Tuesday 24 October 2017

Mendengar Kesunyian di Alam Hening

Lantunkan nada sunyi
Bergumam pada dinginnya alam
Senyap pohon begitu sejuk
Persembahkan pada sang pencipta langit dan bumi
Tumbuhkan alam semesta di bumi ini
Menikmati dinginnya sedalam hening

Cinta alam begitu teduh
Selaraskan bukit
Menemani tumbuhan pohon
Jadikan alam lestari
Mengelorakan suara dari dalam
Semoga menjaga sepenuh hati
Menikmati burung berterbangan
Pagi menggelamkan hawa panas
Lalu malam mengheningkan dingin
Sambil melenyapkan angin bertiup-tiup
Jagalah lingkungan
Asri, dan Lestari

Mojokerto, 21 Oktober 2017

Thursday 19 October 2017

Duka Sehelus Rindu

Tersembunyi pada rindu
Jatuh dalam luka
Membara hujan api
Menggelora asmara
Padamu hidup
Sempurnakan harimu
Tiada lagi tentang kesenangan
Mendengar harapan begitu pedih
Bakar seisinya
Musnahkan dalam segeletak Mual
Bumi begitu sakit
Ketemu dengan sendiri

Sebelum menjemput akhir zaman
Perubahan sangat cepat
Rindu tak bisa ditinggalkan
Sehelus rindu memelukmu manja
Ku ucapkan lesat padamu
Dalam segemerlap semesta
Lenyapkan dirimu
Bila terjadi kesakitan
Sampai jumpa untukmu

Surabaya, 2017

Wednesday 18 October 2017

Ilusi Sensitif

Akhir-akhir ini
Mendengarkan pencerahan begitu buruk
Diminta untuk hutang budi
Kepadaku
Demi memesan satu tiket
Inilah yang dimaksud dengan pengorbanan terjerat korupsi persahabatan
Inilah modal utama jaringan tidak terjalani
Sampailah pada kegelisahan
Tetap mengabdi
Kepada tiang berdiri diam
Bukan orang paling awam
Tetapi mendekati hambatan
Ilusi sensitif
Tempat menuliskan lebih pendek dariapda kata
Nikmati suasana keperihan
Berakhir untukmu
Jika menulis hal-hal yang menyakitkan

Surabaya, 2017

Kedendaman Perempuan

Menabrak mobil
Jatuh di lantai
Kain robek di lutut
Menuntut untuk balas dendam
Merasa sopir merasa salah
Sakit hati membuahi sedih
Ia campur aduk
Mungkin mengaku benang merah
Hubungi polisi untuk merangkit bukti
Menabrak jiwa dan kegerahan

Seakan-akan tragedi akan menghilang
Sepertinya meresup debu
Keluar dari tangkaian emosi
Masihkah iblis menjengkeli pria
Roh jahat melawan hak propaganda modern
Kunci Rahasia hanya satu
Kembalikan semua keadaanku

Surabaya, 2017

Membaca Buku Di Waktu Hening

Gairahlah angin
Sunyi membaca tulisan
Seperti mengenggam aura mimpi
Butuhkan energi udara
Melepas sejenak untuk membaca karya
Hembuskan nafas sejenak
Pelopor ejaan tulisan

Bahasa pertaruh nyawa
Hangatkan makna
Laut membedah pulau
Salah satu luangkan rasa
Belakangi waktu
Rapuhkan buku
Sentuhan lembar yang digali
Supaya menggeliat
Alangkah indahnya
Belajar dari tangkupan awan
Jangan enggan merajut asa

Surabaya, 2017

Thursday 12 October 2017

Perjalanan Pedih Zayyin

: Kisah dari Bung Zayyin Achmad

Ketika aku berkawan dengan Zayyin
Berjalan menuju Rumah
Ia semata-semata Zayyin merasa berubah pikiran ingin bertemu Mas Teguh
Perasaan pria kelahiran Gresik
Sengaja menatap tajam
Lama-lama kemudian aku bertemu dengan sosok ganteng
Teguh dan Zhyla sedang mengambil gambar
Zayyin menatap serius tanpa segelas bahagia
"Zayyin, kamu sedang apa?" Kataku
"Diam Ivan" Jawab Zay mereaksi marah
"Kamu kenapa?" Tanyaku penuh sedih
"Kalau kamu menganggu lebih baik pulang di Rumahmu daripada dapat bahagia darimu"

