Wednesday 28 February 2018

Rindu Jombang

Berkali-kali memanggil namaku
Tersumbu dalam dekapan tuhan rela mengabadi aku
Selumbung rindu sambil memuji namamu
Seraya mengalir hembusan pagi begitu diselimuti sunyi
Rela mengorbankan jiwa demi berkuasa lalu berlalu pintu kota
Mengisikan tebaran pesona sambil mendekati tidurmu
Mengisikan tebaran nasihat sembari mencicipi kembali
Mengusap muka mengaliri kesejukan
Segar membumikan doa untuk almarhum
Suatu saat mengisi derap mengikis namamu
Jangan ternoda masa kelam

Surabaya, 2018

Rindu Tuban

Bumi wali meneteskan air mata demi mengupas dzikir
Dari angka menghampiri ujian kehidupan menghempas emosi
Tak semua menjadi beban bagi pemerataan bagi kalangan
Masyarakat Tuban akan merindukan sebuah dambaan
Tuhan, mengores tinta yang diselimuti waktu ke waktu
Lalu lalang menumbuhkan senyapan sendiri
Sambil mengurai catatan demi catatan tentang malam agung
Tiba saatnya akan menerbitkan matahari
Lalu ia kerap mengalir cerita begitu senyap
Suatu saat membaca akan mengudara di hati
Gempita selalu bergempur dunia
Umatku mencintaimu

Surabaya, 2018

Rindu Pamekasan

Ku lupakan seumur hidupku
Begitu belulang mengujur bandung di balik cerita
Menggores kalbu ditelusuri waktu ke waktu
Ingatanku tentang budaya
Seraya mengumam sembari keliling rindu
Suatu pancaran yang tak terlupakan oleh pagi cerah
Menghapus memori
Lalu kemudian menyeimbangkan kehidupan penuh menderita
Lumpuhkanlah ingatanku,
Tentang mereka yang menewaskan akibat pembalasan
Bagaimana lagi Pamekasan menyimpan sebuah makna merah
Mengikis kian benang mengalir kalbu
Sepulang dari sini akan menemukan jawabannya

Surabaya, 2018

Rindu Blitar

Kota kecil menduduki Bung Karno
Menghempas pada tepian hening sambil menaiki Candi Penataran
Mengudara nafas sejarah ditelusuri setiap mengulur doa
Kalbu terhempas pada kian berwisata
Melewati kabupaten melalui jalan tak setapak
Alamiah mengemuruh sambil meneteskan dening sepanjang waktu
Tergemuruh sepanjang waktu mengakrabi sunyi
Mendengar sepanjang hayat mengakrabi waktu
Mendengar suara terbendung mengumandangkan syair
Mendengar heningan kian menepi di ujung waktu
Di kunjung purnama akan kembali melewati malang begitu padat
Aktivitas akan kembali seperti biasa
Seakan-akan membiasakan waktu ke waktu

Surabaya, 2018

Rindu Bangkalan

Menghabiskan waktu menuju ke kampus Trunojoyo
Ternyata ditengah kesepian kian berjalan penuh berhati-hati
Ingatlah bahwa kehadiranmu tuhan akan merelakan dia
Bangkalan, mengudara sebuah syair sambil mengiringi shalawat
Lantas pedulikah menghampiri malam seuntai benang rindu
Luangkan percayamu sambil menggelapkan kalbumu
Catatan demi catatan akan selalu menepis dimatamu
Akan menjumpai lagi bila ada saatnya

Surabaya, 2018

Rindu Malang

Tiga kali berjelaga di kota biru
Lihat sebuah kenangan menetes perjalanan
Serasa pagi menuju kedinginan dibawah kabut alami
Mendalami Lawang sebagai pintu masuk kota Malang
Mencatat pena dielus keramaian begitu padat

Menerbitkan sajak ringan dihembus
sepanjang angin bergeluyur waktu ke waktu
Tak terasa membedah zaman begitu mengudara pada pagi cerah
Sekadar memahat benang putih seperti menikmati santai
Duduk segar sambil bertepi pada kian sunyi
Suatu saat akan menyejukkan kembali setelah tiga tahun berpeluk di sini
Apel akan selalu membawamu

