Monday 24 July 2017

Runtuh Diri Pasca Ramadhan

Manusia berlabel setan
Ku lengkung jari-jari kesakitan
Pasca ramadhan tahu rasanya
Betapa jari terbakar
Kaki lumpuh
Paru-paru hampir mendesak
Jantung segera sakit
Wajah semakin keriput
Bekas rokok di organ tubuh
Tangan melembek

Berpasrah diri
Tak satu pun peduli terhadap dia
Usaha tak menentu sia-sia
Menangis di lenggang waktu
Mati rasa dunia akan merebah
Menggengam wajah begitu tak sadar
Terus menjangga gandum keresahan
Membentang sayup-sayup mentari jika ingin bahagia
Merembuh-rembuh rentang senja
Serpihan angin-angin meredup pada asa
Jatuh bukan alasan
Tanpa pura-pura menjadi apa
Sudah ketahuan pada ranah publik
Gersang memapuh liang lahat

Surabaya, 19 Juli 2017

Dimanakah Jalan Untuk Mengayomi Organ Politik

Merebah politik
Sudah membedah saat berita dibacakan
Saat disebut nama penjabat
Mengayomi sebuah kalimat rahasia
Tersyiar angin dibesung pagi
Padati demo
Organ politik mengumam kondisi negara itu
Satu demi satu peristiwa dibidik
Sebelah pandang mengobar api penjara
Tiada lama dikebuti
Selama berkawal dikutip kata politikus
Mengebah hampiri badan begitu punah
Jangan bahagia pada serpihan permen
Tanpa menyiati iman dalam sekujur kehormatan

Surabaya, 19 Juli 2017

Pertemukan Drama lalu Dihadang Pertentangan Satu lawan Satu

Pertemukan drama
Semacam penampilan teater
Segala kehormatan berujung babak belur
Balas budi diganti suasana dendam
Kepada langit penguasa
Dihadang pertentangan satu lawan satu
Cabut segala hak priogratif
Sebuah jawaban tanpa dikenakan penjelasan
Dibelah jiwa tanpa arti
Sebuah pengkalan kata-kata yang terbenang pada jiwanya
Mungkin iringi nada kegaduhan
Inisial siapa yang telah bukti sebagai tersangka
Sesuatu yang berlebihan
Akan terlibat dalam hukum

Surabaya, 19 Juli 2017

Cabut Nyawa Manusia Tanpa Bersalah

Jelas cabut setiap mengubah kesan asam
Kemudian dipajang manusia tanpa bersalah
Bila terduga masalah besar
Buah manggis di makan apa-apa
Terus terang terpaku parutan ginjal
Dendam tanpa pernah ada
Hanya sekilas khayalan
Bahwa bukti mengerabah bocah cilik
Tentang suara mainan mengutuk anak-anak
Tenggelam masih memikirkan masa perih
Pikiranmu membelenggu apa-apa di waktu yang lalu
Di mimpi bawah sadar tersandur janji
Membelah hidup tanpa dibela habis-habisan

Surabaya, 19 Juli 2017

Zayyin di Pertemukan Kopi pada Buah Malam

Ketika malam beristirahat
Sambil menyuduh kopi manismu
Membaca menjenguk mantan
Miliki penilis sendiri
Dipertemukan kopi hangat
Pada malam tersimpan raga
Tak lagi dibincangkan
Hanya sekilas bacaan anda
Tontonlah malam gemerlap sunyi
Zay ke sini hanya nemani sendiri
Bersama kopi dan buku dijadikan satu
Dalam sebuah rembulan fajar
Sebelum subuh usai terbitlah matahari senyum

Surabaya, 19 Juli 2017

Zayyin Ditaruhkan Nyawa Hukum di Sebuah Langit Surabaya

Jantung hukum
Membedah nyawa dipertaruhkan negeri
Begitu pula tersimpan kaku ucapan seakan sia-sia meratap tembok
Berisi kumpulan cinta tanpa disembuhkan hati dan rayuan gombalmu
Sebuah langit memedam kota Pahlawan
Lari pada semak belukar
Ku memutuskan untuk maju
Hadaplah darah mengerucut asas gandum jiwamu
Sepatah satu dua kata
Akan menapan balik jeruji

