Friday 31 March 2017

April adalah Bulan Perempuan

April adalah Bulan Perempuan

Bagaikan merah muda
Sambut perempuan setia
Mengingat tokoh yang disebut habislah gelap terbitlah terang
Yaitu R.A Kartini
Sosok perempuan setia berlatarbelakang keraton
Mengenang langit seribu purnama
Sempat mengirim surat kepada perempuan setia
Pasti kau membaca lembaran demi lembaran

Bulan april tak lepas dari perjuangan
Tapi pengorbanan selalu ada
Demi kalung mengenang waktu
Sejarah masih mengulang kembali
Dua puluh satu april
Adalah hari kartini yang mewarisi budaya jawa
Lestari batik karya kerajinan tangan manusia
Inilah langit bagai nafas panjang
Sehempas daun membaur di depan jasad beliau
Ku berjanji akan menggantikan kamu
Sebagai perempuan teladan

28.3.2017

Datanglah Rajab

Datanglah Rajab

Menyambut tiga bulan pertama
Latihan hawa nafsu dan dahaga
Menjelang datangnya isro dan miroj
Sebuah peristiwa yang dimana rasul untuk mendirikan salat
Memulai perjalanan
Dari masjidil haram
Menuju masjidil aqsha
Dalam menempuh jarak jauh
Hingga tubuh penuh kelelahan

Walaupun pasir tertutup jalan
Jangan menoleh ke Belakang
Sebab bulan Rajab
Yang dimuliakan oleh Allah
Hingga dipertemukan kembali di Bulan Ramadhan

28.3.2017

Balita

Balita

Dunia lebih mengenal
Melatih memori
Di luar logika menguram
Menguput di tengah fajar
Jangan kesan membesar
Jangan bermain di tengah waktu

Ada langit menghibur
Duduk lalu menghitung kata
Inilah malam hendak membaca dan menulis
Sebuah hening membuka wacan
Mungkin hanya sementara
Baca huruf yang mencampak di tembok keraton
Atau kau selurus dengan dewasa?

Surabaya, 28 Maret 2017

Macet dan Maut

Macet dan Maut

Sore menjelang senja
Terdiam oleh mobil
Terkepung motor melintas
Sungguh nyawa akan ditaruhkan
Seperti emosi merombak api
Polisi akan meronggakmu
Tangan menyungguh kartu
Sita tanpa paksa
Melekatkan panah penuh sanggap
Diterjang hujan maut akan tiba
Sesaat itu mati tak hidup kembali
Tiada cara lain untuk selamanya

21.3.2017

Film

Film

Mainkan drama
Di depan layar begitu lebar
Kursi empuk menduduki penonton
Aku memegang kacamata
Bukan sekadar layar lebar biasa
Hanya menembus layar lebar hanya mata dan hati
Betapa takut bila lari lalu jatuh dari langit

Bagaikan bintang angkasa penuh terbentang di dekapan kota
Hanya cerita dan selintas angin
Hening tanpa perantara

19.3.2017

Cinta Bumi Cinta Sholawat

Cinta Bumi Cinta Sholawat
: Ustadz Usman Haryono

Mendetak jantung bumi
Dirangkut musibah di dalam alam ini
Bagaimana meringankan manusia yang ditelan jadi korban?
Negara sedang berperang
Bergeming di rentetan sujud
Guncangkan hati lalu berpasrah diri pada allah
Pada mengungkkan rasul
Tanpa doa maka doa akan di jauhkan

Tidak ada gegaduhan yang di sini
Mungkin hanya selera batin
Melekat padamu

19.3.2017

Sosiologi dan Setia

Sosiologi Dan Setia
: I Wayan Sujana

Apa arti sosiologi?
Mengapa kau belajar sosiologi?
Apakah kau mendalami interaksi melalui sosiologi?
Mungkin benar jika sosiologi sebagai pelengkap kehidupan sosial?

Sosiologi artinya ilmu tentang masyarakat
Karena sosiologi mengajari tentang interaksi antara masyarakat dengan warga sekitar
Kau akan berjumpa dengan preventif
Berkobar di jalur resprensif
Benar setiap belajar sosiologi
Rasakan nafas buatan di hati dirimu
Daripada kau tersimpang siur pada dia
Lebih pergi bila ku sanggup

19.3.2017

Pesan untuk Hatsura

: Ratnani Lathifah

Jangan merasa senang
Ketika karya dimuat  koran
Mengungkapkan satu harapan
Tiada bosan tanpa karya
Makan sarapan dengan sayut resensi
Minum air putih sebulir cerita anak
Bergempita pada dongeng
Lebih sempurna daun tumbuh segar dan kembar. Sadarlah semua islam dan politik tidak pertentangan melainkan besok.

Bukan memanen karya
Membuka layar koran
Dimuat dalam ratusan kata
Roti mengoles kurma
Tiada kerja
Menulis di rumah
Langit dimensi mendekap di kelam biru

19.3.2017

Friday 17 March 2017

Datang Terlambat

Datang Terlambat

Pintu gerbang ditutup
Kerumunan menunggu di luar
Karena mengejar waktu
Andaikan langit yang tumpah
Andaikan wajah begitu murung
Sangat rakus bila getah dari batang ke batang
Hingga tak tahu abai waktu yang dipenat
Yang membidik matahari
Dari resah hingga berjerit-jerit dalam penderitaan

17.3.2017

Pikiranku Pusing

Pikiranku Pusing

Mengeluh kepala
Lihat bayangan kata begitu datang
Betapa soal begitu susah
Mendenyut wajah sangat tak tenang
Sudah pahit pada wedang jahe
Kopi hanya sedikit saja meminum
Pusing karena bawah perasaan
Dibentur oleh ingatan

Terbegal malam penuh suntuk
Wayang bukan manusia
Lalu terbayang pada kitab
Semata-mata kau hanya mendengar dari luar
Tiada bisa yang kembali padamu
Hilangkan rasa tak percaya dalam hatimu
Tidak yakin budaya akan terkenal
Jika mematikan dari sudut
Dan membuahi kubur sebelum mati

Surabaya, 16 Maret 2017

Pria Itu?