Malang, 2018

Bermalam Seram Di Dalam Kereta

Kereta api di tengah perjalanan malam
Seraya mengudara nafas kegelapan
Lampu semula menyala langsung mati seketika
Terasa suara hantu telah menyebar penumpang
Tiba-tiba mencekik penumpang
Permainan dimulai

Berlarian pada sekitar gerbong kereta
Tidak ada jalan keluar, melainkan sudah berbaring seusai tubuh terluka
Tersabut kematian akan menimpanya
Takdir habislah sudah

Surabaya, 2018

Monday 26 February 2018

Bermalam Seram Di Dalam Kereta

Kereta api di tengah perjalanan malam
Seraya mengudara nafas kegelapan
Lampu semula menyala langsung mati seketika
Terasa suara hantu telah menyebar penumpang
Tiba-tiba mencekik penumpang
Permainan dimulai

Berlarian pada sekitar gerbong kereta
Tidak ada jalan keluar, melainkan sudah berbaring seusai tubuh terluka
Tersabut kematian akan menimpanya
Takdir habislah sudah

Surabaya, 2018

Selamat Berjumpa Lagi Solo

Malam berlarut lenyap
Lelap menderai pelukan di rumah Afifah Afra
Mencicipi istirahat sehabis menuntut ilmu di kampus Surakarta
Duduk bersilang lalu mendiami tatapan indah
Menyirami kebersamaan sambil menikmati cemilan
Menikmati santapan malam sebelum akhiri perjalanan di Solo
Nikmatnya perjalanan yang tergelus waktu
Mengening perpisahan tetapi balita menangis
Indahnya mengarungi foto bersama
Terima kasih untuk Solo
Yang telah menginap di asrama Masjid
Sampai jalan kaki bernilai barokah
Manfaat akan tercatat dalam sebuah sajak kecil
Solo kota Batik

Solo, 2018

Sunday 25 February 2018

Kontradiktif Lisan tentang Komandan Mahasiswa

Mentang-mentang menjabat di luar kota pahlawan
Di luar dugaan hanya masyarakat berani melawan
Benang merah menunggu penantian
Lisan seraya berkobar rusuh di hadapan manusia
Hadapan hukum yang melumrah kasus pencabulan
Di hadapan ribuan orang
Walau tak pecus, segera mundur dari kursi jabatan
Ku pikir mengait akademis atau menjerat hukum
Sudah saat menanti masa kelam

Telah berkali melimpahkan kasus
Menjemput perkara melimpahkan setara meratap hukum
Berpandang oleh waktu tak semua mengabadikan perkara
Bukankah ia merajut semboyan padamu
Setara merintis direntang oleh waktu
Kelinci dan kursi daun akan memperkarakan pelimpahan sengsara
Jangan meninggalkanku lagi
Tiada yang menjaga toleransi di depan mahasiswa
Jawablah sendiri, aku sedang mengurung di penjara

Surabaya, 2018

Menjelang Safari di Kota Solo

Sudah membayang-bayang di bilik jawa
Mempelai sedih lalu disembuhkan melalui terapi jalan-jalan
Tersirna pena menjumpai kota
Siapa pun yang memeluk pagi akan dicerahkan oleh pandangan pertama
Dengan safari direla berbedebah oleh waktu
Ketika hadirkan olehmu
Ajarkan sampai terbenam oleh matahari
Suatu saat akan bersembuh di kemudian hari

Surabaya, 2018

Aku Membius Pagi

Jika sulit tidur terhempas diam
Jika terpendam oleh mimpi akan dihembus dari waktu ke waktu

Bila menjemput mentari
Menerjang gelombang begitu tersenyam
Belalu diserpang badai hitam
Menyambar mulia di simpang siur
Memanjatkan bulan yang tersimpuh rapuh
Malaikat membius zaman

Sragen, 2018

Balada Sunyi

Dikutuk angin membelah cinta
Mempelai kursi panas dihabis rayap senja
Sungguh membelenggu bulan purnama

