Senang di Sekolah
Ketika di sekolah Aku
sedang bersalaman dengan guru, namanya Pak Yono, beliau merupakan guru
pelajaran bio terapan di kelas. Tak lama kemundian aku segera masuk ke gedung
sekolah. Teman-teman juga sedang berjalan menuju di kelas. Aku juga
berjalan-jalan menuju ke kelas sebelum jam bel masuk tiba. Aku hampir mendekati
kelas dan segera naik di kelas. Sebelum memasuk ke kelas aku lagi bersidik jari
agar tidak mendeteksi adanya siswa yang tidak masuk sekolah. Sesudah sidik jari
Aku berjalan lagi dan sudah masuk di kelas lalu aku mengucapkan salam kepada
teman-teman
“Assalamualaikum!”
“Walaikumsalam!” teman-teman menjawab salam dengan ceria.
dan akhirnya aku duduk di bangku depan yang tenang dan menemani sahabat sekelas
bernama Rizqi Febrian. Temanku ini merupakan teman sekelas tetapi dia terkena
tuna netra, dia begitu semangat dalam belajar, senang bergaul dengan
teman-teman, yang paling unik adalah dia selalu menulis dengan laptop. Aku duduk
dengan tangan tertutup muka dan sedang berfikir layak tidur di kelas dan
sebagainya.
Sedangkan temanku
sedang berinteraksi dengan teman-teman baik depan maupun belakang. Aku melihat
teman interaksi, bahkan juga obrolan dengan Rizqi soal PR di rumah.
“Van!” sapa Rizqi.
“Ya ada apa Rizqi?” jawab aku, tapi balik Tanya Rizqi.
“Nanti aku bantuin buat mengerjakan sejarah peminatan ya?”
“Oke, aku akan melaksanakan tugasmu kawan”
Bel pun berbunyi, Aku
sedang mempersiapkan diri untuk berdoa sebelum belajar bersama dengan
teman-teman mereka. Pak guru sudah hadir di depan kelas. Lalu suara di dalam
speaker ini sedang berdoa dan yang lainnya pada diam dan mendengarkan doa
sebelum belajar. Aku pun khusyuk dalam berdoa, sehabis itu teman-teman ini akan
membawakan al-qur’an supaya ayat al-qur’an ini menjadikan renungan sebelum
belajar. Sedangkan teman-teman lainnya tidak mendengarkan teman-teman yang
sedang membaca Taddarus Al-Qur’an dan terjemahannya, melainkan teman sekelas
lagi asyik obrolan sana-sini. Sehabis membaca al-quran dia akan memberikan
salam penutup kepada seluruh guru dan siswa. Dan siap untuk memulai belajar di
dalam kelas.
Aku dan teman-teman di
kelas semangat dalam belajar di kelas. Walaupun hanya satu siswa yang harus
belajar di perpustakaan karena dia harus menjalankan beberapa pelajaran yang sering
tidak di ikuti sama sekali, dan Satu siswa memberikan salam dan keluar menuju
ke perpustakaannya.
Saat belajar bahasa
jawa Pak guru akan menerangkan tentang pranatacara, sebelumnya Bab ini
menjadikan salah satu media pelajaran yang kita sukai dan juga menjadi materi yang
bermanfaat bagi siswa sudah memahami materi tersebut. Dan tugasnya pada siswa
untuk membuat pranatacara dengan menggunakan bahasa jawa.
Pak guru pada siswa
yang sedang kebingungan cara mengerjakan pranatacara. Kini dia punya solusi kepada
siswa yang sedang membuat pranatacara dengan menggunakan bahasa Indonesia. Agar
siswa bisa dapat mengerti dengan pemahaman yang di sampaikan tadi. Setelah sudah
tangkap pelajaran itu baru kita alangkahnya kita menulis dengan penalaran
terlebih dahulu.
Kalau menurut saya cara
ini makin gampang, pertama-tama menemukan kata jawa dalam tulisannya ke dalam
buku tulis pelajaran, biar nggak bolak-balik kalo nulis, yang kedua adalah fokus
dalam pembelajaran di sekolah, biasanya di kelas sedang belajar dalam
mengembangkan pelajaran di sekolah supaya pemahamku menjadi bertambah. Setelah beberapa
menit kemundian barulah tulisan saya namun agak buram sekali.