Surabaya, 19 Juli 2017

Berbuah Pahit

Dicicipi kulit buah
Tentu rasa pahit
Genting di ambu-ambu langit kepedihan
Wanita menjerit air mata
Lalu tersambat pahit berkencan
Andaikan berbuah pahit
Selimuti pening kerembukanmu
Jelajah di suatu tempat
Tidur pada tanah kusut
Tanpa layak lelap seperti hendak berjelaga sendiri

Surabaya, 19 Juli 2017

Monday 10 July 2017

Masa Tegur

Pagi-pagi dibentrok
Ditengah jalan masih tawuran
Di pinggir jalan pada gerebek PKL
Meleset laut menghuni rumah begitu kumuh
Preman berkeliaran di jalan raya
Balap liar bersuara keras
Bersimpang siur mengeming sampah
Masih saja melanggar rambu lalu lintas

Masa tegur telah datang
Kamu tak akan dimaafkan
Kamu tak akan diampuni
Kamu tak akan ditolongi
Kamu tak akan memberi sesuatu
Hanya hari akhir terlembur api
Melembumu sampai tubuh kekalmu
Sakaratul maut menjemputmu

Jember, 10 Juli 2017

Wanita Duduk Pada Malam itu Terlalu Cemburu Walau Lepas dari Jomblo

Wanita duduk
Di suatu taman yang bergeming rumput-rumput itu
Sembari lepas dari jomblo
Seusai cemburu membakar hati si cowok
Di antara cinta yang dipilih
Hanya sekian cocok
Menemukan selera sangat pas bagiku
Bagai coklat di berikan pada pandangan pertama
Ditengah kencan lepas amunisi kebahagiaanmu
Lebih baik pergi daripada mengembara sayap-sayap purnama
Rentang tangan lepas genggaman tangan
Cinta teramblas nasibmu

Meski meluap tangisan air mata
Pada kencan terakhir
Ada pesan terakhir yang disampaikan padamu
Jangan enggan mendekatiku lagi
Akibat seenaknya merebut kekasihmu yang sudah duluan diincar
Tanpa menduga terasa beda
Kini tak terasa memakan waktu,
Ungkapan, rayuan,
Puisi, curhat setiap hari,
Bertemu pada kencan,
Dan segala hal akan diakhiri
Cinta segera mati
Kamu mau putus

Jember, 10 Juli 2017

Dua Belas Tahun di Surabaya

Menetapku di rumah selama ini
Terenyap-enyap pada kemaluanku
Pesan tertulis
Betapa cinta dari kemalasan
Susah payah mencari sekolah
Awalnya menyusahkan egoku
Paksa masuk sekolah
Malas hari pertama sekolah

Betapa kejutnya dibentrok oleh egomu
Selepas dua belas tahun bersekolah
Berjepuh di kampus teladan
Ku sampingi dewasa
Hingga terkiprah
Menganugerahi tuhan yang maha esa

Jember, 10 Juli 2017

Terluap Lapindo

Lumpur mengumuh Sidoarjo
Pesan tersirat panjang
Gemuruh malam tak terlihat
Seperti keajaiban terlekang waktu
Ditilang jalan-jalan
Yang layak dilenyapkan
Mengerut matimu sampai hampa

Jember, 10 Juli 2017

Indigo

Supernatur terdampar di hutan
Baca fikiran saat terjadi
Bertengkar antara keresahan yang mempedihmu
Mata terpenjam
Lalu hantu menghinggap pengunjung rumah
Terjepit di antara pintu yang dikunci sendiri
Tanpa dibuka pintu
Setidaknya kau diakhiri sampai disini

Bebaskanmu dari indigo
Menyaraf pikiran
Layang kemana-mana
Menuuju jalan ketenanganmu

Jember, 10 Juli 2017

Sajak Untuk Dadang

Gerak tubuh lemah
Tak tentu daya
Mengikis ucap
Penuh keletuk hampa
Mengoles sebuah nada

Saat puisi dilantunkan
Semata-mata tersimpun
Puisi untukmu
Terengah-engah pedam
Dalam tersendap senyumu
Sampai lekang di akhir waktuku

Jember, 10 Juli 2017

Sajak untuk Kyai

Mencium tangan kyai
Hening hatiku
Hempas nafasku
Sambil mengucap istighfar
Dzikir berkali-kali
Demi membuka pintu kesabaran
Sajikan dalam sajak-sajak
Untuk Kyai tercinta