Pria Itu?

Apa itu kematian?
Yaitu orang yang tak bangkit dari tidurmu
Serasa kiamat telah sudah
Pria tak bisa tandingi ketika akhirat menjemputmu
Lelah beranyam di api begitu pendam tanpamu

Apa itu lemah?
Yaitu tenaga telah menurun dalam ketangguhan jiwa
Namun menguatkan badan walau lelah berderai keringat
Terasa pusing bila sesuatu yang tak bisa dijeda

Apa itu Menyerah?
Suatu usaha yang sia-sia
Paling menyerah daripada kau dipukuli kamu
Tongkat tersanjung
Terhadap keyakinan dan kehalusan.

Pasti tidak menduga
Hingga detik ini

16.3.2017

Kesurupan Jiwa

Kesurupan Jiwa

Dirimu tak sadar
Tubuh begitu bergetar
Tangan semakin grogi
Merasuki iblis
Pohon beringin menetap tanah
Lalu membesungi jiwa

Pohon beringin
Berkumpul roh halus
Yang tak tampak secara kasat mata
Suasana akan hancur
Bercampur dengan tragedi

Ujung-ujungnya nyawa makin terbelenggu
Menutupi bahagia
Jeritan makin desak
Entah sampai manusia akan sadar kembali
Bila sanggup hilangkan rasa sadismu

Surabaya, 16 Maret 2017

Lembar Dosa

Lembar Dosa

Ku lihat ada preman
Seakan-akan membawa kunci jawaban
Betapa menyangka otak di cuci
Betapa menyakiti ilmu
Betapa tidak kasih pada guru
Hanya dirimu bermain bersama teman sebaya
Ketika ujian
Kau pura-pura mencontoh
Di tunduk meja
Guru merasa aneh
Bila pandangan kebawah hanya sekilas melamun atau ngiler belaka

Lihatlah api begitu menyambar
Sambat dirimu
Puas dengan kedosaan
Yang begitu dahsyat
Sampai dirimu tidak peduli pada Maha Kuasa
Dirimu muntah
Hingga mati tanpa terhidupi lagi

Surabaya, 16 Maret 2017

Merah Jambu

Merah Jambu

Kulit berwarna merah
Serupa merah jambu
Bukan merah muda
Mengawetkan wajahmu
Bukan botol dalam warna jambu
Hanya setetes handuk
Bermakna cinta abadi

: Merah jambu bersapa tanpa membisu

17.3.2017

Jalan Sepi

Jalan Sepi

Serdadu jalan
Hening tanpa cahaya
Bukan hanya gelap
Sunyi bila kejahatan malam
Datanglah sihir
Datanglah dukun
Datanglah iblis

Alam akan sakit
Mengerut roh setan
Pantas tak percaya
Hanya jarum menusuk jiwa
Mungkin ketajaman
Dan tindih berujung sakitmu
Betapa indah tanpa keajaiban

17.3.2017

Jangan Pergi

Jangan Pergi
: Nurul Hidayah

Jangan pergi
Sebelum memulai cerita
Tiada hati tergesa-gesa
Tak sanggup menahan cinta
Dua belahan saling melengkapi

Jangan pergi
Hidup tanpa kamu
Tiada cara untuk terpisah
Mungkin hanya kau dan dia
Lepaslah tanpa mengikat janjimu

Jangan pergi
Sampaikan pesan
Walau satu kata
Walau satu ayat
Dan walau satu kalimat terakhir

: Yaitu jangan tinggalkan aku selamanya

17.3.2017

Untukmu

Untukmu
: Rose Nurvita

Untukmu
Mempersembahkan seribu daun
Hadirkan makna dalam setiap daun
Tulislah puisi di sini
Bukan rayuan cinta dalam abadi
Begitu pula dengan kau
Rentang menit yang berlalu
Nikmati teh

Hanya kau salah satunya
Ku sebut pergi tanpa menghadirimu
Tiada satupun yang setara dengan dia
Tiada kamu dan tiada daun yang berjatuhan

17.3.2017

Panggung Alam

Panggung Alam
: Ulin Nurviana

Alam begitu tenang
Pohon mengiringi sunyi
Senyap dikelam kabut
Menghelas sejuta daun
Yang jatuh tanpa sentuhan apapun
Kau seperti berjalan pelan
Menelusuri jejak nadi

Paru-paru dunia
Kecuali bila musnah
Bakar hatimu bila sedih
Menangismu bukan jauh
Rindu akan pergi
Begitu saja kota tanpa kehadiran daun
Bergempar matahari
Segera bertanam
Akan berjumpa lagi sesaat
Waktu terus berputar

17.3.2017

Bunga Rose

Bunga Rose
: Afifah Wahda Zhafira

Lihat bunga berseri
Begitu harum dan memesona
Seperti kerudung panjang dikenang
Menyentuh kain tanpa perantara
Di antara aroma yang wangi
Sejuta parfum mengiringi pria sejati

Seperti jelaga terbang
Mengapai bidadari
Pelangi begitu tersinar terang
Terembun pada seruan
Melodi tak bisa diam
Hanya senandung lagu pada malam
Tanpa mengiringi kau dan kepekaan Mu

