon pada sebuah harapan
Tiada pilihan kecuali satu
Selamatkan diri sengsaramu

Membara di sumbu dosa
Jangan terulangi lagi
Karena tingkahmu
Dan tanggung jawab pada tuhan
Ubahlah dirimu

Andai keteguhan iman dijaga
Pesan tiada henti
Sebelum wafat engkau berdoa

Surabaya, 4 Januari 2016

Tragedi Pembunuhan Pulomas

Tragedi Pembunuhan Pulomas

Merampok benda yang diincar
Membentur kepala perampok
Tidak bisa kabur
Teganya mencuri nyawa manusia
Di becok tubuh yang terpaku kulit
Membendung korban yang berbaring
Sebelum keluar kalahkan penjahat

Jangan terjebak dengan kaya
Inilah berujung nyawa tragis
Merasuki kebutuhan khusus
Menjumpai kematian yang tak berlepas
Dari hambatan besar
Mobil akan menyaksikan Pak Dodi
Perampok ku lumpuh
Namun Dodi wafat di liang lahat

DKI Jakarta, 4 Januari 2017

Bunuh Diri

Bunuh Diri

Hubungan terputus
Tak tahan menahan tangisannya
Karena menyiksa hati
Melihat akhiri hidup di sini
Tak peduli dengan kasih sayang

Tidak perlu membantu
Bagai daun dihabis sirna
Berjatuh di suatu ketinggian
Atau menggulung leher
Seperti manusia sakit yang pedih
Merangkai darah yang berlumur di lantai
Artinya mati tanpa alasan

Surabaya, 4 Januari 2017

Monday 2 January 2017

Sampai Jumpa Liburan

Sampai Jumpa Liburan

Bangkitkan aktivitas
Setelah menghabiskan liburan
Dengan bersenang-senang
Bersama keluarga
Dan memandangi alam yang indah
Tak terasa dua minggu
Akan berakhir di sini

Canda tawa telah melalui bersama
Kembang api menandakan selamat datang
Untuk tahun yang baru
Bulan berputar kembali

Dari bulan Januari
Hingga Desember
Setahun mulai berlangkah
Catatlah kejadian

Kembalilah pada esok hari
Bangun kembali
Bumi akan bertahan
Hingga ujung hayatmu
Sampai jumpa tahun baru

Surabaya, 2 Januari 2017

Inspirasi

Inspirasi

Meluangkan dalam sebuah cahaya
Menyapa di pagi yang mulia
Sesaat engkau menyejuk
Menuangkan susu ke dalam tulisan
Tangan mengores pena
Sempatkan waktu yang cerna
Bukan semata-mata dirancang

Idolakan siapa dia?
Atau meniatkan demi nasehatnya
Ilmu tak hanya buku
Tapi sinarkan dunia melalui pesan
Cintailah segala sesuatu
Yang mengharukan hati lain

Mengetarkan denyut
Menuju dimensi surga
Yang berlebar-lebar
Untukmu kau beriman

Surabaya, 2 Januari 2016

Tidak Di Sini

Tidak Di Sini

Mungkin mengapa aku di sini?
Seharusnya aku bukan orang biasa
Tapi lebih baik turun panggung
Entah harus ngomong apa?
Layaknya untuk apa di sini?
Ini sebagai hiburan belaka
Malu di depan orang berbaju mewah

Tuhan merasa sedih di hadapanku
Berlari di rumah
Sambil menangis di tutupi bantal
Aku bukan terkenal
Melainkan manusia cemen
Ku tak tahu harus bicara apa
Itulah tujuan hidupku

Surabaya, 28 Desember 2016

Divonis

Divonis

Waktu untuk bertahan di penjara
Diputuskan oleh Hakim pidana
Segera jatuhkan
Para saksi dan penonton akan disimak
Atas melanggar kriminal dan etika
Yang melecehkan orang, kerabat, dan tetangga

Inilah melemahkan hati
Tak sanggup menahan rasa bahagia
Betapa hukum akan jemput
Kursi daun disambar oleh api membara
Bagai neraka dicabut hukuman mati
Demikianlah kau akan dipenjara
Selama lima sampai sepuluh tahun dipenjara
Membekamlah kepadamu
Segeralah masuk ke dalam jeruji
Selamat tinggal hidup bahagia