Rendaman api disembur sunyi
Sepi menginjak tanah secara beramai-ramai
Andaikan maut diterka ketepian
Andaikan langit merah menguncang sakaratul maut
Suatu saat neraka diseuntai benang kematian

Surabaya, 2018

Mengakhiri Perjumpaan di Kota Solo

Tak terasa wisata budaya
Kadang merindukan dari wajah manis telah dipertemukan
Menghiasi perjumpaan penuh dihempas pendam
Sepanjang hayat akan ditemukan oleh senandung surga
Dimana digerai olehmu

Disinilah siang telah berakhir
Berjalan dulu sebelum pulang di kota pahlawan

Solo...
Bertabur ilahi bagai di pelai nafas
Bersama sahabat mencatat ringkasan dari pertemuan hari ini
Belulang bergempar pawai agung
Bersua menuju oleh-oleh batik

Solo...
Mencintai padamu
Sampai berjumpa di kemudian hari

Solo, 2018

Melawan Keramaian

Duduk ditengah keramaian
Sembari menikmat perikatan panjang di suluh dunia
Tak sebanding menyelepuh waktu tersimpang hampa
Sungguh menunggang panjang
Berderih lantas dipaguh sekian tahun
Serempak pada embun kalbu
Biasanya tertimpah malam diusung ramai lalang
Persimpuhan keluar dari tempat
Seraya mencicipi malam sangat sunyi
Tertimpa selirih air dihambur sepi
Serimba kegerahan lalu pulang terlalu cemburu
Menyelusuri gelombang sambil berbaring mimpi

Esok serempang surya
Fajar terjaga dari malam hingga subuh datang
Merimpang digayuh silih bersuluh padu
Ketika bangun pagi akan terbebas dari keramaian

Surabaya, 2018

Merangkit Tidur Empuk sambil Terderai Kaki Di Penjuru Langit Tujuh Warna

Menjelang tua dilihat wajah keriput
Tak terasa mewarnai sesat
Langsung ditawari malam kemudian tidur mengidap mimpi
Jejak kaki tidak berada di dunia nyata
Melainkan langkah kaki diselimuti langit tujuh
Sepanjang waktu dilewati rintangan
Merangkak ke sana sembari bertemu pendamping pelangi
Apa yang telah dilakukan itu tertimpa langit seperti tujuh tangga menuju pintu surga
Malaikat menjaga seribu personil

Menduduki singaparna dijelajahi kebahagiaan
Menikmati kisah yang melamun di wajah
Serpihan dendam dirajut asa
Kepingan luka habis menusuk terang
Terdiam mengguyur hujan dari jendela
Nafsu terpendam pasrah pada tuhan
Hilang karena lupa segala keadaan

Sekian warna memaknai setiap penjuru tujuh warna
Kian menepi sedari menggendong balita sejak lahir
Sayang tak terlewatkan akan memetik separuh rindu
Bangun tidur akan terasa sadar
Kunci mimpi telah bertemu
Keluar dari pantai akan terasa bahagia

Surabaya, 2018

Sunday 18 February 2018

Pamekasan, Rindu Padamu

Menceloteh perjalanan
Sepiring malam ditemani momentum
Dihempas kenangan seraya memeluk kemenangan
Sementara membalik seisi masa lalu
Semenjak tidur terpulas

Bahkan tergerimis oleh waktu
Mungkin tak memungkinkan
Bahwa semudah yang dijalani saat ini
Menakdirkan kenangan membawa malapetaka

Probolinggo, 2018

Apa yang Telah Dilakukan Jika Tangisan Air Mata terus menerus Tanpa Henti

Apa yang telah disalahkan
Balita satu ini meneteskan air mata
Semata mempeka ujung kalbu di sela-sela menggores pena
Kasihkan walau jerit memeras kesakitan
Mengais sedih meski dipedulikan kepada kegeraman akan membulatkan jadi sisa manja
Serangkaian senja terpenak oleh sejuta manismu
Tak terpajang jika melemahkanmu selalu
Menutup senyum dipergelatan kabut dingin

Malam digeluyur api entah dijemput waktunya
Seraya memeraskan lemah tanpa berdaya
Diperteli selembar kertas
Lemah tanpa berdaya
Memori bolak balik hilang
Entah kemana dibongkar kesedihan yang amat dalam

