Monday 2 March 2015

MAINSTREAMINGER

Saat di sekolah. Cewek-cewek gang ini tidak punya berniat diri buat melakukan sesuatu. Misalnya Galuh si tukang Selfie-an. Waktu pelajaran dan jam kosong, dia tidak pintar dalam suatu apa yang di lakukan oleh pemahaman yang kurang, kurang, dan kurang lagi sampai mainstreamnya naik. Si Amanda juga begitu, nge-Jilbab, sering Halusinasi dengan kelas. Sering lupa dengan tugas. Di kelas juga gitu, sering tidak memperhatikan apa yang kau lakukan untuk melakukan sesuatu, hampir mainstream yang lain di sekolah seperti punya tindakan di sekolah, sering ke kantin, dan sebagainya.

Ketika cerita di depan. Hendaklah perlu diam, yang lainnya bersorak seolah-olah cuman boikot orang, lalu di nyerang orang yang pintar. Aku perlu mengingat Rofiq tentang nasibnya di kelas IPS. Dia ngomong dengan penuh perasaaan.
“Mas Rofiq, nanti kamu pindah kelas gimana, nanti nggak bisa nemani dia?” kata aku, sambil menangis.
“Yah, kita perlu bantuan sama teman. Kamu bisa bantu dengan teman yang baik” jawab Rofiq, semacam kata penggalan.
“Lalu kan kita berpisah di sini. Tapi perlu perkembangan sama kau, ajari menjadi diriku lagi, ku mohon, ku mohon.” Kata Aku, wajah nangis, mengeluarkan air mata.
“yah kamu tinggal mengabdi kepada allah, terus manfaatkan teman kalian. Jangan pernah mainstream dengan saya. Belum bisa tanggap itu suatu halangan pun namanya berjuangan selalu di dukung. Jangan khawatirkan saya. Milih teladan yang bisa ku ambil” jawab Rofiq yang panjang, mengeluarkan kata-kata inspirasi.

Konstantinopel ini memperjuangkan perang pemuda dalam menguasai negara. Tetap aja menyerang desa. Cara memegang peran dalam mengalahkan prajurit yang bisa menjadi jalan keluar dengan mengeluarkan resiko diri. Jangan ku paksa dengan apa adanya? Sesuatu himbau untuk memungkinkan diri dalam semangat belajar. Incaran pertama yang perlu melihat drama adalah situasi seseorang, dan pernah memarahi orang lain. Sayang sekali bunga ini menyebar bau-bau wangi pada anak-anak kelas itu. Di balik itu pelajaran ekonomi adalah pelajaran hitung-hitungan. Walaupun sulit sedikit, aku bisa mengikuti pelajaran tersebut.

Tanpa di sadari geng lebah ini menyengat aku dengan emosi yang begitu durhaka. Dalam sedetik emosinya mulai berubah, hampir beberapa minggu aku paksa mendengarkan apa yang ingin ku ngomongkan. Kelas juga kedatangan preman yang begitu cemen. Karena ada orang yang ngisi duduk di situ. Sementara aku masih duduk di belakang di kiranya aku di gerombolin dengan pria preman. Kehidupan di sekolah berbeda-beda adalah mempunyai kemarahan yang mencekitkan. Bahkan dengan situasi pembelajaran yang kurang stabil sekaligus mempunyai kebiasaan berbeda tanpa penjelasan materi pelajaran yang di dengarkan. Aku paksa duduk di belakang, tapi dia duluan ngomong.
Agda : “Van, duduk!”
Ivan : “ya mas!”
Agda : “gimana sehat?” (sebelum ngomong berulang-ulang)
Ivan : “ya mas.”
Emil : “hey kau, kenapa memukuli aku.”
Ivan : “maaf mas, aku nggak sengaja.” (tubuhnya grogi)
Agda : “J*nc*k”
Emil : “Jangan macam-macam dengan aku, kalo kau macam-macam akan ku tonjolin kau!”
Ivan : “Aku bilang maaf mas.”
Agda : “Benar jangan bohong lagi van.”

Hampir tega dengan teman yang begitu sensitif dengan aku. Sementara saya dengan teman-teman lainnya lagi memerantau. Tapi banyak yang membuang sampah sembarangan di jendela, sekaligus ngomong dengan bengong-bengong sendiri. Ironisnya dengan kejadian di jamkos di kelas. Waktu olah raga juga begitu dia melakukan senam aerobik ketika ujian harian. Hampir kurang siap dalam latihan ini membuat orang-orang protes dengan sesuatu. Adam juga begitu, justru anak-anak hampir stress dengan Adam tresna. Tugasnya makin menumpuk, serta kebalikan dari kebaikan yang ada pada perbuatan adam ini. Adam pernah menyiksa dengan anak-anak kelas gara-gara mengeluarkan suara bengong yang keras, tengok di sisi depan, atas, bawah, dan lainnya.

