Wednesday 30 May 2018

Malam Kelimabelas

Dosa terjerat dalam batinku
Merasa punya dosa yang tidak terpenggal dalam jiwaku
Ia merasa ditekankan dengan permasalahan terhadap aku
Andaikan bulan purnama menyempurnakan tahajud
Membelenggu purnama jika tersengat oleh sepintal api
Inilah terdeteksi nyawa yang menguasai ruhmu
Istijabah kepada Allah untuk melepas keserakahan
Suatu saat pagi akan terasa bertaubat

Surabaya, 15 Ramadan 1439 H

Malam Keempatbelas

Kecelakaan berujung malapetaka
Bersanding di tengah jalan bertatap dengan para preman
Berperang untuk menculik hartanya
Puasa memang disuguhi nafsu kejahatan begitu mengugah lumpuhnya iman
Bertabuk dosa ditaburi kesadisan begitu mencekam
Terdebam sebuah kekejian
Membuahi kepahitan
Hukum terjerat selamanya
Allah tak akan memberi petunjuk bagi manusia pendosa
Sewaktu waktu tak menerima pahala hingga mengakar di lautan neraka nanti

Surabaya, 14 Ramadan 1439 H

Malam Ketigabelas

Merajut bulan purnama
Diawali sebuah mimpi begitu mengalir
Setelah mengejar harapan selama berbulan bulan
Tersedot oleh kepasrahan begitu menghanyutkan impian
Terjatuh di kasur empuk ku jadikan lemah
Rembuk api seperti terpenggal lembaran kertas
Mendoakan di persilangan tahajud
Dengan langit berkuasa
Bertotok pada lantai lalu bersanjung padamu

Surabaya, 13 Ramadan 1439 H

Tuesday 29 May 2018

Malam Keduabelas

Mengikat batin pada rantai kepedihan
Betapa melihat jiwa karya melimpahkan tiap ratusan lembar
Sebesar tulisan digores oleh waktu ke waktu
Mencapai niat tulus pada perjalanan
Selalu taat kepada sang maha kuasa
Halalkan pembaca ingin meneguhkan jiwa
Api biadab lalu digores oleh cincin putih
Memasuki dunia lebih bermartabat

Surabaya, 12 Ramadan 1439H

Malam Kesebelas

Diwarnai problematika umat
Pemimpin meresahkan tanggung jawab
Itulah Penjernihan tak henti dari waktu
Mengenang kalbu dipatahkan secara percuma
Tiada tahu apa yang diperbuat oleh umatku
Aku bersimpuh atas kesalahan diperbuat
Sungguh tidak kenal henti
Bakal dielus dan memperbaiki diri
Sujud dalam namamu
Siapa tahu Allah menyayangimu

Surabaya, 11 Ramadan 1439 H

Malam Kesepuluh

Mengintip lembaran kitab kuning
Meraba setiap tiap kata dalam bahasa Arab
Selalu menyimak dan menuliskan setiap pengucapan dari guru besar
Abadikan jika terbaik akan memuliakan Rahmat dalam berilmu
Nyawa cerdas serta berakal
Keyakinan bercelah oleh setinta kertas
Mengayomi didik di masa cerah
Daripada menggores pada amalanmu
Selamatnya akan diwariskan padamu

Surabaya, 10 Ramadan 1439H

Malam Kesembilan

Bayangin matahari telah terbenam
Atas melangkah kaki sangat jauh
Kepada perjalanan penuh menghasut batin
Tiba tiba mengelut buta
Lemah tak berdaya berdiam diri
Setelah bercakap dan dipukuli oleh mereka
Mana ada menjangkit kebatinannya
Pindah dan meruntuhkan kamu
Seperti meruntuhkan kebenaran
Meneliti lah sebelum dibidik oleh guru terbaikmu

Surabaya, 9 Ramadan 1439 H

Malam Kedelapan

Redapan kalbu mengugah cerah
Buktinya ku redapan dengan segala pertentangan
Jika mati dalam berjihad itu sudah mengukuhkan kepahlawanan
Seperti beriman mengalahkan kemalasan
Tempat membasmi kejadian perkara
Bumi mengendap puasa