Jember, 10 Juli 2017

Lingkaran Bintang Hitam

Sebuah lingkaran berbintang hitam
Mengutuk orang tak berdaya
Datang sebuah mantra
Untuk mengusik kematianmu
Sepasang cairan racun meminum
Sampai gerhana matahari total
Datang sebuah kesialan
Menghirup sesak nafas
Terus menerus datanglah sebuah kutukan
Mengilir nyawa
Diambang roh-roh jiwamu
Urai kuburmu
Hingga tak tahu apa yang harus dilampui terlebih dahulu
Sebelum mantra dibakar hidup hidup

Jember, 9 Juli 2017

Hari ini Tanpa Bersamamu

: Keluarga Besar FLP Surabaya

Hari ini momentum spesial
Yang ku tunggu-tunggu
Saat merayakan idul fitri bersama para penulis
Membuka kado sambil merujuk pesan cinta
Tetapi aku tak bisa menemani bersamamu
Hari ini tanpa menemaniku
Tiada rasa kebersamaan
Karena saat ini aku berada di luar kota
Mengeram jarum ditusuk kulitku
Ingin bunuh diri

Atau sedih menekanmu
Semua waktu ulah gadis ototidak itu
Membuatku busuk dibeluk jiwamu
Aliri jiwa tak tentu beliang
Tergempar musim demi musim
Tak semata-semata ku mengekang dalam setetes keringat
Kembali seusai hari begitu lewat

Jember, 9 Juli 2017

Gadis Ototidak

Seorang gadis memikirkan ototidak
Berpikir keras mengenggam pena
Serupa pagi hingga malam tak mengenal lelah
Di kunyah menit tersinggah
Pergi wajah membisu
Mengotak-atik komputer
Buah cerita dipedam sebelah mata
Menjerit melodi gelap tak peduli ketakutan
Benci perasaan menjiwai bahagia
Lampion bakar bersama musik-musik tak nyaman pada malam terusik hantu
Mengebah hitam disemak darah matimu

Jember, 8 Juli 2017

Tentang Keraguan Di dalam Puasa Sunnah

Malam tanpa tidur
Santai begadang di sini
Sambil menikmati santap sahur
Di waktu fajar beliang
Sebelum adzan subuh hadir
Santap dari keping ke keping
Serpihan nasi tanpa bersisa
Niatkan dalam doaku

Tunaikan shalat di Masjid
Seusai subuh tidur pagi-pagi
Namun keraguan
Di dalam puasa sunnah telah terjadi
Pendapat ulama tak perlu dibentrok
Hanya mengisihkan makanan dan minuman
Setengah jam mengisihkan puasa
Berada ditengah perjalanan
Terpaksa berhenti puasa
Apalagi mengoles amalan
Di akhirat selalu dipertimbangkan pahalamu
Dan keangkuhanmu akan tersirat selamanya

Jember, 10 Juli 2017

Ilusi Hitam

Mengenyut keracunan
Langit hitam telah mengutuk tubuhmu
Diubah kulit terkelupas
Jadikan zombie berkeliaran di mana-mana
Terjerumus dalam kematian

Ilusi hitam
Membawaku ke alam penderitaan
Tersembah pada dewa
Bunuhlah manusia beriman
Atas perintahnya para dewa
Hanya menjerit kalimat-kalimat
Tak henti-henti berharap
Mencekik sampai nafas menurun
Hingga mati melulu

Jember, 10 Juli 2017

Hujan Merintik Jember

Sepi di Jalan
Betapa jalan sangat longgar
Hujan turun di Jember
Merintik air kecil
Jatuh sampai ke lantai
Mengusap keningku
Terendap-endap di sudut lautmu
Tubuh terasa kaku

Sembur petir
Gulung-gulung laut
Merabah ke awan
Lalu hinggap ke sana
Sampai tak mampu
Di selamatkan
Nyawa terhambar dalam

Jember, 10 Juli 2017

Tanpa Nafsu Makan

Belakangan ini
Anak terlalu susah nafsu makan
Ia menutup mulutmu
Kadang makan lauknya
Bukan nasi
Apalagi makanan favoritku

Setanam janji ku lusuti
Jaringan merengguh hari
Tersimpun ampun
Memilah rasa tidak pas
Kadang lari sambil disuap makanan
Putar halaman ke halaman
Sulit mengatur nafsu makan

Jember, 10 Juli 2017

Ketika Aku Ditinggalkan Teman

Ketika aku ditinggalkan teman
Rasanya hampir khawatir
Tersiuh-siuh mengoreh foto
Rasanya ingin pergi
Sayangnya ditinggal sendiri
Menetes kalbu dianyap sebuah ketupat
Terjeram sebelah daun-daun berterbangan

