Saat di sekolah.
Cewek-cewek gang ini tidak punya berniat diri buat melakukan sesuatu. Misalnya
Galuh si tukang Selfie-an. Waktu pelajaran dan jam kosong, dia tidak pintar
dalam suatu apa yang di lakukan oleh pemahaman yang kurang, kurang, dan kurang
lagi sampai mainstreamnya naik. Si Amanda juga begitu, nge-Jilbab, sering
Halusinasi dengan kelas. Sering lupa dengan tugas. Di kelas juga gitu, sering
tidak memperhatikan apa yang kau lakukan untuk melakukan sesuatu, hampir
mainstream yang lain di sekolah seperti punya tindakan di sekolah, sering ke
kantin, dan sebagainya.
Ketika cerita di
depan. Hendaklah perlu diam, yang lainnya bersorak seolah-olah cuman boikot
orang, lalu di nyerang orang yang pintar. Aku perlu mengingat Rofiq tentang
nasibnya di kelas IPS. Dia ngomong dengan penuh perasaaan.
“Mas Rofiq, nanti
kamu pindah kelas gimana, nanti nggak bisa nemani dia?” kata aku, sambil
menangis.
“Yah, kita perlu
bantuan sama teman. Kamu bisa bantu dengan teman yang baik” jawab Rofiq,
semacam kata penggalan.
“Lalu kan kita
berpisah di sini. Tapi perlu perkembangan sama kau, ajari menjadi diriku lagi,
ku mohon, ku mohon.” Kata Aku, wajah nangis, mengeluarkan air mata.
“yah kamu tinggal
mengabdi kepada allah, terus manfaatkan teman kalian. Jangan pernah mainstream
dengan saya. Belum bisa tanggap itu suatu halangan pun namanya berjuangan
selalu di dukung. Jangan khawatirkan saya. Milih teladan yang bisa ku ambil”
jawab Rofiq yang panjang, mengeluarkan kata-kata inspirasi.
Konstantinopel
ini memperjuangkan perang pemuda dalam menguasai negara. Tetap aja menyerang
desa. Cara memegang peran dalam mengalahkan prajurit yang bisa menjadi jalan
keluar dengan mengeluarkan resiko diri. Jangan ku paksa dengan apa adanya?
Sesuatu himbau untuk memungkinkan diri dalam semangat belajar. Incaran pertama
yang perlu melihat drama adalah situasi seseorang, dan pernah memarahi orang
lain. Sayang sekali bunga ini menyebar bau-bau wangi pada anak-anak kelas itu.
Di balik itu pelajaran ekonomi adalah pelajaran hitung-hitungan. Walaupun sulit
sedikit, aku bisa mengikuti pelajaran tersebut.
Tanpa di sadari
geng lebah ini menyengat aku dengan emosi yang begitu durhaka. Dalam sedetik
emosinya mulai berubah, hampir beberapa minggu aku paksa mendengarkan apa yang
ingin ku ngomongkan. Kelas juga kedatangan preman yang begitu cemen. Karena ada
orang yang ngisi duduk di situ. Sementara aku masih duduk di belakang di
kiranya aku di gerombolin dengan pria preman. Kehidupan di sekolah berbeda-beda
adalah mempunyai kemarahan yang mencekitkan. Bahkan dengan situasi pembelajaran
yang kurang stabil sekaligus mempunyai kebiasaan berbeda tanpa penjelasan
materi pelajaran yang di dengarkan. Aku paksa duduk di belakang, tapi dia
duluan ngomong.
Agda : “Van,
duduk!”
Ivan : “ya mas!”
Agda : “gimana
sehat?” (sebelum ngomong berulang-ulang)
Ivan : “ya mas.”
Emil : “hey kau,
kenapa memukuli aku.”
Ivan : “maaf mas,
aku nggak sengaja.” (tubuhnya grogi)
Agda : “J*nc*k”
Emil : “Jangan
macam-macam dengan aku, kalo kau macam-macam akan ku tonjolin kau!”
Ivan : “Aku
bilang maaf mas.”
Agda : “Benar
jangan bohong lagi van.”
Hampir tega
dengan teman yang begitu sensitif dengan aku. Sementara saya dengan teman-teman
lainnya lagi memerantau. Tapi banyak yang membuang sampah sembarangan di
jendela, sekaligus ngomong dengan bengong-bengong sendiri. Ironisnya dengan
kejadian di jamkos di kelas. Waktu olah raga juga begitu dia melakukan senam
aerobik ketika ujian harian. Hampir kurang siap dalam latihan ini membuat
orang-orang protes dengan sesuatu. Adam juga begitu, justru anak-anak hampir
stress dengan Adam tresna. Tugasnya makin menumpuk, serta kebalikan dari
kebaikan yang ada pada perbuatan adam ini. Adam pernah menyiksa dengan
anak-anak kelas gara-gara mengeluarkan suara bengong yang keras, tengok di sisi
depan, atas, bawah, dan lainnya.