Tak sekadar melangkah dengan kelelahan lalu tertidur
Tetapi ku resapi padamu sebuah ketentraman padamu selalu
Selama mengendap terus menerus
Hingga bertaubat

Surabaya, 8 Ramadan 1439 H

Malam Ketujuh

Saatnya mengendap renungan kepada alam sunyi
Ku embun sepenggal perjalanan dari rumah menuju ke tempat tujuan
Berdoa dengan segala kalbu

Betapa menemui polisi
Ia memeriksa tas sehabis sampai di sini
Padahal tidak membawa alat tajam lalu dibongkar satu persatu
Santri bukan terorisme
Nekat menangis kepada para polisi
Tidak salah malah di perih suatu kemarahan
Bukan ditombak batin tetapi perjanjian sebagai masyarakat yang baik

Surabaya, 7 Ramadan 1439 H

Malam Keenam

Kaidah teknologi makin berkembang pesat
Memenggal agama untuk kekuasaan
Berpelukan dengan sahabat perempuan
Kini aku gugup menghadapi dia
Serdadu kisah begitu nyata
Lalu menjangkit kepurukan
Tidak pernah takut karena kebenaran
Berdaulat untuk mengejar mangsa
Sebelum menempuh detik terakhir menuju kemenangan

Surabaya, 6 Ramadan 1439H

Malam kelima

Betapa sulitnya iman sulit dikendalikan
Lantaran tak punya kesempatan
Selaku dirinya merasa diampuni
Menjaga batinmu terus menjemputmu
Dalam sebuah keteladanan yang diimbangi padanya
Sebuah memori tak terhembus oleh waktumu
Mungkin saatnya terpisah
Bila mendatangi sebuah doa
Rahmat sekeluarga lalu mengabadi sebuah peristiwa
Kepingan demi kepingan akan segera diampuni dosa
Selamat berjumpa lagi Indonesia

Surabaya, 5 Ramadan 1439 H

Malam Keempat

Memeluk untuk Wanita
Memeluk untuk keabadian
Memeluk untuk segala perlindungan
Memeluk untuk segala kebersamaan
Sebutir kisah dari negeri sebelah
Bahwa menjual diri dibagikan dengan harga seikhlasnya
Menjaga diri dengan duduk dengan empuk akan terasa enak
Tapi lama lama sudah bosan
Alangkah baiknya menyempurnakan iman
Daripada tersembunyi sama sekali
Didik namamu
Tawa masih ada
Hingga selamanya

Bandung-Surabaya, 4 Ramadan 1439 H

Malam Ketiga

Seraya kasih anak tak luput dari perkembangan
Usia menentu tapi nutrisi masih ada
Jangan biarkan mendidik tanpa diawali dengan serpihan basmalah
Mengucap dalam namamu
Mendekap semesta atas nama Allah
Semesta Muhammad ku jaga kekuasaan
Berjalan hingga mendirikan benteng pemimpin
Mendidik tanpa emosi
Mendidik penuh berati
Makna akan bermanfaat bagimu

Sumedang, 3 Ramadan 1439 H

Malam Kedua

Mengenang kasih sayangmu
Kepada dunia membahu alam
Kesunyian cukup mendekam di perumahan
Tiada suara mengayomi penduduk
Malam diulur sepi
Seraya mengunjungi sebuah mimpi yang kemudian ia rela bersimpuh denganmu
Bangun dan bertahajud dengan sekadar doa
Menghadiri ciptaan daripada membentang sebuah kata
Bahwa dunia yang diindikasikan oleh semesta
Insya Allah Allah menjadikan kekuatan bagimu
Kepada sang ilahi

Bandung, 2 Ramadan 1439 H

Malam Pertama

Ku singgah dalam dekapan purnama
Tarawih mendekap padamu
Rindu bersujud saat menyambut puasa
Seperti bening purnama tersinggah padamu
Sebuah kisah dilupakan oleh doa
Allah memperlangkah ibadah puasa
Suatu saat akan tidur di pagi setelah sahur