Surabaya, 3 Januari 2017

Sidang

Sidang

Tempat untuk terdakwa
Menyaksikan oleh ratusan peserta
Bersama dengan pakar
Ahli hukum, forensik, psikologi dan para hakim
Betapa hati terbelenggu
Dipandang yang panas
Memulai sidang putusan
Divonis akan menanti
Hidup tak bisa merubah
Tiada kesempatan lagi

Membangkai dosa
Terpendam ke penjuru awam
Justru ungkapan penuh haru
Orang tua korban jatuhi sanksi
Serta masuklah ke dalam jeruji
Untuk selamanya

Dan selamat dari masalah berat
Tuhan dipertimbangkan pada dia
Engkau tahu melepas dari peluru tajam
Melusuk luka
Anggaplah rumah penuh bergejora begitu pedih
Di hadapannya

Surabaya, 3 Januari 2017

Keramat

Keramat

Mengendalikan roh
Bermula dari nenek moyang
Berkisah dari sakit hati
Di sebuah tempat yang dikeramati
Membunuh di sini
Lawang sewu terdapat roh halus
Dipenjuru ruangan
Pohon beringin bertebar malam

Manusia memaksaku
Merasuki roh tak tampak
Ku bicara dengan mulut sangat keriput
Tak pantas ku bahagiakan
Merantaskan kutukan

Beracun dan tersirna dalam tidurmu
Tidak hidup lagi
Menepis murka
Memusnahkan dalam nasibmu

Menodai mata putih
Berjalan pelan berbungkuk
Ku terjebak pintu kematianmu

Surabaya, 3 Januari 2017

Diorama Hujan

Diorama Hujan

(1)
Gerimis melanda kota
Rintik-rintik air tanpa tersisa
Tak bisa apa-apa
Betapa kejutnya ingin pulang
Bersegeralah sebelum malam larut
Jangan lama-lama di sini
Karena keluarga telah menunggumu

Lekas waktu menjelang luka perih
Membentengi perasaan
Begitu meriam di sekujur badan
Lesu melekang sini
Daripada pulang diterjang alam kehujanan
Lama-kelamaan akan sakit
Ku berbaring dengan tidur
Menghabiskan waktu hingga terang

(2)
Pohon yang tumbuh
Ku bertahan hingga hidup-hidup
Langit dan bumi menutupi badai

Bukan lagi cerah
Atau bukan lagi bersinar
Melainkan datanglah
pandangan yang sirna

Menebur di angin
Gerimis menepi di hutan
Daun menyentuh air tetes
Berkumpul menjadi satu
Bagiku batang agak rapuh
Luyuh diterjang akar merintang

Seakan-akan batang akan tumbuh
Menabrak kepohon lain
Hingga meredup kemusnahan
Membekas ketenangan bercampur indah
Mengorbankan tumbuhan
Penuh berlangka

(3)
Tidak hanya hujan
Yang berisi air
Tetapi pemandangan akan beda
Hujan salju menerka kota barat
Bercampur angin begitu berhambar
Sulit berjalan maju
Bertumpuklah sebuah es

Suatu yang ekstrim
Sama dengan cuaca tak bersahabat
Mengikis ampuh meniup dingin salju
Menerjang mereka
Tidak nahan menangisi dibeku jadi es
Mati di musim dingin
Sembuh dengan kehangatan yang murni

(4)
Hujan air dengan es
Angin memendam langit yang berbeda
Dengan segala yang membangkai waktu
Perangilah di langit aurora
Hujan mendatangkan asap
Berasal dari suku yang berbeda

Setiap engkau memanggil
Keramat akan mengubah warna
Menjadi alam kapur
Betapa bersinai di warna yang megah
Menutupi kesedihan di paku

Beranah di warna pelangi cerah
Hujan tak mampu mengeluarkan gelombang tinggi
Menggeram di sudut pantura
Ia mengelapkan hidupmu

Surabaya, 3 Januari 2017

Hujan Bulan Januari

Hujan Bulan Januari

Awal tahun baru
Berjumpa dengan kembang api
Menyambut penuh bergembira
Senangnya malam tahun baru di sini
Namun apa yang terjadi?
Menurunkan hujan dengan deras
Semua berlari di tengah kain yang basah
Membendungi waktu yang di laknati umat
Sungguh sakit yang meraba