Aku keluar dari pertemuan
Heran atas perilaku pahitnya Zayyin itu
Pulang dari gedung aku merasa kurang nyaman di hati
Tak lama kemudian aku pulang tanpa meninggalkan hati dan pikiran Zayyin itu
Teguh dan Zayyin berpeluk
Atas rela terima kasih atas pertemanan penuh kemesraan
Teguh tidak tahu melihat kehadiran Ivan
Ia sudah melawan pengorbanan hati dan perasaan

Di Hari esok
Aku menemui di sebuah jalan desa yang riuh
Menggunakan jalan kaki untuk sampai di sana
Untuk berjumpa lagi dengan Zayyin
Kali ini bertemunya di sebuah pasir
Zayyin merasa berubah pikiran
Bahwa menewaskan kekejaman melalui drama psikologis
Malam tiba
Aku terselumbung dengan Zay
Hampirnya sudah mengorbankan hati persahabatan
Okie mengejar Zay
Sebelum pagi
Zay meninggalkan kota tanpa bekas jejakmu
Aku menunggu Zay
Ia sudah pergi
Inilah mimpi yang mengorbankan perasaan dan hampa

Surabaya, 2017

Thursday 5 October 2017

Pengorbanan Hidup Kakek


Setelah sekian puluhan tahun
Kakek telah mengeja di kubur
Mengayomi istirahat yang tenang
Setelah menunggu ribuan tahun di Kubur
Jalani dunia hanya sementara
Sedangkan mati terdiam tubuh
Tanpa bergerak sekalipun
Sedikit menangis oleh keluarga
Bahkan setiap hari mencucurkan air mata
Yang sembari hidup di tahun kelahiranku
Suasana hampir kacau
Memukau kisah dalam sebutir perasaan
Rambut putih itu membentak padaku
Juangkan darahku
Tapi jangan hendak melawan
Kasihanilah aku
Kasihanilah kakekku
Kasihanilah keluargaku
Seakan-akan jika aku mati
Tidak bisa bersamai kakek
Melainkan genggaman tangan di kota pahlawan
Inilah aku menetap selama dua belas tahun
Lupa tidak sempat menziarahi kakek
Melainkan terima kasih telah melukai hati semasa kecilku dan
Kesakitan yang menderainya

Surabaya, 2017

Stigma Penyakit Hati

Diagnosa penyakit hati
Berawal dari suasana di rumah
Mengemparkan kerusakan harmonis antara suami istri
Sementara anaknya mendengarkan kata-kata yang menyakitkan
Jangan berlayar sebelum izin
Mengapung kasih begitu tenggelam
Selahkan dalam keajaiban tuhan
Terjebak stigma penyakit hati
Lalu kemudian ia enggan lari dari sepenggal drama
Jatuh dan akhirnya dicambuk pada punggung anak
Kesakitan dan tak berdaya
Ulah mengotori campuran aduk
Seperti krim yang meleleh karena sinar matahari
Masihkan mengamuk sebagai kedendamanmu terhadap parahnya sebuah kemanisan keluarga
Percuma saja meninggalkan segala kenikmatan
Justru mengusir dari majikan
Semata-mata di rumah majikan ada pembantu
Pecah tanpa sengaja
Sekali mengamuk dijelma sebuah tragis
Menendang orang lalu paksa keluar
Dipotong gaji justru kurang cukup kebutuhanmu
Ini kisah yang mengayomi sebuah pesan moral
Bahwa siapa yang memerankan hati yang terluka akan mengutuk bintik-bintik
Penyakit tubuh dengan sebutan mantra balas dendam
Petir menyambar lisan begitu tidak sopan
Sepatah kata liang lahat akan menjemputmu
Tidak menanyakan pada mungkar dan nakir
Tetapi mengutuk jadi sakaratul maut
Inilah sajak yang merujuk stigma
Melalui penyakit hati sebuah kisah
Penuh mematikan dan memedihkan jiwamu
Suatu saat pasti tak bisa diprediksikan
Melainkan qodha dan qodar akan mendatangkan maut selamanya