Bandung, 1 Ramadan 1439 H

Friday 25 May 2018

Sandal Gunung telah Hilang dikenakan Orang Lain

Ramadan berjalan
Sempat tertuang kejadian tidak disengaja
Sandal gunungku hilang dipakai orang sejak sekali dalam setahun
Sungguh menduga orang mengenakan sandal gunung tanpa sepengetahuan pemilik langsung dicerna

Surabaya memang sensitif besar
Menguak kriminal terus berkembang
Mengusap keteledorannya oleh lingkungan
Faktor emosi selalu membayangkan suara boneka nekat
Green force menebarkan gengsi

Tidak bisa dimungkiri Surabaya menembus lautan api seperti ketakutan di kota Bandung
Buka penjara lalu menyiasati itu
Iya, suasana tidak menentu
Lantaran waktu tak bersahabat
Sandal gunung difavoritkan itu sebaiknya meninggalkan waktu dikenang
Suatu saat disembunyikan secara cuma-cuma

Surabaya, 2018

Bandung Lautan Syair untuk Negeri Pasundan (2)

Bandung lautan api
menyeka api dihanguskan bangunan
Tidak berhenti penjajah mengepung kota
Menyerahkan kekuasaan di tangan Belanda
Ia terkepung suasana
Kehabisan hidup ditengah serpihan peperangan
Seperti meramu kematian
Negeri Pasundan bersedih

Jika rakyat semesta menyelamatkan sejahtera
Mengobarkan jiwa disatukan
Syair berpendar kalbu
Yang sangat memecahkan akal
Raga tak dimungkiri bila waktu begitu fana
Amalkan dirimu dan menyerahkan sang pencipta
Geramlah dan dentumanlah dalam nama langitnya
Darah bercak di sekitar Bandung
Pasundan kembalikan tanah padaku
Jika kalah pergilah dari wilayah kita
Sekali merdeka tetap merdeka

Bandung, 2018

Ramadan, Sepenggal Dosa Di Hadapanmu

Ramadan
Waktu yang tepat untuk beribadah
Bukan berbaring di tempat tidur
Sahur mengukuhkan semangat menjelang pagi
Ibadah melubuk sebuah ilmu
Merata pada syahadat

Ramadan
Sepenggal dosa di hadapanmu
Masih banyak tantangan yang dituntaskan
Puasa lah untuk menahan nafsu
Ampuh memberantas pendosaan

Ramadan
Langkah kaki menuju kemenangan
Tuntaskan nafsu diri bukan digital
Serahkan batinmu kepada sang maha kuasa
Salah satu bahwasanya tiada awal dari kehidupan
Sebelum petunjuk disetir oleh malaikat

Surabaya, 2018

Monday 21 May 2018

20 Tahun Reformasi, Kenangan Keluarga Tempo Doeloe

Kasus reformasi tak henti dari serpihan tragedi
Mengingat batin di dekatkan pada air mata
Ku renggang pada darah juang
Berubah suatu kekalahan pada sirna
Berbaring pada kematian
Dua puluh tahun reformasi telah dikenang hari ini
Memunajat kerinduan tak bisa merintih air mata

Tempo dulu kasus tragedi Trisakti yang melihat mahasiswa dengan polisi
Genggaman dokumen belum bisa dilupakan oleh seseorang
Tempo dulu sudah belum menuntaskan kasus reformasi hingga kini

Surabaya, 2018

Naluri Padamu Sang Perempuan

Menantimu sang pencipta
Selaras kepadaku sang perempuan
Menjemput dengan jalan kaki
Seumpama manusia menakuti sebuah kegelapan
Melindungi dalam dekapan namamu
Sesungguhnya kehancuran bagian keresahan manusia
Dilarang menusuk jiwamu
Kecuali mengugah rasa batinmu
Serasa menggelitik malam
Naluri sebuah mimpi
Terjadinya fitrah lalu bersih
Jauhi nafsu digital yang mengencangkan kamu