Surabaya, 17.3.2017

Selamat Jalan Kyai Amanah

Selamat Jalan Kyai Amanah
: (Alm) K.H Hasyim Muzadi

Negara kita telah kehilangan
Meranah ulama akan habis sudah
Hasyim Muzadi adalah tokoh teladan ulama
Kau begitu mengangis kepada jutaan umat
Mati karena sakit
Berbulan-bulan tak kunjung sembuh
Hingga perjuangan demi damai
Islam Rahmatal lil alamin adalah tujuanku

Apa kau benar merenggut nyawa
Tapi kasihan tua telah ditelan usia
Dunia tak lagi berlanjut
Tak sanggup bangkit selama seribu tahun
Selamanya akan mengabdi padamu
Bagimu ku erat nadi
Mengiring amanah
Kepada syahadat yang tersyahdu tanpa henti
Selamat jalan tokoh yang menguatkan amanahmu
Selamat sampai bahagia di alam sana
Kubur tanpa bersapa kepada umat

17.3.2017

ESQ

ESQ

Doa oleh pancara tubuh
Mengalir elektromagnetik dalam tubuhmu
Kau mungkin dendam akan dibakar
Sedikit membeluk jiwamu
Bukan saatnya bersenang-senang
Saatnya untuk berdoa
Mengalir tangisanmu

Apakah kau berfikir?
Bahwa tiada kasih
Ibu telah mati dihempas
Bahwa mengugur jiwa adalah dirimu
Mudahkan ujian
Bukan bersenang-senang

Jangan lepas organ terulur
Hanya listrik memancar padamu
Keluarkan air mata
Saatnya mencerita tentang orang tuamu
Meminta maaf untuk kerabat
Dan orang tua setia
Untuk ujian dan kuliahmu kau jemput

Surabaya, 17 Maret 2017

Wednesday 15 March 2017

Selamat Menunaikan Ibadah Ujian Sekolah


Selamat Menunaikan Ibadah Ujian Sekolah

Bersiap untuk niat pada Allah
Doa kepadamu untuk masa depan
Sempat belajar walau lama
Tiada mengeluh sebelum mengerjakan
Jangan tergesa-gesa
hanya pelan-pelan demi fikiran jernih

Surabaya, 6 Maret 2017

Siaran Radio


Siaran Radio

Ruang begitu hening
Bercampur suara yang diam
Kau tahu suara terdengar oleh pendengar
Seperti melodi tanpa henti
Bukan hanya kamu
Sebar suara di wilayahmu

Surabaya, 9 Maret 2017

Munaroh


Munaroh

Wanita yang indah
kau terbawa bunga mawar
begitu berseri mentari telah datang
Bersama kaguman hati begitu bermegah-megah
Sentuhan kerudung sangat halus

Bersinar di tengah kalbu
Bunga tersentuh
Lalu lampias pada lampion
Tiada satu pun yang setara pada dia

15.3.2017

Surat dari Jember

Surat dari Jember

Bersyukur di alam yang dingin
Bergempita jalan penuh
Embun senafas dari bukit
Kemana ia pergi?
Sebelum nangis terpadi

Melirik di amparan senyum
Andaikan saja burung terbang
Temani ayam berkokok di tiap pagi
Jember sebagai desa kenangan bagi kami

2017

Surat Untuk Zayyin

Surat Untuk Zayyin (3)
: Bung Zayyin Achmad

Mimpi di desa sekitar
Begitu tidak tenang di sini
Di tengah keramaian selalu menatap seseorang
Betapa layang-layang dikagumi
Daripada gemuruh senja mencabit-cabit
Daun begitu lumpuh

Redupan nafas terus berhirup
Inilah kau diam dalam genggamannya
Sekiranya kenangan akan menghabisi liburmu
Riwayat ini termangu
Bendera tak bisa hilang seketika
Hanya membuka pintu terangmu

15.3.2017

Hapuslah Ingatan Lama

Hapuslah Ingatan Lama

Selama ini
Mantra mulai dirujuk
Memori telah tumpuk
Bagaikan sampah
Berserahkan dimana-mana
Namun kumpulan dosa telah banyak

Inilah mulai menghapus ingatan lama
Bagaikan lembaran bekas darah
Dunia diawali dengan nol
Buang data ditempatnya
Melainkan sisi akan berbeda
Dunia akan akhir
Bila manusia telah wafat

11.3.2017

Tinggalkan Kau Teman

Tinggalkan Kau Teman

Serasanya ingin di peluk
Ku ingin kau ada di hadapanku
Semua akan pasti cepat
Dunia belum selesai hidupnya
Hanya waktu terseluk jarum jam
Genggaman tangan akan lepas selamanya

Surabaya, 16.2.2017

Jahe Bersimpangan Hujan

Jahe Bersimpangan Hujan

Jahe mengubah minuman hangat
Dingin pekat merebah di tepi udara
Merenung otak biar tak jenuh
Tidak lepas dari sendapan malam
Senyapan angin memikat di tubuhmu

Bukan topeng
Jahe menemani siang walau hujan
Titik merintik dalam bergumam
Lepaslah penat jiwamu
Tiada tara
Maka melebar di tepi awan
Melihat alam tanpa perantara

27.2.2017

Wedang Jahe

Wedang Jahe

Temani teh
Bukan hitam bening
Melainkan sepucuk rindu terhembus di udara
Mungkin di antara kelaian dingin bertajuk
Sungguh angin menerjang kau
Terlilit di pukat mulut

Seruput air akan menjemput manis
Seindah hangat bersahaja
Gembira di gunung bergoyah
Tak tahu pungkiri kau tersima
Lengkapi langit siang tenggelam di awan
Manis bukan merendam ghibah

