Wednesday 13 June 2018

Malam Kedua Puluh Sembilan

Kini syair lembar ayat telah sepi
Inilah akhir dari tarawih bagimu
Sesaat lagi akan menjalani sahur dan berbuka puasa
Pada hari terakhir berpuasa sebelum merayakan malam takbir
Sedih bila rasanya begitu mengesankan
Tanggal akan ditenggelamkan

Jika masih mudik pada puncak kepadatan
Seakan-akan sudah mementung batinmu
Meski perkara lubang berpuasa
akan segera menjahit kain yang berlubang
Ia sudah merayakan tasyakuran alquran selama bulan Ramadan
Bahkan pagi, siang, sore di datangi kuburan dengan sekadar ziarah mendoakan kepada beliau
Artinya makna Ramadan akan terlepas oleh air mata
Syawal pasti datang
Dzulqadah bulan pemberangkatan ke arab saudi
Dzulhijah menjemput ibadah haji
Semoga bisa menunggu penantianmu pada tahun yang akan datang

Jember, 29 Ramadan 1439 H

Malam Kedua Puluh Sembilan

Kini syair lembar ayat telah sepi
Inilah akhir dari tarawih bagimu
Sesaat lagi akan menjalani sahur dan berbuka puasa
Pada hari terakhir berpuasa sebelum merayakan malam takbir
Sedih bila rasanya begitu mengesankan
Tanggal akan ditenggelamkan

Jika masih mudik pada puncak kepadatan
Seakan-akan sudah mementung batinmu
Meski perkara lubang berpuasa
akan segera menjahit kain yang berlubang
Ia sudah merayakan tasyakuran alquran selama bulan Ramadan
Bahkan pagi, siang, sore di datangi kuburan dengan sekadar ziarah mendoakan kepada beliau
Artinya makna Ramadan akan terlepas oleh air mata
Syawal pasti datang
Dzulqadah bulan pemberangkatan ke arab saudi
Dzulhijah menjemput ibadah haji
Semoga bisa menunggu penantianmu pada tahun yang akan datang

Jember, 29 Ramadan 1439 H

Tuesday 12 June 2018

Malam Kedua Puluh Delapan

Keriuhan membekam semiliyar makna
Tidak terasa bulan Ramadan akan memisahkan kita
Doa yang disampaikan oleh guru dikabulkan
Menyeluruh hari demi hari telah dilalui
Sementara kegiatan sehari yang selama ini menguras tenaga demi pahala
Kini telah merampung amal jariyah diterima di sisi Allah

Kini hanya menunggu malam takbir
Memanjatkan harapan dan kontribusi kepada Islam
Ilmu hampir tersalurkan
Nasihat memberikan semangat pada pagi hari
Ditengah kepadatan hendak pulang kampung
Mudik sebagai tradisi tahunan
Kue telah dinantikan
Idul fitri menyambut dengan malam takbir
Begitu memesonakan malam kemuliaan
Kini tinggal menuju kemenangan yang akan merayakan kita

Jember, 28 Ramadan 1439 H

Malam Kedua Puluh Tujuh

Senyapan melancang peluru
Menembak waktu
Ramadan akan diusap oleh rindu
Mencuci kenangan diintai padamu
Dipikirkan makna dalam sinar kalbu

Sebelum ingkar janji
Ia menyisir pandangan bulan
Sepenggal kalimat dintai
Sebuah pandangan mengeluyur hujan

Selamat berpuasa tinggal tiga hari akan meninggalkan Ramadan
Idul fitri menjemputmu di kemudian hari
Tiada kesedihan begitu mendalam
Bisa bersapa lagi di tahun depan

Jember, 27 Ramadan 1439 H

Monday 11 June 2018

Malam Kedua Puluh Enam

Sepertiga waktu akan mengakhiri bulan suci ini
Sejak menghadiri berbuka bersama anak yatim
Akhir Ramadan memperbanyak Lailatul Qodar
Ciptakan momentum begitu akrab
Ikhlas pada kemenangan Fitri
Menyulapkan kembang api sebagai menjelang kemenangan

Kibarkan senyum pada laut pagi
Nyatanya ramai-ramai berwisata berasal dari pemudik
Yang merangkap momentum yang menyenangkan sebelum kemenangan
Rayakan kebersamaan

Jember, 26 Ramadan 1439 H

Malam Kedua Puluh Lima

Tidak terasa Ramadan akan segera berpisah
Pagi mengarungi pekerjaan
Bekerja dengan sekadar doa kalbu
Berpisah lewat hati begitu lapang
Nyalakan sinarmu sebelum dini

Wanita sedang memeluk bulan
Terjun ke rumah lalu merenungi apa yang telah diberikan saat Ramadan berlangsung
Ramah tamah menjamu kemenangan demi berbagi kenangan

Jember, 25 Ramadan 1439 H

Malam Kedua Puluh Empat

Menyala gelap entah diakhiri sebentar lagi
Temukan perdamaian yang dikejar sebelum kemenangan datang
Sebelum laut menjauhimu

Ia mempertanggung dirimu untuk abadi
Matahari selalu membahagiamu
Tidak usah melapangkan masalah
Silakan kejar impianmu

Jember, 24 Ramadan 1439H

Malam Kedua Puluh Tiga

Segan tertuang dendam sangat kejam
Sungguh menduga betapa dunia makin mengagumi harta
Ia betah mengarungi impian
Serupa impian kian menetes

Seraya kegempihan telah mengurai nafsu
Digital selalu susah dinantikan
Akan tetapi ia rela mengeluhkan jawaban
Atas sesuatu dinilai ketabahan sangat geram

Apa pun bukan kesalahan orang lain
Ingat semuanya itu punya tembok kesalahan terhadap batinmu
Tidak tahu apa alasan mengayomi kamu
Sejauh ini menggeledah jiwamu
Dan mengasuh jauh dan berkelana sendiri di sana