Cicalengka, 2018

Sepucuk Sajak Untukmu

: Salsabilla Roihanah

Sepucuk sajak untukmu
Waktu terbaik seujung rindu
Kepada akal sehat murni diembunkan melalui kalbu
Kepada senja terbentang dalam namamu
Sehingga mengusap batinmu terurai cinta abadi

Memucuk kenangan tersambar langit pagi
Memelihara kamu dari segudang prestasi cemerlang
Seperti gerakan nada begitu melintang
Di masa depan akan cerah sepertimu

Surabaya, 2018

Melambaikan Tangan pada Malam

Menyangga malam begitu panjang
Itu sebab semua orang beristirahat
Setelah bertadarrus ayat suci lalu pulang ke rumah
Jika melambaikan di tengah malam
Menjiwai langit hitam ini bercengkrama dengan sahabat
Rawatlah sujud hendak diresapi pada kemudian hari

Setelah sahur akan berpangkal sebuah frasa
Di ujung takdir akan berpenyakit di akhirat
Buka pintu pendosaan sangat menderita lalu haruslah di bulan suci Ramadan
Sebatang maut tak bisa menemani sewaktu-waktu

Cipendeuy, 2018

Suara Kegaduhan di Dalam Kereta

Sepanjang kursi sangat nyaman
Berdiam diri sambil menempuh perjalanan di tempat duluan
Menjemput reaksi kurang bersahabat
Seorang keluarga mendidik anak dalam satu kursi penuh
Berdiam diri lalu kurang betah
Suara kegaduhan anak seperti menjerit tangisan sangat menderita
Membagi sebuah kesan tidak nyaman hingga turun ditengah perjalanan
Kalau berisik lalu mukul maka publik makin ketahuan
Berpenggal kerugian menghambur emosional

Paron, 2018

Monday 14 May 2018

Surah Ar-Rindu

(1)
Alif Lam Mim

(2)
Sesungguhnya rindu itu diciptakan karena menepis kenangan setelah sekian lama tidak berjumpa

(3)
Mengisahkan seorang perempuan yang bertinggal di tempat gubuk untuk membuka lembaran demi lembaran
Demi mengingat kenangan sempat tergores selama puluhan tahun lamanya
Yang demikian itu kesan selalu menumbuhkan canda tawa
Selalu bertemu dengan goresan demi goresan selalu dilalaui
Kini ia menghinggap di lantaran gubuk sawah
Sungguh allah maha perindu lagi maha mencintai

(4)
Barang siapa yang membacakan doa untuk menjaga warisan. Seakan-akan langit putih memberi pahala bagi doa yang dipanjatkan

(5)
Dan barang siapa tidak menemui dalam waktu panjang. Maka yang demikian itu akan terbakar dendam dan melumpuhkan masa lalu

Surabaya, 2018

Obito, Melancangkan Terorisme

Obito berkuasa istana hitam
Melancangkan pasukan
Menghancurkan seluruh warga di wilayah
Mengutuk ancaman lalu panik entah kemana
Radikalisme menakuti masyarakat

Obito, ia mengusap kematian dengan nafas
Berawal dari balas dendam lalu melukai dia
Ku mohon dengan sangat
Kenangan belum usai
Rindu terujung lepas
Larilah entah kemana
Waktu tak diprediksikan
Bakarlah merayap api amaterasu

Biadab tanpa berdosa
Obito Madara memaksa berebut wilayah kekuasaan
Melalui segala penderita yang dicekam oleh waktu ke waktu

Surabaya, 2018

Mei Bulan Tragedi

Mei
Melumpuhkan gaji pada hari buruh
Mengugah jiwa iman melalui hari pendidikan nasional
Mengerai asa diseruput kopi
Arungi renungi lewat doa

Mei
Bulan tragedi menyisahkan luka
Melebam aksi tragedi 1998
Melahirkan reformasi pada era soeharto
Membuluh hati disakiti
Melengser jabatan sebagai presiden