Salah satu kelemahan adam yang saat ini yaitu kekuatan tawa hingga menyebabkan susah tenang. Hampir kurang yakin dengan Adam Tresna, anak 39 seperti ini banyak yang menyesal gara-gara sering tidur di kelas, dan juga sambil mempelajari dari guru. Anak-anak mulai menyerang Adam. Dan hampir ngomong kritikan dengan Adam sendiri, nggak pernah mendengarkan ngomong strees. Namun ada kala dengan perbuatan yang ngga wajar itu. Selain Adam Tresna, ada peserta yang pernah mengikuti olimpiade biologi, dia namanya Adam Surya Romadhon dari SMANAM (SMA Negeri 6 Surabaya). Mas Adam sendiri bahkan tahu tentang menguasai biologi yang handal. Misalnya waktu SMA dia milih kelas MIA (Matematika dan Ilmu-Ilmu Alam). Di banding oleh SMA lain.

SMA Negeri 5 Surabaya sebagai sekolah yang pintar pelajaran. Sekolah ini berbasis kawasan, eksis, dan sebagai kelas masa depan. Anak-anak masuk tanpa mainstream dalam fikiran. Sebelum jauh aku mau mempengaruhi dengan anak-anak SMA sederajat lainnya. Aku telah terduga dengan kasus. Ketika berjalan-jalan dia ketemu dengan salah satu teman saya yang pernah mempromo kepada kalian.

“Mas Dito!” sapa Mas Dito kepada saya.
“Ya dek!” jawab Mas Dito, wajahnya penuh senyuman.
“Kamu mau ikut APM?” nanya Mas Dito ke saya.
“ikut, bentar apa itu APM” jawab saya, sambil menanya lagi ke Mas Dito.
“AKTIVITAS PELAJAR MUSLIM”
“owalah, iya benar sih, aku sampai lupa.”
“mau ikut dek?”
“mau mas Dit?”

Ada-ada saja dengan anggota ekstra ROHIS. sebenarnya banyak pelajar muslim yang melakukan mainstream. Seberapa jauhnya kekuatan yang di miliki oleh seseorang. Pasti kurang tahu? Para orang-orang antagonis ini wajar dengan bullying. Saat itu Adam mengalami tonjolan ketika bully sama kelas 3 SMA. Makin heran banget dengan kejadian ini. Adam selalu melakukan dialog kepada Bu Nur Wagia (Wali kelasku). Dia kaget loh kok ada Dialog soal bullying.

Adam mulai nangis dengan kejadian itu. Aku itu pernah melihat kehidupan yang menyedihkan dengan siswa-siswa lainnya. Makin shock dengan melihat semakin dia melihat orang banyak yang kena kasus ekstrim. Pertama kali dia pernah menonton TV yang jaman SMA. Sering pacaran, tapi pernah mengalami lisan yang sama. Hampir menit-ke menit dan waktu ke waktu. Tetapi heran dengan zaman SMA di TV dengan zaman SMA pada usia tertentu. Makin di lihat dari sudut pandang kita. Aku telah merasa, yakin dengan perasaan yang ingin ku mau. Tetap saja memegang peran tapi nggak bisa. Selain itu dia berjalan-jalan melihat suasana dengan orang lain terkait keluhan dengan orang-orang yang sadar di tempat tertentu. Ada kasus pertama, ada orang-orang ini melakukan tawuran dengan mainstreamingnya makin bertambah, karena ada kekuatan orang-orang yang baik dengan orang-orang yang lemah. Entah melawan SMA lain, membuat orang yang menyerang serta berlari. Akhirnya polisi udah datang, lalu nyerang melalui gas air mata, gas yang menyerang tangisan bagi orang-orang yang jenuh.

Kasus ke-dua yang di alami oleh anak SMA Negeri 20 Surabaya yang sedang mengadakan konser. Meskipun berpora-pora dengan artis. Namun ada satu yang nggak pernah melihat konser itu. Namanya Siregar atau di sapa Sire. Sire ini kurang memperihatin dengan konser-konser ini. Sire ini mengatakan “Aku nggak mau lihat konser yang kurang berguna, dan juga nggak bermanfaat.” Selalu memaksa, Sire punya tujuan lain selain kegiatan pesta ini. Dia seperlunya punya keselarasan dengan mainstreaming. Dia pernah meneliti dari orangnya “Sire ini sering melakukan kebiasaan yang berbeda. Yaitu melihat wajah drama yang sadis dan menangis.