Salah satu
kelemahan adam yang saat ini yaitu kekuatan tawa hingga menyebabkan susah
tenang. Hampir kurang yakin dengan Adam Tresna, anak 39 seperti ini banyak yang
menyesal gara-gara sering tidur di kelas, dan juga sambil mempelajari dari
guru. Anak-anak mulai menyerang Adam. Dan hampir ngomong kritikan dengan Adam
sendiri, nggak pernah mendengarkan ngomong strees. Namun ada kala dengan
perbuatan yang ngga wajar itu. Selain Adam Tresna, ada peserta yang pernah
mengikuti olimpiade biologi, dia namanya Adam Surya Romadhon dari SMANAM (SMA
Negeri 6 Surabaya). Mas Adam sendiri bahkan tahu tentang menguasai biologi yang
handal. Misalnya waktu SMA dia milih kelas MIA (Matematika dan Ilmu-Ilmu Alam).
Di banding oleh SMA lain.
SMA Negeri 5
Surabaya sebagai sekolah yang pintar pelajaran. Sekolah ini berbasis kawasan,
eksis, dan sebagai kelas masa depan. Anak-anak masuk tanpa mainstream dalam
fikiran. Sebelum jauh aku mau mempengaruhi dengan anak-anak SMA sederajat
lainnya. Aku telah terduga dengan kasus. Ketika berjalan-jalan dia ketemu
dengan salah satu teman saya yang pernah mempromo kepada kalian.
“Mas Dito!” sapa
Mas Dito kepada saya.
“Ya dek!” jawab
Mas Dito, wajahnya penuh senyuman.
“Kamu mau ikut
APM?” nanya Mas Dito ke saya.
“ikut, bentar apa
itu APM” jawab saya, sambil menanya lagi ke Mas Dito.
“AKTIVITAS
PELAJAR MUSLIM”
“owalah, iya
benar sih, aku sampai lupa.”
“mau ikut dek?”
“mau mas Dit?”
Ada-ada saja
dengan anggota ekstra ROHIS. sebenarnya banyak pelajar muslim yang melakukan
mainstream. Seberapa jauhnya kekuatan yang di miliki oleh seseorang. Pasti
kurang tahu? Para orang-orang antagonis ini wajar dengan bullying. Saat itu
Adam mengalami tonjolan ketika bully sama kelas 3 SMA. Makin heran banget
dengan kejadian ini. Adam selalu melakukan dialog kepada Bu Nur Wagia (Wali
kelasku). Dia kaget loh kok ada Dialog soal bullying.
Adam mulai nangis
dengan kejadian itu. Aku itu pernah melihat kehidupan yang menyedihkan dengan
siswa-siswa lainnya. Makin shock dengan melihat semakin dia melihat orang
banyak yang kena kasus ekstrim. Pertama kali dia pernah menonton TV yang jaman
SMA. Sering pacaran, tapi pernah mengalami lisan yang sama. Hampir menit-ke
menit dan waktu ke waktu. Tetapi heran dengan zaman SMA di TV dengan zaman SMA
pada usia tertentu. Makin di lihat dari sudut pandang kita. Aku telah merasa,
yakin dengan perasaan yang ingin ku mau. Tetap saja memegang peran tapi nggak
bisa. Selain itu dia berjalan-jalan melihat suasana dengan orang lain terkait
keluhan dengan orang-orang yang sadar di tempat tertentu. Ada kasus pertama,
ada orang-orang ini melakukan tawuran dengan mainstreamingnya makin bertambah,
karena ada kekuatan orang-orang yang baik dengan orang-orang yang lemah. Entah
melawan SMA lain, membuat orang yang menyerang serta berlari. Akhirnya polisi
udah datang, lalu nyerang melalui gas air mata, gas yang menyerang tangisan
bagi orang-orang yang jenuh.
Kasus ke-dua yang
di alami oleh anak SMA Negeri 20 Surabaya yang sedang mengadakan konser.