Karena kau sempat
Maka menggemar suara
Foto tertutup awan
Menghembus awan lembut

27.2.2017

Pingsan Pada Gadis

Pingsan Pada Gadis
: Dhea Lingkar

Datangi Masjid dalam pagi
Simak materi hingga tangkap hikmah
Seperti kupu-kupu melayang sepanjang malam
Menyerap otak dan hati
Tak kala itu
Lihatlah waktu penuh berkorban
Selepas acara ini
Tiba-tiba gadis hendak pingsan
Membawa ke Rumah

Aku ingat kemarin hendak pingsan
Karena kanker menyandang gadis
Ku penak senja tertidur lelap
Tiada hendak keluar sebelum bertindak

20.2.2017

Kanker Melanda Gadis

Kanker Melanda Gadis

Semenjak malam kemarin
Ku lihat gadis sedang berdiri
Berhijab abu-abu serta baju abu-abu
Mengiringi lagu dalam sebuah puisi
Tak tahan melirik cahaya
Berbaring pingsan
Entah mewarnai isak histeri
Kanker telah menyerang gadis

Tak sempat melihat
Namun tidak terduga
Betapa gadis terbayang jalan
Jelajah dakwah rasul
Wafat saat perang kabah
Hidup tak bisa halangi
Penuh berjuang di tengah menit berlalu

20.2.2017

Hanya Empat Majas

Hanya Empat Majas

Tiada kata kunci
Seperti gamelan dimainkan
Berjulang suara bahasa
Mungkin melodi jawa
Bukan musik biasa
Mengiringi rintihan nenek moyang
Tanpa apapun kecuali wayang kulit
Berempati siur di sepanjang hayatmu

15.3.2017

Surat Untuk Zayyin (4)

Surat Untuk Zayyin (4)
: Bung Zayyin Achmad

Menginjak gunung hanya setapak kaki di tanah
Serasa keringat mengujur wajah dan leher
Tiada satupun lelah sebelum menghela nafasmu
Bersenyap pada embun dingin
Tiada awan yang nemani
Perpaduan antara alam dan padiku
Sampailah langit Indonesia
Kibarlah setiap saat di setiap pesan terbaikmu

15.3.2017

Hujan Manismu

Hijau Manismu
: Nurul Fitriani Winarsih

Hijau mengilir senyum padiku
Angin bertebar di tiap daun-daun berembun panjang
Seolah-olah hening kembali padamu
Hanya menitip langit
Begitu pula sunyi
Pohon tak akan bergerak
Bila engkau duduk di kursi manis
Maka penjam mata sebelum mengiringi lagu
Tiada firman yang sempurna untukmu
Tiada belahan jiwa dilekat hatimu
Kembali bersujud padamu tanpa asa

15.3.2017

Badai Pasti Berlalu

Badai Pasti Berlalu

Badai bergeser langit
Lalu dimana mentari yang sesungguhnya
Belajar dari sini
Kemudian pohon terdiam di sana
Sementara angin meniup awan dilanda kota
Jangan ada laut menggelombang
Ataupun menjulang di hati dunia
Itulah kau dan cinta tak mau henti
Niscaya badai akan bahagia sebelum tinggal di bumi pertiwi

15.3.2017

Sedih di Dalam

Sedih Di Dalam

Entah melamun
Ditunduk wajah tanpa melirik orang lain
Betapa mata makin membisu
Tak sekadar bahagia
Waktu ini menangis di dalam
Jangankah darah lekas luka
Jangan heran mendonor darah dan terlihat anak yang bertelur
Ini perjalanan lumpuh
Lalu hendak memohon dirimu

15.3.2017

Sentuhan Bulan Purnama

Sentuhan Bulan Purnama

Detik-detik engkau sentuh bulan purnama
Cinta tersirat raga
Entah meninggal dalam sakit telah sudah
Raut muka lihat mengeja langit merah
Segera menendang tembok yang retak
Dimensi yang mengujur seperti terjang angin bercampur hujan
Melilit hitam kepadamu
Terlintang pada putih

Irama tersandung padamu
Sunyi mengiring melodi
Putar hingga pusing
Tersinggung pada satupun henti
Gebrak di rentetanmu

Surabaya, 14.3.2017

Tentang Vina

Tentang Vina
: Hervina Putri

Berdiam di kelam senja
Menatap mata antara teladan dengan juara
Betapa terpisah jauh
Seperti hidup terbelah menjadi dua

Walau menutupi rasa diri
Sementara kau selalu bercerita tentang sahabat dan dekapan
Namun enam tahun sudah ia sudah pergi tanpa pesan rahasia
Aku mengejar kamu
Tetapi terlambat
Kini aku tinggal menunggu dimana alamatmu yang sebenarnya?
Vina tinggal di Kediri entah dimana engkau berada

Kini sudah dua belas tahun
Tidak ada satu pun
Mengirimkan pesan rahasia
Kepada teman setia
Aku telah menyesal diri terhadap perilaku
Bersama siang dan senja saling berlawanan

Aku akan menguasai karya
Daripada kau merebut emas dengan segala apa
Aku berjiwa pahlawan naga
Sedangkan kau adalah berjiwa pahlawan rusa
Berati kenangan akan hapus

Tiada rahasia tentang vina
Terhadap jiwa rusa
Dan tiada rahasia tentang aku
Terhadap jiwa naga

Masa depan akan bertemu lagi
Bagaikan dekapan langit purnama terputar waktu
Itulah puisi rahasia melalui catatan daripada kata begitu singkat

Surabaya, 14 Maret 2017

Namaku Dika

Namaku Dika

Pria berkacamata
Jalan kaki menemui gebetan
Serupa judul buku menyerupai binatang
Bergembala dengan cerita
Alusinasi alam mimpi
Merendamkan kota
Lalu diremuk padi

Serupa seribu burung bangau
Dari kertas lipat
Membuah senyum
Reda hati yang tangis
Diintip layar laptop
Mengetik ulang jika kata yang terbuang
Tiba-tiba pergi sambil mengkhayal alam
Tiada satupun yang setapa dengan dia