Lantas ku tinggal sendiri
Seusai kembali ke kampung halamannya
Selama tiga minggu
Menghindari kejadian itu
Kemudian menoreh pangkat tersimpang
Tersinggah dalam kalbu
Kemudian menemukan jawaban
Jangan dihabiskan kenanganmu

Jember, 10 Juli 2017

Perempuan Tak Pernah Bahagia

: Ayu Wahyuniar

Ketika hari tak pernah bahagia
Semenjak kecil pernah babak belur
Dengan perempuan kampungan
Jatuh dari lantai kemudian menangismu
Anggaplah kehilangan kewenanganmu
Sebagai perempuan paten jiwamu

Lari dari bangku SMA
Pulang dari rumah
Langsung mendiami kamar
Dikunci rata
Sambil mengeru tangisanmu
Sungguh aneh sekali
Perempuan tak pernah bahagia
Gelisah hak paten
Memedam rasa tak bisa ku ubah

Jember, 9 Juli 2017

Perempuan Hendak Menusuk Jiwaku

: Ihdina Sabili

Topeng perempuan menutupi kemaluanmu
Pura-pura jadi perempuan bayanganmu
Ingin menusuk jiwaku
Tiba malam menatapku
Lebih baik pisau menancap batinku
Air bergelombang
Perempuan tak bisa mengucap apa-apa
Hanya sekilas desa akan meledak kampung
Perempuan ingin menusuk jiwaku
Tak mau harga mati

Jember, 9 Juli 2017

Gadis Ototidak

: Ratna Wahyu Anggraini

Gadis ototidak
Dijumpai segelap tokoh
Pernah mencaci maki di suatu daerah
Wanita disebut golongan Hitler
Mengusap runtuhan jiwamu
Sia-sia pertemuan ini hanya diam belaka
Seperti bunga hitam ingin membunuhku

Inilah langit merah
Menusuk tubuh orang
Tanpa alasan apapun
Seperti mata menghisap korban
Gadis otoriter meninggalkan desa Banyu Urip
Tak lagi mendiami rumahmu
Keluargamu
Tetanggamu
Kerabatmu
Rekanmu
Atau para teman dekatmu
Habislah berpikir keras
Terbitlah akal tak berdaya

Jember, 9 Juli 2017

Tiada Utha sebagai Perempuan Lajang

: Agustha Ningrum

Rasanya ditinggal sebagai penulis
Seusai bayangan tak pernah berjumpa
Dalam sebuah waktu yang hilang
Jejak misteri di balik Utha
Setelah api memusuhi kita
Perempuan lajang telah usai
Perempuan lajang sepasang senyum

Sebelumnya aku pernah didiami Utha
Melalui amanah puisi
Selepas berbulan-bulan sudah habis pengorbanku
Kini usailah sudah Utha
Siapakah yang mengantikanmu?
Siapakah yang hendak mengamanahi sebagai sang penyair
Utha melampiaskan duka
Menetes kubur selisih jasad kakekku

Jember, 9 Juli 2017

Filosofi Laut Merah

Laut mengulur darah
Tetesan darah dicampurkan laut
Sebuah kumpulan tempat misteri
Membunuh firaun atas mengadili secara kejam
Seperti tembok dilukis sejarah
Dikemas mummi dikubur peti

Datanglah laut merah
Mencapai korban kehausan
Gersang jiwa tak lagi membungkam
Serasa gempur jiwa
Menoreh gema
Gumparan tanah
Mengalir di rintih-rintih udara
Tanpa perantara

Jember, 9 Juli 2017

Friday 7 July 2017

Sepuluh Perintah Tuhan

Sepuluh Perintah Tuhan

Sepuluh perintah tuhan
Menurut kitab injil
Terapkan adab pada tuhan
Alam bapa merajai kehidupan
Sakit disembuhkan lewat doa
Menganngkat tangan dihadapkan cahaya Isa Al-Masih
Disebut pancoran rantai-rantai diikatkan
Sepuluh Perintah Tuhan
Akan menangismu
Bukan secara bebas