Rentang waktu
Tak sampai fajar membentangmu
Malam penuh keheningan
Bukan saatnya bereuphoria
Berletas luka pada di langit awam
Sepenuh tiada jujur

Sebelum pulang ke rumah
Ku dampakan menendang punggung
Ulah tahun baru menyongsong sengsara
Menimpa ternoda oleh badai hitam
Tak bisa menantimu sekarang
Menunggu lama sampai mencetus air mata
Gerimis datang lagi

Sampaikan tuhan
Meski kehendak pada sang guru

Surabaya, 2 Januari 2017

Kembali ke Sekolah

Kembali ke Sekolah

Tak rasanya
Dua minggu telah berlalu
Kini kembali ke jalan benarmu
Untuk menuntut ilmu di Sekolah
Ku sambut pagi dengan memasuki gerbang
Setengah tujuh untuk kalangan negeri
Dan tujuh pagi untuk kalangan umum
Memihat jalan kaki
Menggores pena yang tertinggal
Di simpangan ruang kelas

Menduduki siswa banyak
Canda tawa mulai berkeliar
Tak menggugah wajah begitu pedih
Melalui hari

Yang ku tempuh
Hingga akherat melayang amal
Terhadap cemerlang bagi umat
Tanpa memucat perilaku
Meraihlah masa yang batang untuk di pendam
Toga telah menantimu

Surabaya, 3 Januari 2017

Hujan

Hujan

Air telah jatuh
Berasal dari langit
Menghantam rasa senang
Sedih akan datang
Tak bisa pergi jauh
Hanya menunggu beberapa saat

Memucat lesu
Gerimis menggeram nafsu alam
Sekadar makna yang panjang
Sungguh ku ingkari janji
Tanggal ditepati
Namun nekat menerobos waktu

Di sini sepi
Takut sakit menerjang virus
Sungai meluap
Hingga berukuran manusia dewasa
Tiada berakhir di sini
Kecuali di akhirat akan tiada kehidupan

Surabaya, 2 Januari 2017

Sunday 1 January 2017

Selalu Mengalah

Selalu Mengalah

Aku betapa kecewa
Dengan kalian
Gugup dalam mengejar waktu
Tak bisa tertinggal
Ulah layar tersambar mata manusia
Pergi melenyap di ujung kalbu
Lenyap sudah
Tekad tersina oleh mimpi

Tidur menutup mata
Tertangkis lalu memutus asa
Semua karena takdir
Tiada jalan lain selain dia
Mungkin memungkiri
Bahwa rasanya digugur
Pena dihabis zaman
Hujan menyerka bulu
Batu terlempar pada laut
Tidak bisa menahan ketenangan
Aku nangis
Di hadapan manusia juara
Ku pergi tanpa percaya sama aku
Retak waktu yang direntang

Surabaya, 1 Desember 2016

Pentas

Pentas

Panggung terhias topeng
Menampilkan suatu pertunjukkan
Diperlihatkan oleh ribuan penonton
Memeragakan suatu perasaan dan emosi ku remuk
Tanpa melempuh waktu
Ku jalani hikmah

Serasa indah menggugah anugrah tuhan
Menetes air dihampiri oleh drama cinta
Menghibur dengan kata-kata yang lucu
Memikat di ranah manusia
Serdadu tisu menderai wajah
Menepuk sebelah tangan

Surabaya, 1 Januari 2017

Senandung Surabaya

Senandung Surabaya

Terlintang
Pada kota pahlawan
Menyimpan segundang sejarah
10 November 45
Sebagai hari pahlawan
Terdapat bangunan runtuhan melawan Mallaby
Jembatan merah didirikan
Puisi dikenang sepanjang masa
Terkagumlah hanya satu

Seperti terbayang oleh pemuda
Membalikkan Bung Tomo
Berkobar di hadapan penjajah inggris
Mengembalikan kekuasaan di negeri ini
Terkelat pada sang ilahi
Tuhan melambaikan hidup
Membangkit kota yang tercinta
Hanya bangsa dan tanah air di kota ibukota

Surabaya, 1 Januari 2017

Pemuda Pulang Kampung walau Orang Tua Tiada

Pemuda itu berjalan, langkahnya berat dan lesu, Di kota besar, dia mencari pekerjaan, namun tak kunjung berhasil, Hatinya penuh kekecewaan, ...