Meskipun berpora-pora dengan artis. Namun ada satu yang nggak pernah melihat
konser itu. Namanya Siregar atau di sapa Sire. Sire ini kurang memperihatin
dengan konser-konser ini. Sire ini mengatakan “Aku nggak mau lihat konser yang
kurang berguna, dan juga nggak bermanfaat.” Selalu memaksa, Sire punya tujuan
lain selain kegiatan pesta ini. Dia seperlunya punya keselarasan dengan
mainstreaming. Dia pernah meneliti dari orangnya “Sire ini sering melakukan
kebiasaan yang berbeda. Yaitu melihat wajah drama yang sadis dan menangis.
Aku sudah membaca
koran. Namun sempat cerita bahwa di kelas yang tempat berada semakin kurang
memerihatin dengan kebersihannya. Justru tahu dengan kelas yang kotor ini.
Seringpula dengan kelas yang kurang peduli dengan lingkungan di lakukan.
Lihatlah dengan kondisi lingkungan di kelas ini. Banyak yang menumpuk gelas
plastik di kelas ini. Ada kertas dan isinya kaget, tatkala juga dengan
kebersihan kelas. Tapi targetnya hampir gagal total terus. Sampai saya stress
dengan lingkungannya.
Bahkan juga aku
dengan melewati dengan teman-teman dengan moral negatif. Dia menyerodok dengan
aku dan menyenggol dengan sendiri. Kayak di kira dia cemen ketika melampui
batas teladannya. Aku terlalu diam dengan sendirinya. Aku terhindar dari
omongan orang lainnya. Masih pun menjadi tragedis dengan dunia lingkungan, dan
juga dengan anak-anak yang kurang peduli dengan lingkungan sekitarnya.
Di Lingkungan
sekolahku sama dengan tujuan yang di capai oleh siswa-siswi sendiri guna
memperbaiki bencana yang ada pada di indonesia. Masing-masing menanam pohon
maka sama dengan memperbaiki akhlaqnya. Justru tahu tentang kebersihan
lingkungan. Aku mau pulang ke rumah, ketika pulang dia pernah mengalami macet.
Angan-angan berasal dari lingkungan hijau. Justru juga dengan sekolah
Al-Hikmah. Karena kurang siap dalam menjalani try out perdana di kampus
Universitas Indonesia. Dia menyangka anak-anak ini mempersiapkan diri
menghadapi zona PTN. Pasti kaget-kaget dengan siswa yang mengikuti TO UI
tersebut. Pas ngerjakan ternyata sama dengan Olimpiade Biologi VI UIN Maulana
Malik Ibrahim. Dulu pernah ngerjakan soal perdana terkait dengan ngerjakan
soal-soal. Makin kurang siap dalam belajar membuat aku mau mencoba soal-soal
yang baru. Aku sih banyak pertanyaan mengenai event lomba, terutama orang tuaku
yang kena tindakan tersebut.
“Van, kamu yakin
ikut lomba?” nanya Ibunda kepada saya, wajah biasanya.
“Ya, kenapa?”
jawab saya.
“Jangan sampai
kena biaya yang agak mahal-mahalan. Soalnya takutnya uangnya habis terus buat
acara nggak penting kayak gini.” Kata Ibu, sambil memberikan nasehat pada
respon event.
Baru-baru ini
udah melaksanakan event ketika jelang lulusan SMP. Tapi perlu memiliki semangat
dalam menjalani ilmu yang di berikan. Betapa teman-teman di sekitar sudah tiada
di sini. Sudah 3 tahun menjalani sekolah menengah pertama yang menyayangi
kalian. Begitu juga dengan Bu Tary dan Bu Ilmi yang memberikan arahan dan
melatih soal dalam menhadapi Ujian Nasional bagi Anak Berkebutuhan Khusus. Aku
merasa kehilangan sahabat yang begitu mencintai. Si Khoirum (Khoirum Maulana
Ishaq) pernah memberikan kata-kata inspirasi pada saya “Kita butuh berlatih
secara berulang-ulang, biar membawa keberhasilan.” Sejauh ini dia melanjutkan
sekolah di PRAMAYUDHA (SMAN 7 Surabaya) jurusan IPA. Justru Khoirum cenderung
dengan dunia matematika.
Saya pun
ketinggalan gerombolan yang begitu menyayangi kita. Ketika membaca novel ini.
Saya merasa ketika menghapus dosa-dosa yang melekat pada diri sendiri. Akhirnya
aku berangkat dengan keadaan paksa secara halusinasi. Kaget banget ketika sekolah
baru, saya baru merasa diam dalam menjalankan sekolah, udah bel anak-anak mulai
menyari kelompok gugus masing-masing. Aku pun masuk ke dalam kelompok merlion
dengan pembinanya kak Almira dan kak Tari. Pembina perempuan dari segi kelas
berbeda. Perjalanannya masih jauh. Meskipun dalam melakukan situasi baru.