Jember, 7 Juli 2017

Kubur dibiarkan Jutaan Tahun

Kubur dibiarkan Jutaan Tahun

Tidak tahu
Kapan masa depan akan datang?
Dunia nikmati seisinya
Kubur tak bisa berjumpa
Sekian jutaan tahun tertidur
Berkeliaran pocong
Sayang bukan lagi masa sekarang
Hanya kehilangan tanah
Dan alam memerah padu
Terlontar api membius matimu

Jember, 7 Juli 2017

Berburu Kepala

Kepala di potongi leher
Badan tak layak bergerak
Seperti jeruk puruk menghantui badan tanpa kepala
Seperti gentayangan datang pada sepertiga malam
Kubur tak lagi menyisahkan terang
Badan mengisihkan kerutanmu
Semua terpendam
Akan berburu kepala
Lalu digabungkan dengan tubuh pedihmu
Pakaian tak lazim dikenakan
Mencekam hidup-hidup
Sampai elemen menyebur waktumu

Jember, 7 Juli 2017

Kumpulan Manusia Mati

Kubur berkumpul manusia mati
Bekas tenggorak lumpuh sampai hangus
Betapa tanah mengenang jutaan tahun
Tak layak bangkit di dunia
Hanya roh terbang di Surga
Semenjak akhirat menatap
Tapi ketika keadaan mati mata terasa gelap
Tak tahan keperihan di tubuhku
Itulah melodi kejenuhan selalu datang
Seperti kegaduhan ribuan manusia di akhirat
Menerka di sisimu penuh ambisi
Tak karu-karuan
Bila manusia menunggu ajal tiba
Tanpa pasti diprediksikan
Gatal-gatal ada rayap hendak mengigitku
Semua akan terjadi bila tersempoyang di balik kerintihanmu
Memilu gersang ku hampiri sudah

Jember, 7 Juli 2017

Thursday 6 July 2017

Makna Demi Masa

Wal-Ashr
Demi masa
Sesungguhnya mengerjakan
Amal ibadah
Tunaikan amal shalehmu
Manusia berada dalam kerugian
Manusia mendatangkan sial
Mengema bulir-bulir pasir
Saling menasehati untuk kebenaran
Serta menasehati untuk kesabaran

Jember, 6 Juli 2017

At-Takasur

Hal haakumut takasur
Sungguh bermegah-megah di antara kamu
At-Takasur menerjemahkan tentang bermegah-megah membujur kuburmu
Di antara manusia hendak menguburmu
Sekali-kali tidak kelak kamu akan mengetahui
Sekali-kali tidak kelak kamu akan mrngetahui dengan pasti
Niscaya melihat dimensi neraka
Sungguh melihat dengan mata sendiri
Sungguh engkau ditanyakan tentang kenikmatan yang dimegah pada hari itu

Jember, 6 Juli 2017

Kecelakaan serta Pengumpat Bagimu

Setiap jalan melanda musibah
Mengumpat setiap ucapan kasar
Mencela setiap perbuatan
Di hari akhir menghitung amal dan hartanya
Manusia mengira berada pada kekekalannya

Jangan begitu kamu akan dilempar pada nerakamu
Apa itu neraka Hutamah?
Adalah api yang menyala-nyala
Ia menjulang hingga ke hati
Sungguh
Api akan tutup rapat
Di mengikat tiang-tiang panjang

Jember, 6 Juli 2017

Mengubur Suku Quraisy

Suku Quraisy
Membendung kafir
Digoda warga
Dimana kamu pergi di musim dingin
Hendak menyembah kabah ini
Yang diberikan makanan
Bagi orang lapar
Dan rasa aman dari tetakutan
Mengubur kafir Quraisy
Sekekal mungkin

Jember, 6 Juli 2017

Memblokir Pasukan Gajah

Muhammad perhatikan hendak melihat pasukan gajah
Bukannya ia berada pada tipu daya sia-sia
Celakalah kabahmu
Ia mengirim kepada mereka burung yang berbondong-bondong
Dilemparkan pada batu dari tanah liat yang dibakar
Sehingga mereka dijadikan-Nya seperti daun yang dimakan ulat

Jember, 6 Juli 2017

Lailatul Qodar

Lailatur Qodar
Malam kemuliaan dari seribu bulan
Tegaklah sujud pada langit hitam
Sambil merenung setiap dosa yang dihendaki
Tenangkan dirimu
Bersama sahur
Dilahap sampai subuh