Aku sudah membaca koran. Namun sempat cerita bahwa di kelas yang tempat berada semakin kurang memerihatin dengan kebersihannya. Justru tahu dengan kelas yang kotor ini. Seringpula dengan kelas yang kurang peduli dengan lingkungan di lakukan. Lihatlah dengan kondisi lingkungan di kelas ini. Banyak yang menumpuk gelas plastik di kelas ini. Ada kertas dan isinya kaget, tatkala juga dengan kebersihan kelas. Tapi targetnya hampir gagal total terus. Sampai saya stress dengan lingkungannya.

Bahkan juga aku dengan melewati dengan teman-teman dengan moral negatif. Dia menyerodok dengan aku dan menyenggol dengan sendiri. Kayak di kira dia cemen ketika melampui batas teladannya. Aku terlalu diam dengan sendirinya. Aku terhindar dari omongan orang lainnya. Masih pun menjadi tragedis dengan dunia lingkungan, dan juga dengan anak-anak yang kurang peduli dengan lingkungan sekitarnya.

Di Lingkungan sekolahku sama dengan tujuan yang di capai oleh siswa-siswi sendiri guna memperbaiki bencana yang ada pada di indonesia. Masing-masing menanam pohon maka sama dengan memperbaiki akhlaqnya. Justru tahu tentang kebersihan lingkungan. Aku mau pulang ke rumah, ketika pulang dia pernah mengalami macet. Angan-angan berasal dari lingkungan hijau. Justru juga dengan sekolah Al-Hikmah. Karena kurang siap dalam menjalani try out perdana di kampus Universitas Indonesia. Dia menyangka anak-anak ini mempersiapkan diri menghadapi zona PTN. Pasti kaget-kaget dengan siswa yang mengikuti TO UI tersebut. Pas ngerjakan ternyata sama dengan Olimpiade Biologi VI UIN Maulana Malik Ibrahim. Dulu pernah ngerjakan soal perdana terkait dengan ngerjakan soal-soal. Makin kurang siap dalam belajar membuat aku mau mencoba soal-soal yang baru. Aku sih banyak pertanyaan mengenai event lomba, terutama orang tuaku yang kena tindakan tersebut.
“Van, kamu yakin ikut lomba?” nanya Ibunda kepada saya, wajah biasanya.
“Ya, kenapa?” jawab saya.
“Jangan sampai kena biaya yang agak mahal-mahalan. Soalnya takutnya uangnya habis terus buat acara nggak penting kayak gini.” Kata Ibu, sambil memberikan nasehat pada respon event.

Baru-baru ini udah melaksanakan event ketika jelang lulusan SMP. Tapi perlu memiliki semangat dalam menjalani ilmu yang di berikan. Betapa teman-teman di sekitar sudah tiada di sini. Sudah 3 tahun menjalani sekolah menengah pertama yang menyayangi kalian. Begitu juga dengan Bu Tary dan Bu Ilmi yang memberikan arahan dan melatih soal dalam menhadapi Ujian Nasional bagi Anak Berkebutuhan Khusus. Aku merasa kehilangan sahabat yang begitu mencintai. Si Khoirum (Khoirum Maulana Ishaq) pernah memberikan kata-kata inspirasi pada saya “Kita butuh berlatih secara berulang-ulang, biar membawa keberhasilan.” Sejauh ini dia melanjutkan sekolah di PRAMAYUDHA (SMAN 7 Surabaya) jurusan IPA. Justru Khoirum cenderung dengan dunia matematika.

Saya pun ketinggalan gerombolan yang begitu menyayangi kita. Ketika membaca novel ini. Saya merasa ketika menghapus dosa-dosa yang melekat pada diri sendiri. Akhirnya aku berangkat dengan keadaan paksa secara halusinasi. Kaget banget ketika sekolah baru, saya baru merasa diam dalam menjalankan sekolah, udah bel anak-anak mulai menyari kelompok gugus masing-masing. Aku pun masuk ke dalam kelompok merlion dengan pembinanya kak Almira dan kak Tari. Pembina perempuan dari segi kelas berbeda. Perjalanannya masih jauh. Meskipun dalam melakukan situasi baru.