Jember, 23 Ramadan 1439 H

Malam Kedua Puluh Dua

Pasundan menantimu
Probowangi menempuh perjalanan jauh untuk meraih Lailatul Qodar
Ketika Pasundan bersujud di hadapan maha kuasa
Selalu meneteskan dosa setelah perang negeri selalu merobohkan perdamaian
Seketika Pasundan berjelajah di kota Pahlawan
Menemui Probowangi yang sempat termusuhi

Probowangi dan Pasundan akhirnya bergenggam tangan
Inilah mengubah permusuhan menjadi persahabatan abadi
Sehabis tenggelamnya api melelehkan rumah penduduk
Bandung sempat menangis dengan api membara
Embun lah sunyi menjiwai setetes kalbu
Malam kedua puluh tiga mengulur kemanisan

Jember, 22 Ramadan 1439 H

Tuesday 5 June 2018

Malam Keduapuluhsatu

Menangkal perjuangan demi menumbuhkan jihad
Meledak sesuatu maka hamparan makin terkuak dalam kegelapan
Relawan telah menembak oleh tentara tak berguna
Sudah saatnya mengundang reaksi kekecewaan

Kemudian mencekik langit malam dirampas menit per menit
Betapa matinya mencakar keabadian
Setelah itu ia seseorang mengais paksa warga
Apa yang telah diperbuat oleh tentaranya
Sudah menakdirkannya pada nasibmu
Menyempurnakan shalat malam untuk orang yang meninggal

Separuh doa untuk Ibu
Separuh bait untuk Tuhan yang maha kuasa
Separuh nada dipersembahkan kepada kasih sayang
Separuh kata diucap kepadamu sang cahaya kalbu
Tunggulah aku
Ku berangkat menuju ke tempat teduhan fajar
Demi menyuburkan pagi cerah

Surabaya, 21 Ramadan 1439 H

Malam Keduapuluh

Tak terasa sepuluh hari lagi Ramadan akan meninggalkan kita
Tingkatkan malam mulia melalui sejumlah dzikir
Ramaikan qiyamul lail dengan setetes air mata
Muliakan shalat Sunnah malam menjadi keabadiannya pada purnama
Sesuatu yang ditinggalkan akan terjebak dosa pada bulan kemudian

Bersujud lah seperti air yang mengalir
Langit pagi mencerahkanmu
Ajaibkanlah dalam senandung nada
Kemudian telah menjerit dalam namamu
Seperti mengobar kibar bendera
Merdeka untuk dirimu
Dan berkuasa di surga yang kelak

Surabaya, 20 Ramadan 1439 H

Malam Kesembilan Belas

Tenggelam mengerucut nafasku
Lautan tertinggi seperti mendarat ke tempat sesuatu
Seakan-akan memori akan hilang seketika
Semua itu melenyapkan kau dan setubuh kalbu
Yang meneteskan pertigaan hidup seperti mengejar otentik yang dioles oleh cerita
Berdoa lalu memetik dalam hatimu

Sebuah gambar begitu menunjukkan kekuasaan pada Allah
Selalu ada di sisimu dengan sepenggal perlindungan
Allah menolong dengan batinmu
Sebelum tenggelam dalam rajutan kemenangan Fitri

Surabaya, 19 Ramadan 1439 H

Malam Kedelapan belas

Melihat keajaiban akan menjelang akhir bulan Ramadan
Sebelum meninggalkan tempat tinggal yang tercinta
Kini mengulurkan taubat lalu duduk merenung
Kemudian merayakan dengan segala cara

Bahkan mengucapkan karena pengabdian kepada jiwa yang membelenggu jin
Sedangkan memakan roti hanya seperempat bagian
Kemudian berjalan menuju ke tempat peristirahatan terakhir
Saat itu ia mencambuk tubuh kerajaan yang maha kuasa
Lama lama akan mati

Sia-sia akan mati di hadapanmu
Sepertinya ia sudah tidak hidup sebatang kara
Melainkan berdoa untuk dinantikan kau di surga yang kelak

Surabaya, 18 Ramadan 1439 H

Malam Ketujuhbelas

Engkaulah merayakan peringatan pada Alquran
Lembar demi lembar telah lahir
Mengobarkan rasa empati kini datang
Khasiat hati tertanam lewat membaca ayat per ayat

Petunjuk telah membuka cakrawala kepada orang yang beriman
Terdapat pada sebuah nabi yang tercantum dalam surah demi surah
Menghafal ramai ramai
Membondong masuk surga di sini

Melalui Nuzulul Qur'an dilantunkan ayat demi ayat
Bersujud pada langit purnama
Persembahkan kepada umat yang mendapatkan peradaban zaman
Ku engkau lah Rahmat kepada sang maha kuasa

Surabaya, 17 Ramadan 1439 H

Malam Keenambelas

Belenggu menyerbu negara penuh penderitaan
Mencekik gedung akan diserang
Setara roboh pada bumi ini
Roda negara sudah rapuh setelah membilik darah begitu parah

Geram dan kaku
Membedah kejahatan paling keji
Betapa cahaya sulit menerima
Sulit membidik kebenaran dan perdamaian
Seribu rasa belum terkabulkan

Cinta kasih dijauhi
Memeluk selamanya dan tinggalkan negara penuh kerendahan
Selamat kan diri sebelum mengayomi perang susulan

Surabaya, 16 Ramadan 1439 H

Pemuda Pulang Kampung walau Orang Tua Tiada

Pemuda itu berjalan, langkahnya berat dan lesu, Di kota besar, dia mencari pekerjaan, namun tak kunjung berhasil, Hatinya penuh kekecewaan, ...