Sedangkan anak-anak
sendiri pada asyik ngobrol dengan guru. Sebel kalau anak-anak ini lagi ngobrol
tapi jangan berlebihan bisa menyebabkan displinan berkurang. Dari pada melihat
temannya akhirnya bel jam 1-2 sudah berakhir, Pak Guru bahasa daerah segera
meninggalkan kelas dan berjalan menuju ke ruang guru. Lalu temannya
mengeluarkan ekspresi mereka. Sambil menunggu Bu Guru bahasa Indonesia datang,
ada seseorang yang ingin meminjam sesuatu pada saya. Temanku di belakang saya
bernama Khofifah dan sebelah Khofifah namanya Tamara. Dan Ifa sedang ngobrol
dengan saya.
“Van!” sapa Khofifah.
“Ya mbak Ifa!” saya menjawab, mukanya sikap biasa.
“Pinjam HPmu dong”
“Oh ya bentar”
Aku sedang mengambil HP
di saku jacket. Setelah HPku di pegang, saya berikan HP ke tangan Ifa. Lalu HPnya
di pinjam oleh temannya tapi jangan lama-lama. Kemundian Bu Guru sudah datang
sambil menatap para siswa, terus memberikan salam pembuka kepada teman-teman di
kelas.
“Assalamualaikum!” Sapa Teman-teman
“Waalaikumsalam!” teman-teman menjawab dengan menatap Ibu guru.
Rupanya hampir semangat
sekali dalam memberikan salam pembuka kepada Ibu Guru. Hari ini ada Ulangan
lisan sebelum menghadapi UKK (Ulangan Kenaikan Kelas) makanya perlu di siapkan
fisik dalam belajar agar siswa sedang melakukan ulangan lisan dengan berjalan
lancar. Ibu Guru sedang di beri tugas kepada anak-anak untuk belajar selama 5
menit biar tidak kehabisan waktu dan nanti kalian siap maju untuk menilai
ulangan lisan itu, nggak ada satupun siswa yang belum siap ulangan lisan dengan
kata lain nanti kalian akan tidak akan memberi nilai.
Siswa-siswi pun sedang
belajar dan menganalisa materi yang kita berikan. Aku pun juga semangat dalam
membaca buku dan mengamati materi yang kita kerjakan. Namun tiba-tiba ada satu
kiteria yang belum tuntas. Akhirnya aku bangkit dari duduk di kursi lalu keluar
dari bangku terus berjalan menuju ke meja guru. Setelah itu aku akan menatap
Ibu Guru dengan diskusi.
“Apa van?” Tanya Ivan.
“Mau ngomong” aku menjawab omongan Ibu Guru.
“Kamu siap ulangan lisan?”
“Ya siap, tapi ada satu yang belum tuntas?”
“Apa itu van?”
“Ibu Guru Lupa ya waktu ulangan lisan tentang Negoisasi?”
“Negoisasi?”
“Ya Ulangan Negoisasi, dulu aku belum maju ulangan lisan itu?”
“Benar juga tuh, nah nanti kamu ulangan lisan pun di jadikan satu ulangan lisan
yang baru ya kamu sekarang duduk dulu baru nanti kamu manggilin kamu ya?”
“Ya Bu” Aku menjawab omongan Ibu Guru. Lalu aku kembali ke bangkuan
masing-masing.
Sudah jam 8:30 pagi
saatnya Ulangan Lisan siap di berikan. Ibu Guru akan memanggil nama yang kita
sebutkan untuk melaksanakan ulangan lisan. Yang pertama temanku Dwi Agustina. Ketika
di panggil agak sedikit aneh di benah otak Dwi. Ternyata setelah memanggil nama
tersebut tidak ada kesempatan untuk belajar dan temanku terpaksa mengikuti
dengan fikiran bolak-balik terus. Ketika temanku berjalan menuju ke meja guru,
temanku di suruh pada Ibu Guru untuk mengambil kursi dan di bawa ke meja guru. Akhirnya
Dwi Agustina siap memberikan tantangan untuk melakukan ujian lisan dengan
berani gagap.