Saya langsung
diam diri dan mempersiapkan diri menjalankan test-test tertentu dari sudut
pandang kelas kelompok gugus. Ketika menjalankan test saya merasa kemampuannya
makin medium. Aku masih shock dengan kejadian ini, seperti dari awal tadi. Dia
menjalankan test semakin ribet dan juga beberapa menit kemundian dia baru mati
rasa. Betapa sedihnya nilai test yang menjalaninya. IQ-ku juga menurun seperti
pada RS Jiwa Menur. Kadang-kadang saya suka pada dunia literasi dengan bahasa
fiksi.
Aku susah
menjalani hidup apa adanya? Dan juga mengenal catatan lama yang baru nulis. Aku
pun mengikuti kegiatan islami. Bebas beraktivitas pada sekolah baru. Baru
merasa aneh bahwa bulan puasa, ketika menjalankan sekolah baru. Bebas proton
dengan kakak seniornya sendiri.
Ketika hari
minggu ada kerja kelompok. Dia perdana menjalankan gugus baru bersama dengan
kakak seniornya, yang paling kurang asyik adalah mengenal teman baru yang
berasal dari sekolah ke media lain. Dia baru sadar dengan tongkat dan ID Card.
Udah esok hari, dia baru mengerjakan design pada masing-masing gugus. Sekiranya
baru mempersatukan antar gugusku dengan gugus lain. Sudah bekerja keras dengan
menghasilkan tangan hasil meneladani kalian. Itu pun sudah menghadapinya dengan
susah payah.
Ketika
menyelesaikan tongkat yang menghiasi kertas batik ini. Mba Malis galau dengan
kehidupan yang lama, makin cuek dengan mas Dame sendiri. Lalu aku melihat
situasi yang lebih afdol dengan sendirinya. Tulus dan berbagi dengan senyuman,
saya masih ingat bagaimana menilai dari sisi pandang dengan teman-teman
sendiri, justru membawa menaikkan kreatifitas hasil yang sudah ku buat.
Keesokan harinya.
Dia menjalankan test kedua yakni test spiritual masing-masing. Pendamping
berbeda dari sebelumnya. Waktu sudah di mulai aku merasa seperti test IQ sama
dengan test yang melakukan di rumah sakit. Teman-teman lainnya baru mengerjakan
dengan tenang. Setelah itu dia melaksanakan koordinasi dengan siswa-siswi
sendiri. Pak Yono juga menyampaikan kepada kalian bahwa sekolah ini perlu
kalian tegas, kita harus di siplin dalam waktu. Kalian datang jam setengah 7
sudah berada si sekolah. Sudah mampukah batas impian yang ingin di capai.
Aku pun mulai
bereaksi dengan kelas baru. Kecendrungan kelas makin meratakan sifat setan yang
menyala-menyala pada diri sendiri. Aku nangis dengan perasaan sedih, haru, dan
tegang. Dia tidak memperhatikan lingkungan yang ada pada sejangkauan zona
kenakalan tersebut. Aku pun ikut dengan teman-teman IPA. Membuat bisa mengenal
dengan orang-orang yang baru menekatkan diri dalam melawan management islam.
Ketika menjalankan eskul baru saya merasa bahwa ia baru menyayangi kalian
dengan mudah. Sekiranya bagus atau nggak. Aku bertanya kepada mas Dito mengenai
masa-masa yang menjalani ROHIS.
“Mas Dito mau
nanya, apa tujuan utama dalam APM?”
“Intinya kamu
melatih spiritualnya sekaligus mempunyai bakat yang di miliki dalam siswa.”
“Apa ada acara
dalam APM ini.”
“Ada dek, tapi
kita mengundang para APM untuk bertindak sebagai panitia acara tersebut.”
Inspirasi baru
ini mulai beraksi sampai ada muncul mata yang berair. Ia baru menyangka
inspirasi dalam sekolah dan kampus untuk menghilangkan rasa stress yang merujuk
kalian sendiri. Itulah beberapa orang yang perlu kerja dalam membawa
keberhasilan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.
Kita udah belajar
banyak mengalami kegalauan yang ada pada sehari-hari. Aku pun bisa menulis apa
saja yang kita mau. Terutama dalam cerita kesedihan pada anak muda. Kita
memantau sendiri bahwa kegiatan positif ini untuk menghilangkan mainstream yang
menempel pada kebiasaan remaja. Aku mulai bersemangat dalam menjalani ilmu yang
bermanfaat. Agar bisa membawakan nilai teladan yang keren itu.