Surabaya, 2017

Istimewa Kepada Tentara

Selalu mendekap di lapangan
Cinta bukan lagi dimesrakan
Istimewa untuk keamanan wilayah
Sikap begitu sempurna
Tegakkan amanat tanpa terpecah politik
Kobarkan semangat di usia tujuh puluh dua tahun
Setelah Indonesia merdeka
Amankan kekuatan
Tanpa kemalasan sebelum mencambuk lingkungan tentara
Laksanakan ajarannya
Ku lekatkan eratmu
Mengagungkan citramu
Menuai semesta alam

Surabaya, 2017

Wednesday 4 October 2017

Preman Bedebah di Jalan

Ku lari ke jalan kemudian polisi ditilang
Ku kabur dari tenda lalu ditangkap
Ada jalan lain yang bisa di luaskan
Seandainya preman bedebah nakal di dalam jalan
Nekat menerobos lampu
Setiap hari rampas barang milik orang
Tanpa seizin pemilik
Akhirnya ambil paksa
Beberapa jam kemudian ia lari di suatu kampung
Bagaimana lagi menyusahkan uang
Bukannya penuh nikmat
Melahap harta dan nasibmu
Kalajengking menyengatmu
Meluap racun dalam kepedihan api
Membakari tubuh
Alergi menyiksakan hati
Mati tanpa betah di dunia

Surabaya, 2017

Ketajaman

Pisau ditancap
Jika melawan dengan aku
Maka terimalah penuh kebiadaban
Hadapilah bila berani
Teganya mengusik hati
Tajamnya hasrat bila kasih telah lepas
Teganya melawan keadilan
Sulitnya menerima keadaan
Bila menaksirkan keadaan dan gemparkan pancaran darah
Tidak mau diperhatikan
Tetapi akan mencekam seumur hidup

Surabaya, 2017

Belenggu Perempuan

Yahudi merasuki muslimah
Ucapan tidak peduli apa itu ajaran agama
Hijrah masih buntu
Terbelah di dua sisi
Sisi pertama terjerat akal secara kritis
Sisi kedua perasaan akan kejam bila lisan memuat kotoran
Yang menyakiti seseorang
Belenggu terpesuk sesat
Jiwa perempuan selalu gaduh
Tawa keras
Banyak bicara
Tidak peduli situasi
Aku tahu hanya sepintas godaan pria
Yang tak menilai sisi sikapmu
Tersadarkan melalui mantra

Apakah tahu lagu Cinta ini Membunuhku?
Mengisahkan cinta yang ingin membunuh kekasih
Di samping itu perempuan sudah menjerit kesakitan
Ia akan mengepal mantra yang dilantunkan
Betapa sulitnya menerima takdir
Ia tidak bisa ditolongi
Resaplah kejiwaan yang berujung kesurupan
Pohon yang membantai malam
Yang berujung nyawa terhisap oleh hantu
Kasih tertinggal
Melainkan kesakitan parah berujung pada kesengsaraan
Hingga mematikan emosi yang tak terkendali
Tempramen jin memecah masalah
Sampai sekarang perempuan terhinggapmu sepanjang masa

Surabaya, 2017

Di Tengah Shalat Nafasku Tersengat Nafas

Lekat nafasku tersengat
Pelan tapi tak tahan
Entah kenapa keadaan begini
Mungkin terlantang dalam situasi genting
Ketika i'tidal sudah nggak kuat nafas
Aku berada di paling kiri bagian depan
Seusai shalat langsung menghindar
Saat dzikir aku berada paling belakang

Surabaya, 2017

Melihat Wajah Pagi

Terpandang kemarin
Sambil mencicipi popcorn
Menikmati film yang disajikan
Tidak bisa tidur
Kapan tuhan menidurkanmu
Tidak menyangka mataku melek
Ingin menonton bola
Alangkah baiknya tersurut malam
Lelap menatap televisi
Mencekik terdapat di dalam film horor
Burung hantu suntuk di batang pohon
Andaikan menatap wajahmu
Memeluk fajar sebelum berjumpa esok
Pelangi terpangkas
Bangun kesiangan
Seolah olah ingin melihat pagi
Tiba saat pagi sudah mendadak terlambat