Mei
Tiada pertolongan padamu selaku buah kenangan
Menabur duka diiringi ziarah kalbu
Menangis air mata begitu cepat
Aku akan senantiasa mendoakan untukmu

Surabaya, 2018

Tuesday 8 May 2018

Setahun Gagal Menghadapi SBMPTN

Setahun lalu usaha sangat gagal
Ditengah soal ujian terlalu memberatkan
Suatu itu tak mampu belajar selama sebulan
Karena memori terbatas di hadapan saya
Seingat memendam waktu demi waktu
Menyusun yang melebam pada waktuku
Ku mengusut pada penggenggam sirna
Meresap pada pandangan waktu
Otak terlalu pecah

Sedangkan soal dikerjakan setengah mampu
Adanya meresapinya walau sudah tak mampu meraihnya
Memadai keramaian dan tak memungkiri jalan seperti itu
Bila hari begitu meresahkan jika sebulan berikutnya tidak lulus masuk di perguruan tinggi

Surabaya, 2018

Ramadhan, Sepenggal Perjalanan melalui Pena

Ramadhan telah dekat
Sepenggal Perjalanan rasa melalui sebuah pendakian
Sepanjang hayat manusia telah berwafat akan dibukakan pintu rahmatnya
Untuk mengabdi kebaikanmu dalam sejuta makna
Menikmati rasa kesegaran saat fajar menemani sahur

Bakda subuh disuguhkan ilmu keislaman tentang Ramadhan
Menyuguhkan temani sepanjang hari
Apa mungkin kau rela membungkam dosa selama Ramadhan
Hidup meski berat
Allah memahati segala arah
Ku warnai kebaikan justru berdebat dalam kebaikanmu
Ku akan menghadapi segala nafsu
Namun bukan puasa biasa
Dibatasi waktu sebelum tidur

Surabaya, 2018

Dua Anak Meninggal Diakibatkan Mengambil Sembako di Monas Jakarta

Sungguh disayangkan dua anak rela mengambil sembako gratis telah menghembuskan nafas terakhir
Usia sekolah dasar saja menggempul duka karena terinjak secara tak sadar
Publik menyadari tidak kasihan terhadap perlakuan menyambar api segala emosi
Apa yakin membuat keganjalan makin menangis terhadap keluarga korban

Pembagian sembako dengan peserta terbanyak sungguh menikmati ujian berat menghadapi suatu kematian tak diprediksi
Inilah yang menyematkan panas matahari tanpa keluar jalur
Monas Jakarta dipadati kerumunan dari masyarakat tingkat miskin
Hal ini panitia telah mempertanggungjawabkan atas kematian dua anak yang dinilai tidak ketahui oleh publik
Panitia acara sudah menyesatkan perlakuan masyarakat
Dan Snack dibagikan gratis memang tidak efisien sama sekali

Surabaya, 2018

Perang Tagar soal #2019GantiPresiden

Elektabilitas Jokowi masih tertinggi
Sudah apa apa belum menetapkan calon peserta capres 2019 telah mewarnai aksi emosi antar komunitas politik antar dukungan
Seperti car free day yang mengisi kecaman intimidasi antara pendukung Jokowi dengan masyarakat anarkis pendukung ganti presiden
Penjabat dan lembaga telah mengkhawatirkan atas pemadati sakit jiwa

Publik melawan melalui amukan
Masa mendekap opini publik
Pemimpin Jakarta akan menyelidiki siapa dibalik tokoh utama atas perang Tagar tersebut
Jangan mengisi kegiatan bebas berkendaraan penuh tidak manfaat atau mengisi kegiatan politik
Jangan dipermasalahkan #2019GantiPresiden
Terhadap masyarakat, sosial, dan negara

Surabaya, 2018

Mahasiswa Mengencangkan Dendam pada Hari Buruh

Hari buruh seakan menimbulkan banyak penghasutan
Mengingat hari buruh disuarakan dengan gaji pemerintah
Apa dirasakan ketika berdemo di depan publik
Lalu bersorak ekonomi kerakyatan yang akan distabilkan
Tidak usah menaiki standar, normal kan gaji kita