8.3.2017

Air Ini Gumpalan Sungai

Air ini Gumpalan Sungai

Tiada satupun
Istimewa yang ada
Berikanlah senyum sebulir cahaya
Cinta tak mungkin datang
Purnama terselit padanya
Ku lupakan pada sepulik pustaka

7.3.2017

Surat Untuk Aida (7)

Surat Untuk Aida (7)
: Nur Aida Harahap

Ketika pagi tiba
Ia menyuruhku datang
Namun tiba di sini serasa ramai
Susah ditemui
Karena terhampiri kau dan nyawa sedati
Bukan nafsu membalas iri
Inilah dekapan terakhir
Selama empat tahun berteman

Berkedap-kedip waktu
Pergi bila tak mau bersapa
Bagaimana nasibmu?
Apakah surat tertulis hanya semacam fiktif belaka
Kau melumpuhkan kau dan lama bersujud di sini

7.3.2017

Hilang Tanpa Kemana

Hilang Tanpa Kemana

Aku sempat mencari
Berkali-kali tidak ditemukan
Mata air menangis
Terbentur kepala sendiri
Andaikan hilang dalam sekumpulan pikiran lupa
Semua ini ulah kamu

Tiada bantuan
Kian menidih keringat
Mungkin hanya sesaat
Atau menekuni telah lenyap
Gelap akan dihabiskan oleh matahari
Tiada tanggal yang lewat

7.3.2017

Detik-Detik Menyesal

Detik-Detik Menyesal
: Ratna Wahyu Anggraini

Kau tidak pernah marah
Menyesal di belakang waktu
Itulah jalan penuh mengesut
Mula-mula matahari hitam
Dihantam oleh kamu
Maafkan aku
Kau akan sendiri di sana
Nanti menyesal akan datang

Badai hitam
Membalas dendam untukmu
Masuklah penuh kegerahan
Tiada lagi tawa
Dan menodai nasibmu

7.3.2017

Kau dan Dua Pelaku

Kau dan Dua Pelaku
: Agustha Ningrum

Jangan merasa senang
Dimanakah kau berada?
Mengapa kau tidak menghadiri kegiatan kita?
Atau mungkin tiada yang wakili
Dina atau Nana tertidur
Di tengah langit penuh penderitaan
Betapa darah mengulir bekas dibentur mantan
Kopi masih sisa tanpa minum sekalipun
Perempuan lemah tanpa berdaya

Itukah kau bertiga tertawa ria
Bulan terdiam tanpa keluh
Namun pamrih melendang
Inilah kau dan surat amplop yang tak sempat kirim

7.3.2017

Menabrak Jiwamu

Menabrak Jiwamu
: Asmie Sadida Moeniri

Dipasung hanyut laut gelombang
Takut malam
Dikira kumpulan wajah keriput
Pulang balik di kampung asal
Tiada satupun keluar

Hanya daun yang mendengar
Sunyi malam bersyair
Sayang jiwa menabrak
Hilang kasih dalam sepeluk pesan
Tiada abadi maka kau akan menuduk pada bulan purnama
Hanya putih menemui cahaya padanya

7.3.2017

Jangan Cemburu

Jangan Cemburu
: Bung Zayyin Achmad

Kau begitu cemas
Kaki melangkah pelan
Sambil bawa bunga yang keadaan layu
Tiada lagi jomblo yang dekati
Sangat ku penat
Bila kau terdekap padamu

Kepada Neng
Telah putus dari pendekatan hati
Wajah begitu lesu
Untuk apa memberikan hadiah
Ditambah senyuman melengkung ke bawah
Sangat teduh di tengah hening

7.3.2017

Manusia Tak Punya Uang

Manusia Tak Punya Uang

Begitu hambur dengan harta
Habislah uang untuk kebutuhan
Hapus segala kesenangan
Beban dana menunggumu
Andaikan gerai hampa
Tidak ada hari yang menanti

Bukan hanya sentimensi pikiran
Inilah melempuh tanda sakral
Tiada pastinya mengumpar jari
Bersih terhadap hari begitu lempitan sajadah hanya padanya tersurat pada aliranmu
Akhir dari seumpat senja

13.3.2017

Selamat Jalan Ujian Sekolah

Selamat Jalan Ujian Sekolah

Inilah soal kami
Telah mengerjakan semuanya
Hanya pintar yang tekuni
Menyusahkan banyak pertanyaan
Dari semua materi yang didatangkan
Cepat mengeluh dan dikikis kelam
Selamat tinggal pelajaran yang diujikan

Terhampar di kemudian hari
Kini beralih ke jenjang tinggi
Sekarang hanya handalkan kertas
Dan bolpoin yang tersisa

Surabaya, 13 Maret 2017

Seminggu Tak Menulis

Seminggu Tak Menulis

Minggu ini sangat buntu
Setelah fikiran melayang ke sana
Mengeja wanita yang terlembur
Sungguh empati pena ditinggal
Terdapat pentas waktu tak sempat jalani
Sungkan tanpa bukti
Bukan saja melalaikan kamu
Hanya terhembus sepanjang hidupku
Tentu bukan cara terbaik
Hanya meminta padaku

Sepucuk daun
Bangkitlah kembali
Sesudah ketajaman akan henti
Melayang pena pada lembaran
Tiada ide yang tidur di sana
Kini dan nanti

Surabaya, 13 Maret 2017

Tutup Pintu Sosial Media

Tutup Pintu Sosial Media

Saat ini ujian telah menanti
Artinya tak bisa bersama lagi
Seperti gumpalan masa kini
Catatan akan terbuka