Surabaya, 2017

Menulis Sajak Di Tengah Hujan

Cinta tersilir jauh
Khayalan hati terbengkalai
Lalai mencari tempat kencan
Hujan memisahkan antara berdua
Menuliskan sajak
Di tengah redupan hujan
Memilah di antara gerapan daun
Terbangi impian di sana

Petir menyambar waktu
Tidur tanpa disengaja
Selalu tersenyap di balik redapan hujan
Aku selalu berharap
Sajak terarungi manja
Lahap tiap hari ke hari
Lelapan angin mengantar hening
Bersama menit yang tertembus dirimu
Andaikan nyanyian tersiar di halaman
Deningkan sajak pelepas memoriam

SURABAYA, 2017

Hujan, Penghilang Krisis Kekeringan

Keberkahan telah datang
Serupa doa yang dipanjatkan
Sebuah sujudkan yang dipersembahkan
Meminta hujan penghalang krisis air bersih
Tanah retak menghempas resah wajah warga
Di sawah gagal panen
Justru kehilangan gaji
Setelah dua bulan menyiasati nasib pekerja
Dengan bekerja setetes keringat
Tidak rela memungkiri hidup
Terlesap titik titik air
Badai hitam tampak tiba
Gelombang air menambah
Sekadar datang kembali dari sini

Jemput di daerah hutan
Melangkah kaki di sudut tanah
Rebah senja sebelum pulang
Hujan tergores desa
Sampai akhirnya
Lepas dua bulan
Hujan
Penghalang krisis air bersih
Syukur tuhan menghampirinya
Kiranya berkah memenuhi kebutuhanmu
Dan terselembuk pada dataran
Senangnya bisa menanen air
Membersihkan seluruh kotoran pada tanah

Surabaya, 2017

Senyaplah Dikenang Wanita Lemah Lembut

Senyaplah pantai di tengah malam
Menikmati kepergian setelah wanita lemah lembut hampir terlihat bisu
Jauh-jauh bersebrang jodoh hampir terbelah
Sampai berapa pun dekat tidak memumpuni
Berada di sampingmu
Bukankah pulang dengan tangan hampa
Memegang kodrat meski lumpuh

Surabaya, 04092017

Pengabdian Sang Pujangga

: (Alm) Gerson Pyok

Pengabdian cinta
Ia mengusap debu debu gejora
Dengarkan dongeng yang dinyanyikan
Pasir mengelilingi langit ketujuh
Mengasihi pantai yang terbuang
Ambil batu bata yang mengores pengorbanan
Mengusap kursi dilebarkan
Menikmati musik yang ia dengar
Tuliskan sebuah cerita untuk anak
Berjelaga pada suatu hari
Meskipun berkata-kata sulit dibayangkan
Terlintas dalam pikiranku
Dan alam batinku

Surabaya, 2017

Remaja Budak

Kalangan remaja kampungan
Tiap hari cangkrukan
Meniup tawa dibilang bodoh
Siapa bilang preman mempental mental
Itulah preman membentak anak muda
Masa emas bagi pemuda itu sudah biasa

Tersimpang siur
Dan mengais hamparan debu
Memilah hampa di malam sunyi
Dunia bukan lagi di peras
Melainkan jadikan remaja budak
Yang menodai rindu dan kenangan
Menjenguk kubur ditutup hidup-hidup
Sampai sekarang mengulur di simpang hampa
Inilah mengakis sebelum beranjak kematian

Surabaya, 2017

Remaja Asin

Kau tahu membelakangi posisi
Takut diadili
Bahkan mencuek habis
Pacar ditinggal
Inilah hanya menimpali ilmu cinta
Hadapi pasangan hati yang tak mau di lepas
Keningan tangan mencium
Saat berkencan rasanya santai
Bersama berdua di plaminan
Maukah jadikah aku remaja asin
Seperti manusia memakan garam

Surabaya, 2017

Pemuda Pulang Kampung walau Orang Tua Tiada

Pemuda itu berjalan, langkahnya berat dan lesu, Di kota besar, dia mencari pekerjaan, namun tak kunjung berhasil, Hatinya penuh kekecewaan, ...