Di akhir demo menyebabkan sebuah tragedi yang tak menyenangkan bagi publik
Mahasiswa pendendam menerima ambisi kemarahan dengan meledak pos polisi di Kampus UIN Yogyakarta
Pendemo anarkis mulai berulah
Bagaimana publik hampir mengecewakan pada Mau Day
Seolah-olah meresahkan hati kepada negara
Penyebab narkoba mengonsumsi ganja dan alkohol mengendalikan temperamen
Maka polisi memburu enam puluh sembilan mahasiswa yang berujung anarkis tingkat parah
May Day jangan mengulangi perbuatannya

Surabaya, 1 Mei 2018

Penyair Berceloteh Sejak Sore Tadi

Pulang dari pameran buku
Tamu dari daerah telah meninggalkan perantau
Disambut kaget saya meninjau apa
Tanpa pamit keluarga terasa bahagia
Kalau aku kenapa dipertanyakan
Bilang saja dari awal bila pamit dari perantau
Saya berdokumentasi dengan novelis muslimah tetapi Ir enggan tidak diperbolehkan
Ini macam apa hari ini
Ada berbagai masalah yang melintas di pikiran saya

Perempuan bercadar sebagai penulis tak peduli pergaulan antar mahram
Saya muslim tapi belum dibekali ilmu muslim walau setengah paham
Pulang dari sini terasa membawa kepurukan
Sudah saatnya tak pantas menjadi penulis walau pembaca tidak punya hak integritas berliterasi
Pertemuan ke depan aku sudah tak berjumpa dengan penulis lokal
Jika terbukti tidak ada dokumentasi antara penulis dan pembaca

Surabaya, 2018

Noktah Masa Lalu

Membara luka entah dimainkan apa
Sebuah memori belum sempat merekam
Bila terderai arus balik
Membilik noktah
Sepilah malam terjerit luka
Bukan memilu
Tapi apa diganjarkan sebuah keabadian
Bila menggerahkan semua cobaan
Lantas siapa yang mewariskan noktah sebuah goresan pena
Memajang masa lalu
Kemudian menghukumi dengan apa

Surabaya, 2018

Banyak Buku yang belum sempat terbaca

Banyak buku yang belum sempat terbaca
Akibat suatu kelalaian dicampuri nafsu
Kini mengayomi rindu bukan suatu janji
Ia membayangkan betapa luasnya kerinduan yang amat dalam
Serahkan padanya jika tidak membuka handphone
Sosial media terbuka
Sayang seminggu tidak berhasil
Karena itu menjadi keganjalan
Buku terbaca sampai sebulan penuh

Surabaya, 2018

Mengingat Kakek ketika Menemani Satu Ruangan

Kursi goyang merenungi gejala
Tiba tiba mendengar suara drama dari kakek
Bahwa suara dahulu menyimak pada satu arah
Kini ia terpercayakan pada semuanya
Ujian sejak kecil hanya mengganjar drama
Ruangan cukup empuk ketika aku mencicipi popmie
Seraya merebam tindakan
Saya lesu
Kakek marah
Hari sangat buruk

Surabaya, 2018

Meresahkan Tokoh

Seperti pula meresahkan tokoh
Semenjak gelap gulita terembun oleh simpang siur
Membalik sebuah keadaan
Ribuan orang hadir kini melemahnya kehadiran
Semenjak membungkam sebuah arah
Kini ia apalagi ditakdirkan
Semenjak mendetaknya sentuhan
Kini ia memungkiri cintanya dilumpuhkan
Sebuah media diterbitkan merekam sebuah  deklarasi
Ia takdir tidak seolah menggeleng keadaan

Surabaya, 2018

Pemuda Pulang Kampung walau Orang Tua Tiada

Pemuda itu berjalan, langkahnya berat dan lesu, Di kota besar, dia mencari pekerjaan, namun tak kunjung berhasil, Hatinya penuh kekecewaan, ...