Ingatlah bahwa sosial media adalah kutukanmu
Tutup pintu iblismu
Malas di tengah wajah layar
Reduplah sunyi
merangkap bunyi
Terhembus mata tanpa mengitip rahasiamu dan kau hentikan dosa
Dan segera direnung dalam segelap asa

Surabaya, 5.3.2017

Minta Ampun

Minta Ampun

Bolak-balik membelakangi fikiran
Kejahatan masih diancam nyawa
Ambillah air dalam wajah
Bersujud syukur padamu
Berempati dalam kebaikan
Satu kata yang memikat pada seseorang
Tanpa memanjakan aku dan tuhan

5.3.2017

Santun Berucap

Santun Berucap

Berteriak orang lain
Kemudian diingatkan
Betapa sopan santun
Melanggar landasan syari
Melirik syirik

Dosa selalu datang
Membentak tuhan
Menghanyut hati tersurut
Biasa berdebat
Obatilah dengan sujud
Bersihkan hati dengan berdoa
Jaga Hati
Jaga Lisan
Jaga sopan santun
Jaga iman
Ampuni dosa kami

Surabaya, 5 Maret 2017

Sulap Misteri

Sulap Misteri

Bergeming bait-bait di perut boneka
Alasan mengilir nyawa yang di incar
Selalu mengutuk mantra
Andaikan hantu berkeliaran
Lalu menancapkan kamu
Begitu rasanya luka mulai parah
Racun akan mengendap-endap
Hingga mati tanpa datang lagi luka begitu perih

5.3.2017

Pulau Hantu

Pulau Hantu

Pulau sepi dan hening
Di sana terdapat pohon keramat
Serupa kubur melayang di sana
Tradisi kematian
Lalu hendak menghantui seluruh wilayah pulau
Ketika hendak berkunjung
Tujuan untuk berpesta

Sayang kesenangan berujung nyawa
Hendak menggusur luka
Jeritan yang begitu histeris
Bela hantu walau tak bisa matikan
Ini nasibmu mengunjang ambisimu
Dan tak sanggup menikmati suasana misteri
Jika mati terdampar di sana
Selamanya

Surabaya, 5 Maret 2017

Tidak Begitu Yakin

Tidak Begitu Yakin

Kini menjelang hari esok
Masih banyak beban menguras jenuh
Dia mengira dirinya rapuh
Tiada satu untukmu
Engkaulah hawa ini melebat dengan sepenat nafsu
Pelajaran begitu pelajari semua

Artinya dua belas jam
Tanpa memegang apapun
Kecuali hendak ujian sekolah
Akhirnya terpaksa fikiranku kasih mempelai manusia
Tiada untukmu dan tiada pilihan

Surabaya, 5 Maret 2017

Api Padam Tak Kunjung Sembuh

Api Padam Tak Kunjung Sembuh

Disana api mengobor rumah toko
Ayam jago merah disembur api tanpa terkecuali
Kecuali hati yang dibakar
Berlari di tempat aman
Hilang harta habis dilenyap perdagangan
Tidak yakin sistem kolonial

Kau tertidur
Hanya mimpi dengan api
Tanpa genting mengalir kisah
Inilah darah berpadam darimu
Daripada getah kening terlalap api
Musuh terbesar adalah liang api begitu melelap seluruh penjuru alam

14.3.2017

Dekapan Perempuan Purnama

Dekapan Perempuan Purnama

Tubuh penuh berseturu pada aurat
Begitu air tersisa di wajah
Menjatuh daun yang lebar-lebar dari luar jendela
Kemeja tak sempat dikenakan
Kerudung ditinggal tanpa tersisa
Sebelum memori terhapus

Penuh beku bila lemari kosong
Gadis diam di kamar
Penuh menangis sedu
Tidak sempat ketika lembar ditulis sebuah bait
Berkat purnama akan menemani sepanjang masa
Dimensi tak terarah cahaya
Hanya langit kosong tanpa menyentuh arah siapapun

15.3.2017

Saturday 11 March 2017

Hapuslah Ingatan Lama

Hapuslah Ingatan Lama

Selama ini
Mantra mulai dirujuk
Memori telah tumpuk
Bagaikan sampah
Berserahkan dimana-mana
Namun kumpulan dosa telah banyak

Inilah mulai menghapus ingatan lama
Bagaikan lembaran bekas darah
Dunia diawali dengan nol
Buang data ditempatnya
Melainkan sisi akan berbeda
Dunia akan akhir
Bila manusia telah wafat

Surabaya, 11 Maret 2017

Saturday 4 March 2017

Pujian

Pujian

Mendengarkan syair di larik laut berambang
Bertepi pada melodi suara
Bersetapa dengan fajar melintikmu
Kemudian bergeming di rentetan kata-kata
Sambil burung datang secara bersama
Dukungan untuk semua
Tiada sempat menit berputar

Inginlah kau dan cantikmu
Serupa putih berbinar-binar memetik bunga mawar
Kemudian mendarat di tembok china
Betapa kau dan hening jiwaku
Sangguplah dalam dekapan manismu
Berbuah hingga manja
Bermain bersama tanpa boneka
Merintih di keping langit purnama
Tanpa harus pergi
Hanya kembali padamu
Amanah mengasah jernih
Pesan tak terlupakan oleh dia

Surabaya, 3 Maret 2017

Dekapan Seriosa

Dekapan Seriosa
: Putri Ayu Silaen

Suara merdu
Bagaikan tidur yang tenang
Hening berderai nafas
Serupa tunas tumbuh seperti kabut dingin
Membentengi hujan sambil bersuara yang indah
Puisi tak lepas dari lirik lagu

Betapa kau hanya diksi harum
Merendam kau dan aku
Bukan cinta
Namun musuhmu adalah kau
Bernada datar
Tengah begitu berlengser
Tak sanggup pula aliran terus menguncang angkasa
Masa depan hanya mengilir samudra surga