Saya langsung diam diri dan mempersiapkan diri menjalankan test-test tertentu dari sudut pandang kelas kelompok gugus. Ketika menjalankan test saya merasa kemampuannya makin medium. Aku masih shock dengan kejadian ini, seperti dari awal tadi. Dia menjalankan test semakin ribet dan juga beberapa menit kemundian dia baru mati rasa. Betapa sedihnya nilai test yang menjalaninya. IQ-ku juga menurun seperti pada RS Jiwa Menur. Kadang-kadang saya suka pada dunia literasi dengan bahasa fiksi.
Aku susah menjalani hidup apa adanya? Dan juga mengenal catatan lama yang baru nulis. Aku pun mengikuti kegiatan islami. Bebas beraktivitas pada sekolah baru. Baru merasa aneh bahwa bulan puasa, ketika menjalankan sekolah baru. Bebas proton dengan kakak seniornya sendiri.

Ketika hari minggu ada kerja kelompok. Dia perdana menjalankan gugus baru bersama dengan kakak seniornya, yang paling kurang asyik adalah mengenal teman baru yang berasal dari sekolah ke media lain. Dia baru sadar dengan tongkat dan ID Card. Udah esok hari, dia baru mengerjakan design pada masing-masing gugus. Sekiranya baru mempersatukan antar gugusku dengan gugus lain. Sudah bekerja keras dengan menghasilkan tangan hasil meneladani kalian. Itu pun sudah menghadapinya dengan susah payah.

Ketika menyelesaikan tongkat yang menghiasi kertas batik ini. Mba Malis galau dengan kehidupan yang lama, makin cuek dengan mas Dame sendiri. Lalu aku melihat situasi yang lebih afdol dengan sendirinya. Tulus dan berbagi dengan senyuman, saya masih ingat bagaimana menilai dari sisi pandang dengan teman-teman sendiri, justru membawa menaikkan kreatifitas hasil yang sudah ku buat.

Keesokan harinya. Dia menjalankan test kedua yakni test spiritual masing-masing. Pendamping berbeda dari sebelumnya. Waktu sudah di mulai aku merasa seperti test IQ sama dengan test yang melakukan di rumah sakit. Teman-teman lainnya baru mengerjakan dengan tenang. Setelah itu dia melaksanakan koordinasi dengan siswa-siswi sendiri. Pak Yono juga menyampaikan kepada kalian bahwa sekolah ini perlu kalian tegas, kita harus di siplin dalam waktu. Kalian datang jam setengah 7 sudah berada si sekolah. Sudah mampukah batas impian yang ingin di capai.

Aku pun mulai bereaksi dengan kelas baru. Kecendrungan kelas makin meratakan sifat setan yang menyala-menyala pada diri sendiri. Aku nangis dengan perasaan sedih, haru, dan tegang. Dia tidak memperhatikan lingkungan yang ada pada sejangkauan zona kenakalan tersebut. Aku pun ikut dengan teman-teman IPA. Membuat bisa mengenal dengan orang-orang yang baru menekatkan diri dalam melawan management islam. Ketika menjalankan eskul baru saya merasa bahwa ia baru menyayangi kalian dengan mudah. Sekiranya bagus atau nggak. Aku bertanya kepada mas Dito mengenai masa-masa yang menjalani ROHIS.
“Mas Dito mau nanya, apa tujuan utama dalam APM?”
“Intinya kamu melatih spiritualnya sekaligus mempunyai bakat yang di miliki dalam siswa.”
“Apa ada acara dalam APM ini.”
“Ada dek, tapi kita mengundang para APM untuk bertindak sebagai panitia acara tersebut.”

Inspirasi baru ini mulai beraksi sampai ada muncul mata yang berair. Ia baru menyangka inspirasi dalam sekolah dan kampus untuk menghilangkan rasa stress yang merujuk kalian sendiri. Itulah beberapa orang yang perlu kerja dalam membawa keberhasilan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.


Kita udah belajar banyak mengalami kegalauan yang ada pada sehari-hari. Aku pun bisa menulis apa saja yang kita mau. Terutama dalam cerita kesedihan pada anak muda. Kita memantau sendiri bahwa kegiatan positif ini untuk menghilangkan mainstream yang menempel pada kebiasaan remaja. Aku mulai bersemangat dalam menjalani ilmu yang bermanfaat. Agar bisa membawakan nilai teladan yang keren itu.

Pemuda Pulang Kampung walau Orang Tua Tiada

Pemuda itu berjalan, langkahnya berat dan lesu, Di kota besar, dia mencari pekerjaan, namun tak kunjung berhasil, Hatinya penuh kekecewaan, ...