Jember, 6 Juli 2017

Seusai Kemenangan Fitri

Seusai kemenangan fitri
Kembali di kota kesayanganmu
Selepas silaturahmi di kampung halaman
Memeluk salam cinta
Sebulir cerah mengarungi cantikmu
Megah wajah seri-seri
Berjabat tangan
Demi menghapus segala dosa
Jangan tersurut dendam
Tergenang waktu telah dilewatkan

Jember, 6 Juli 2017

An-Nasr

An-Nasr
Menerjemahkan tentang pertolongan
Berilah sebuah pujian
Mendukung dipuja olehnya
Adanya perjuangan melawan matahari
Demi menerpa dermawan
Pasir meredup agung
Senantiasa merendam An-Nasr
Mengukir tabah
Sepeluk taubat

Jember, 6 Juli 2017

Monday 3 July 2017

Sinopsis Sang Penyair Teladan

Sang Penyair Teladan merupakan kumpulan puisi yang merangkai satu tahun dalam berpuisi sebagai penyair berkebutuhan khusus. Kemungkinan besar puisi yang pernah ditulis selama ratusan buah hingga ribuan buah puisi yang ditulis serta dikumpulkan jadi satu buku. Sebagian puisi pernah dipublikasikan ke berbagai koran, majalah, daring, maupun antologi. Kebanyakan proses kreatif panjang dalam sang Penyair Teladan ini sebagai cobaan berat bagi sang Penyair berkebutuhan khusus. Konon kumpulan puisi ini sudah membenarkan sisi penafsiran secara terdalam maupun gaya bahasa yang berbobot. Kemungkinan besar puisi ini dikombinasikan antara puisi kamar dengan auditorium. Tekniknya ke Sutarji. Belum terbayangkan puisi tak seindah dari berbagai sastrawan. Sebagian diksi tak menyambung dan membaca sedikit gatal-gatal sebab perjalanan sebuah proses kreatif pembuatan puisi hanya sebatas kalimat, frasa, dan kosakata yang tak bisa menguasai semua dari KBBI. Sekecil atau berat apapun dimanapun anda berada. Kemungkinan besar perjalanan penyair berkebutuhan khusus tentu panjang sekali tekniknya tak karuan-karuan dan entah mau menggunakan puisi apapun tetap digunakan. Perjalanan Sang Penyair memiliki riwayat panjang meski akal sebatas frasa yang tak begitu lengkap. Banyak bentrok bahwa puisi banyak dibantai dan hendak dibuang lalu diganti dengan puisi baru. Masyarakat menyangka bahwa bait banyak yang menjadi pertimbangan dari segi aspek nyata terhadap perkembangan peristiwa. Begitu pula penyair langsung menyingkapi terhadap berita sekarang yang sengaja dikonversi melalui sebuah bait-bait saja. Jadi Penyair Teladan tersebut banyak keistimewaan dan apresiasi terhadap puisi yang tak bisa dilupakan oleh waktu ke waktu. Banyak hikmah, hidayah puisi yang banyak dibahas dan ditafsirkan melalui prosa. Rumusan puisi sebagai pengetuk pintu perasaan dan berbagai hal yang digali secara efesien dan sederhana atau sekadar bahasa yang belum pernah rasakan atau tidak suka terhadap kalimat tersebut.

Prakata Sang Penyair Teladan

Sang Penyair Teladan adalah suatu kumpulan puisi yang mengangkat sosok penyair berkebutuhan khusus yang sudah melahirkan sebuah puisi pada mulanya mencari inspirasi baik kreatifitas maupun segi pengalaman di dunia sastra indonesia. Selama setahun lamanya puisi ini pernah dimuat ke berbagai media massa, majalah, maupun dalam jaringan / online. Sebagian puisi yang pernah dipublikasikan di blog menjadi satu buku yang penuh efesien, gaya diksi, bait, dan lariknya. Di Indonesia surat izin terbit sudah menjadi langganan tulisan milik para jurnalistik, wartawan, maupun para pengarang berita. Selain itu melahirkan Rubrik Bahasa, Sastra, Budaya, dan sebagainya membuat para penulis merasa penasaran terhadap kreatifitas melalui tulisan baik puisi, cerpen, esai, resensi, dan seterusnya.

Belakangan ini puisi yang semula mengirim ke media nasional menjadi bahan pertimbangan. Seorang pengarang pemula jarang sekali menembus karya ke media terlalu sulit sebab persaingan penulis di Indonesia sudah punya pengalaman tersendiri dan berbondong-bondong meluaskan lagi karya di media. Media Online juga bisa memuat sebuah karya tetapi design layout lebih bervariasi. Bedanya di berbagai layout dari sebuah redaktur tentu memiliki posisi yang begitu berbeda di tiap rubrik.