Surabaya, 2 Maret 2017

Salah Istri

Salah Istri

Kamu hendak membongkar
Seperti larutan yang dipekat atas pendirian
Salah dalam bertingkah
Kasih sayang tak tentu benar
Pasung jiwa digerai malam
Siasat agama tak betul faham

Kau seperti wanita yang malu
Begitu lemah serta tipu daya
Samping nyawa anak dan keluargamu
Begitu menghirup asap rokok
Kamu mati dan kalian masih ada
Hanya tuhan yang telah dijanjikan
Ibu tak sanggup meraup muka

Sepertinya malam penuh tersirat
Maafkan kau namun tak lagi menerima balas
Hanya engkaulah yang terpelainya

Surabaya, 2 Maret 2017

Ketika Melukai Anak

Ketika Melukai Anak

Saat balita tersandung
Ayah khawatir terhadap mereka
Betapa anak usia SD telah bingung
Sekali-kali tidak!
Pasti tiada pilihan
Dendam membengkam wajah tua
Lalu dibentak pada anaknya

"Hey kamu tolong malah kau seenaknya" kata Ayah bentak pada anaknya
"...." kata anak terlalu gugup
"Kamu sudah keterlaluan. Balita sudah terima kasih namun otakmu semakin tidak peduli" balas Ayah cepat-cepat dibentur mulut anaknya
Begitu menonjol mulut anak ia mulai berdarah
Dan hampir menangis
Bagaikan bunga melayu dalam menit sekejap
Tangisan tanpa henti seperti pula dengan anak sd
Malu melihat siksa orang tua
Setelah mimpi membesungi jiwa mainan
Orang tua tak benar ketika kasih sayang

Sungguh tak bisa berdaya
Bergubuk siang pada udara
Mendinginkan hati yang resah
Masukan dalam segelap masa

Surabaya, 2 Maret 2017

Perempuan Jawa

Perempuan Jawa

Berlatar belakang tentang keturunan ningrat
Mengenakan batik sebagai rok bagi perempuan
Di bawa menuju keraton
Sultan merantau selintas agama
Membaca mantra dari kitab jawa
Nenek moyang mengharumi melati

Lambaikan tangan
Mengenang aksara jawa
Bukan leher yang ditali
Pantas mantra akan mengutuk dirimu
Berikanlah kepercayaan
Tanpa peduli dengan amal
Hanya dosa terpintal kepada kau

Surabaya, 1 Maret 2017

Pahit

Pahit

Andaikan diri memeras jahe
Rasanya begitu pahit
Sama dengan kerut
Memakan buah yang sudah basi
Betapa cerita susah faham
Lidah lagi kering
Memusar senja

Rentang akar begitu kering
Begitu pula tanah yang retak
Dinding-dinding meroboh
Hingga lubang tersumbat mati
Racun tak bisa sembuh
Namun tidak yakin dengan dia
Serujuk campak
Melekat di papan putih
Bukan sekadar jerawat
Melainkan sumpah demi dosa

1.3.2017

Bahasa Perempuan

Bahasa Perempuan
: Kak Ibe Islami

Seperti gerakan berisyarat
Wajah mirip dengan lelaki berbadan tinggi
Melangkah sambil berdiam diri
Bukan hanya cerita
Tapi bayangan selalu mendekap dalam akal
Hatimu selalu terpintang
Berkalbu dalam lintas bahagia

Tiada satu kata
Hanya kau telah percaya padamu

Surabaya, 27 Februari 2017

Pahit

Pahit

Andaikan diri memeras jahe
Rasanya begitu pahit
Sama dengan kerut
Memakan buah yang sudah basi
Betapa cerita susah faham
Lidah lagi kering
Memusar senja

Rentang akar begitu kering
Begitu pula tanah yang retak
Dinding-dinding meroboh
Hingga lubang tersumbat mati
Racun tak bisa sembuh
Namun tidak yakin dengan dia
Serujuk campak
Melekat di papan putih
Bukan sekadar jerawat
Melainkan sumpah demi dosa

1.3.2017

Wednesday 1 March 2017

Tidur di Atas Kasur

Tidur di Atas Kasur

Malam semakin lelap
Tak bisa menutup mata
Menguguh badan di hadapan langit
Seperti langin menyelam di ujung awan
Sepatah kalimat tak terucap
Andaikan suara kereta api lewati
Suduh kopi di ruang yang berbeda

Begitu kau tiada
Maka kau sulit diberdaya
Merujuk angin segar
Saat pagi mengerdu nyanyian sepi
Tidak berdaya lagi
Memungkinkan kau
Hanya sepertimu ku ulur tali
Temani makan pagi di sana
Tiada lenyap hari berputar
Bermigrasi sepanjang bait
Inilah kau memikat serdang tanpa ruang

Pasuruan, 26.2.2017

Zayyin dan Vina

Zayyin Dan Vina (II)
: Bung Zayyin Achmad

Ketika kau akrab
Tak tahu betapa seruput kopi menyangkut mulut
Terima kasih hati tersayang
Karena rindu tak lepas kenangan
Memilihku untuk bersamamu
Daripada Vina terbuang hari di sana
Andaikan wayang bermain pada saat purnama

Padang Bulan
Bercerita di negeri orang
Seperti masa emas menyangkutmu
Membuburi suap makanan
Berdua pasti melengkapi
Inilah ceria
Daripada berkeping lagi
Dengan beban Vina
Vina tak tahu entah kemana alamatmu?
Zayyin kau telah berakrab di dekapan purnama

Pasuruan, 25.2.2017

Zayyin dan Vina (I)