Sambil Dwi Agustina
menguji soal lisan pada Ibu Guru. Sambil menunggu giliran, teman-teman pun juga
mempersiapkan diri semampu mungkin. Aku pun sedang mendalam materi yang sudah
di berikan, sedangkan temanku juga sedang berdiam diri, meskipun temanku nggak
bisa melihat namun bisa mendengarkan materi kepada teman-teman yang ingin di
butuhkan untuk merekam pengetahuan pada otak saya.
Selanjutnya panggilan
kedua yang ingin di sebutkan adalah Amanda. Tapi sia-sia malu menatap dengan Bu
Guru di sebabkan belum siap dalam ulangan lisan, Amanda makin gugup dengan
materi itu. Dan dia paksa maju dengan pengetahuan sedikit-sedikit. Amanda
berjalan menuju ke meja guru lalu sebelum menguji soal. Ibu guru ngomong dengan
Amanda soal tingkah laku di kelas. Ketika ngomong dengan Ibu Guru dengan Anak
ternyata perilakunya agak kurang sopan. Rupanya Amanda makin cengeng dengan
kaki di injak pada tanah dengan sekeras-kerasnya.
“Amanda kamu jangan suka ngomong saat pelajaran berlangsung, ini ulangan lisan
bukan bermain-main kalo kamu seperti itu kamu akan mengurangi nilai raport
dengan bertingkah laku yang aneh. Ibu nggak suka tingkah laku kepada kamu.” Kata
Ibu Guru. Kemundian Amanda akan memberikan teguran kepada Ibu Guru karena di
nilai tingkah laku sangat buruk banget.
“Ya Bu Guru” jawab Amanda.
“Sekarang kamu duduk dulu, jangan ulangi lagi ya”
“Ya Bu!” jawab Amanda lagi. Dia kembali ke tempat semula.
Setelah di berikan
teguran kepada Amanda. Tanpa panjang lebar omongannya, dia akan melanjutkan
panggilan nama yang memberikan ujian lisan yaitu Siski. Ternyata Sisqi bangkit
berdiri terus berjalan ke meja guru dengan jaraknya 2 meter saja. Lalu Sisqi
duduk di meja guru dengan menatap wajah Ibu Guru.
Aku pun menunggu ujian
lisan tapi rupanya waktunya terbatas dan bukunya di tutup dan masukkan ke dalam
tas mereka. Lalu merenungkan diri dengan tatapan temboknya dan temanku juga
diam diri tidak ada obrolan apa pun. Ketika teman-teman menunggu jam istirahat
sambil diskusi habis-habisan baik bercanda gurau dan sebagainya. Setelah Sisqi
sudah memberikan ujian lisan itu, giliran selanjutnya yaitu Bunga. Bunga siap
memberikan soal dan langsung berjalan ke meja Bu Guru dan duduk dengan santai.
Bel pun berbunyi maka
Ulangan lisan pun berhenti sejenak dan pekan berikutnya semua siswa sudah
menuntaskan ujian lisan agar saat menjelang UKK dapat berjalan dengan lancar. Kemundian
Bu Guru berdiri dan berjalan meninggalkan kelas lalu memberikan ciuman tangan
pada siswa. Rupanya saya akan berjalan-jalan menuju ke Masjid sekolah tak jauh
dari lokasi sekolah itu.
Rupanya aku senang
belajar di sekolah. Banyak sekali ilmu-ilmu yang di berikan pada Bapak Ibu
guru. Yang terpenting jangan bosan di sekolah namun tetap semangat dalam
bersekolah. Aku sudah sampai di masjid dan melakukan sholat dhuha. Begitu masuk
ke masjid di harus melepas alas kaki dan berjalan menuju ke tempat wudhu. Lalu aku
mengambil air wudhu terus kita berdoa. Setelah itu langsung ke masjid tanpa
melihat pandangan teman……