Puisi ini dikumpulkan dengan berkonsep judul yang berbeda dibanding tahun. Maklum puisi yang dibuat rata-rata memiliki esensi yang beragam dari segi aspek penciptaan puisi. Dari Politik, Hukum, Pendidikan, Psikologi, Kesehatan, Ekonomi, Agama, Budi Pekerti, Keagamaan, dan seterusnya. Selain itu puisi disajikan saat Puasa Ramadhan dan Kemenangan Idul Fitri ini dimana bulan spesial ini tentu memperkaya diksi, kosakata, frasa, pengamatan, kalimat yang mudah dituliskan tentu menjadi suatu warna. Sebelumnya berterima kasih kepada narasumber yang telah membimbing kami melalui sebuah acara sastra baik Creative Writing, Bedah Buku, Workshop Kepenulisan, Seminar Literasi dan Sastra, Seminar Inspiratif, dan seminar lainnya yang telah diikuti. Akhir-akhir ini melalui passion di sekolah juga menurun sebab Budaya sekarang masih menonjol moral dan sikapnya yang mudah mengancam kenyaman, dan keakraban terhadap Penyair Berkebutuhan Khusus. Hingga akal tak tentu sehat sampai bayangan orang yang merekam masa lalu. Sang Penyair Teladan sebagai keteladanan seorang penyair berkebutuhan khusus yang sudah menerbitkan puisi ke berbagai koran, majalah, daring, antologi, maupun projek lainnya. Puisi yang ditulis di Handphone lalu dipublikasikan ke berbagai platform maupun media sosial yang bisa dikumpulkan jadi satu buku.

Chairil Anwar, Sapardi Djoko Damono? W.S Rendra, Sultan Ali Sjahbana, Seno Gumira Ajidarma, Andrea Hirata, Emha Ainun Najib, Asma Nadia, Helvy Tiana Rosa, HB Yasin, Amir Hamzah, Taufiq Ismail, A.S Laksana, Joko Pinurbo, Toni Lesmana, Jamal D Rahman, Abah D Zawawi Imron, Gerson Pyok, dan kalangan sastra lainnya menjadi wadah inspirasi terhadap karya-karyanya yang sudah luar biasa apresiasinya. Kemampuan menulis dan membaca sebagai kewajiban minat dan bakat terhadap manusia yang hendak menempuh pendidikan. Meski keadaan yang beragam tapi literasi tetap berkembang dan sebagai wadah inspirasi bagi perubahan. Tidak ada kata terlambat dalam belajar tapi kekuatan dalam usaha dan doa. Puisi yang selama ini dipelajari sebagai pembekalan kata-kata dan apresiasi dari kata, diksi, dan menjelalahi makna pengungkapan yang belum dirasakan.

Sang Penyair Teladan adalah sebuah kumpulan karya sastra yang berlontarkan dari berbagai kata yang mengungkapkan segi makna terhadap pengarang, budayawan, dan sastrawan. Kumpulan puisi sebagian menjadi coretan bagi pembaca untuk menafsirkan kalimat dalam sebuah gagasan yang menarik dan efesien. Gaya bahasa dalam puisi saya kadang berat, ringan, atau lebih susah pemaknaan. Puisi tetap diperjuangkan hingga yaumil qiyamah.

Hilangkan Rasa Bosan Seusai Lebaran

Libur lebaran telah berlalu
Masih kejanggalan di penahmu
Sepening jenuh membuah penyesalan
Meski rasa aneh di dalam batinmu
Tergeledah sebuah kegembiraan
Keriuhan terus mempenah di wajahmu
Hanya hiburan hilangkan bosan
Meski aktivitas hampir kembali bersih

Jember, 3 Juli 2017

Akhiri Sementara

Belum berakhir di sini
Masih menginap selama dua hari
Kerjakan segala urusan
Masih banyak akal
Yang tak bisa di usahakan
Inilah pagi terulang dari yang lalu
Istirahat sejenak selama masa sebentar

Jember, 3 Juli 2017

Pemuda Pulang Kampung walau Orang Tua Tiada

Pemuda itu berjalan, langkahnya berat dan lesu, Di kota besar, dia mencari pekerjaan, namun tak kunjung berhasil, Hatinya penuh kekecewaan, ...