Zayyin Dan Vina (I)
: Hervina Putri

Gadisku telah mengincar
Betapa ragu engkau berbicara
Malu tersiup mata memandang
Cerita tentang prestasi
Atau keping koin tanpa berhamburan
Gadis mungil telah pergi
Meski tak sapa
Harapan dalam sebuah pesan

Nanti tertinggal hari
Yang tangkuban perahu melayar di lautan syair
Tidak pintar puisi
Atau tidak pintar sastra
Kediri telah kembali
Dimanakah kau saat ini?
Inikah kau berjumpa namun tak bisa bersyahdu

Betapa tidak enak di hati
Perasaan kurang mengintip
Membujuk buta di besarkan kepala
Berlembur sombong
Diriku terkelang fajar pagi
Sampai hilang entah dimana

Pasuruan, 25.2.2017

Kopi

Kopi
: Bung Zayyin Achmad

Menyeruput kopi hangat
Tiada hubungan dengan uang
Engkau sejuk dingin
Lalu bersigap di tepi ini
Meneduh panas di suhu dingin
Hati mencemaskan
Fikirku berpadi di keping bait

Entah memaksa
Inilah terbengkalai dengan canda tawa
Bersama tanpa bertutur sopan
Sedang santai sejuk padi di gapaian hari itu
Kemudian kau daripada seruput kopi baru
Kau tahu perut akan hangus
Seperti api terbakar
Hingga sakit lambung berdentum
Sampai kau mengasah lupa

Pasuruan, 25.2.2017

Ketika Zayyin Tiada

Ketika Zayyin Tiada
: Bung Zayyin Achmad

Ketika kau pergi
Tinggalkan kamu di kamar
Ia tinggal di samping ruang
Menghanyutkan bahagia
Dalam secangkir kopi
Aku tak suka kopi hitam
Membuat gelap buta

Betapa kau tiada
Maka berziarah
Meski bayangan telah meredam waktu
Hendak berdoa dalam hati
Tersiung di peluk badan
Bau tak bisa lepas merayu
Kini merujuk pada senapan lisan
Tangan merenggam erat
Hingga lemah tak berdaya

Pasuruan, 25.2.2017

Satu Dekade (II)

Satu Dekade (II)
: Generasi Sahabat Akrab

Ketika bergenggam tangan
Menunduk sambil renungi sahabat
Salah satu kenangan yang kau dapat
Adalah
Dhenta
Sahabat terbaik sepanjang masa
Bagaikan berjalan penuh canda tawa
Selalu pura-pura memanggilku kingkong

Robby
Pria itu andaikan dendam di setiap emosi merangkai tandus
Lagi kehilangan kau beribu hari kemudian

Vina
Sahabat terhilang entah dimana
Gadis mungil menguntai emas
Selalu bercerita tapi tertutup
Sejak hilang dari sini
Dimanakah kau pergi?

Mia
Gadis tak bisa melepas sahabat semanis mentari
Setiap engkau bersapa
Jadi melingkarkan dentuman air
Menyajuk angin bersadu rapi
Merekat di satu rentang waktu yang sama

Tary Can
Terima kasih memetik bunga
Sepucuk cerita lalu sedikit tak jelas berbicara
Namun pergi tanpa memikirkan kamu
Beruang menjemputmu di sana
Semenjak pergi tanpa izin bercerita
Hanya satu yang selalu terpendam
Meringgihku penuh terkuras angin bercampur tenaga
Lepaslah genggaman tangan

Thoriq
Pria sejuk memikat sejuta kata
Ku bisa meringkas dialog penuh senyum memahit
Tiada bersapa maka tiada berkemang-kemang daun
Memosisikan kau berdua
Kiranya melukiskan pergi dengan berdua
Berdandan hingga terlepas tiga tahun

Yuni
Sahabat sejati
Berkeping kemeja biru
Berjalan kaki memintaku nomor telepon
Jadi mengemas dalam satu prosa
Penuh singkat namun lama mengajuk petir

Ratna
Saat bertemu di Rumah Sakit
Selalu menerima bahagia
Ia hanya merendam amarah
Meretak kertas berbentuk kupu-kupu
Tidak berfikir panjang
Hanya pertanyaan yang tidak jelas di hati
Adalah "Apa maksudmu?"
Berpalang jawab penuh dengar
Menyakini dingin
Harapan dipegang bintang
Itulah yang pergi
Akuilah kau terpucuk daun teh
Mengikisku senyum mentari

Zayyin Achmad
Sahabat setia
Aku pura-pura meminum kopi
Tidak suka hitam
Tiba-tiba kau mengharmoniskanmu
Menyalir di sinar kalbu
Jelek atau tidak
Menatap jadi satu genggamanmu
Kecilku memaniskan kopi
Malam kau mengulik sepenah sungai
Fajar menjemputmu tahajud

Bagaimana dengan mahasiswa?
Suatu saat akan menemani setiap kita menemani
Menulis sebagai menghibur dan menemani
Berimbang manfaat untukmu
Ibarat kau memahat di senja
Berperanku bukan sakit angkuh berderu kaku
Tunggu bait-bait berikutnya

Pasuruan, 25.2.2017

Satu Dekade

Satu Dekade

Sepuluh tahun lepas
Memiliki rasa tertekan
Tidak punya pilihan
Memikirkan sesuatu
Ibaratnya urat menjadi rahasia

Larilah di dekapan kegelapan
Akulah bersaksi
Bahwa setiap kau menendang hari
Kau yang di incar
Adalah musuh yang tak pernah nampak
Di usil menangis
Di jail saling membentak
Aku dan satu dekade
Semua jadi satu

25.2.2017

Pemuda Pulang Kampung walau Orang Tua Tiada

Pemuda itu berjalan, langkahnya berat dan lesu, Di kota besar, dia mencari pekerjaan, namun tak kunjung berhasil, Hatinya penuh kekecewaan, ...