Probolinggo, 2018

Sebelum Menduduki Bangku Kuliah pada Semester Genap

Satu bulan setengah hari belum berakhir
Masih banyak perjalanan yang dapat mengerabut jerami
Dikenal dengan kota sejajar
Duduk menunggu waktu yang tepat
Menghadapi mata kuliah begitu memberatkan
Zaman dahulu, mengubah kenangan malah diserobong kepada arah barat
Serumpun asa dijiwai pikiran logis
Dipencet seperempat waktu
Tinggal melekat mimpi diceloteh
Batang moral mengerumun bayang bayang hitam

Kembali lah di bangku kuliah
Permai cahaya terselembung oleh gegabah kereta melalui setuang susu
Kembali menuliskan pena setelah libur panjang
Sudah membulur jalur semata wayang
Di gerai sepanjang hayatmu
Menelayan pada tepian samudra
Menatap dosen selalu mengakuhkanmu
Suatu nanti akan tersimpun oleh waktu ke waktu

Probolinggo, 2018

Kasus Hukum Semakin Ketat

Jeruji ditumpuk oleh penghuni kasus
Diantara tingkatan agak ringan dan berat
Sudah menjerat kasus korupsi
Rutan telah merampung masa hukuman
Meramu lesu berderai amat seram
Serasa membuang asa

Serasa tak pekat terhadap keadaan
Mungkin pulang akan terasa kecewa
Dibekukan ke dalam kepayahan
Entah memesut seendap satir
Diembun melalui sebuah keredupan asa
Menjerit entah dipelik bebas
Jika pergi akan tersaluh pada sesama pena

Probolinggo, 2018

Menginap Senja Di Rumah Cahaya

Mendiami rumah cahaya
Sempat membaca buku sambil dilatih keheningan semata
Mengerucut ke embun nafas pena
Mengilir senja cahaya entah memandukan antara dikejar pelukan dengan kecintaan
Menyerai ibu dititipkan pada segala menetap tulisan
Tanpa pesan selalu mengecewakan

Semetik gelembung dipancar oleh semiliyar gersang
Mengganjakan kesembuhan didoakan oleh selayang rindu
Belum terserai pada daun daun dilayang langit sedemak
Kelas direntangkan kepada senyapan-senyapan asa
Itu diserak panama
Mengerumun sebutir marmut merah jambu
Sebutir februari menuju minggu akhir
Semoga kembali di bangku kuliah

Probolinggo, 2018

Menulis Sajak Sunyi di Kota Probolinggo

Minggu pagi dihempas udara segar
Diawali kabut terlalu dingin hingga mengigil
Bangun tidur teruntai sunyi sambil membalut kediaman
Sambil menyeruput kopi hangat
Mengusar pelita diujung padam
Tergerusut pada selipan panjatan malam
Membaca ayat di kerumun oleh pancaran awan
Mengudara sunyi dihempas kenangan
Sepanjang sunyi sepenak oleh pancaran udara segar
Jika merasa dibedebah oleh malam sejuk diendap cinta semati
Semayam tanah dikuburkan
Diremuk melalui sajak sederhana
Persembahkan untuk hari begitu mencerahkan
Saat mengumpar darat digempita oleh serumpun keningan hayat
Digersang ujung timur akan menerbitkan matahari cerah
Melangkah tanpa kenal lelah

Probolinggo, 2018

Wednesday 14 February 2018

Nasib Tenaga Kerja Di Luar Negeri

Apa kabar para tenaga kerja?
Kian lama pahitnya mengelimut pertahanan
Apa-apa hidup memang bekerja untuk menafkahi keluarga
Membutuhkan gaji yang kian untuk makan minum

Tidak layak peduli kasih kegeraman di tanah air
Tersyiarkan melalui genggamanmu
Memang harus melekatkan panjat syukur
Jangan meninggalkan segala perendaman kasih kepada orang tua
Jalankan dan nikmati sepenuh hati

Ternyata di penghujung duka
Habis dikeroyok majikan
Mengampuni penuh berat
Masih merenggang tangan
Berjumpa lagi di surga

Surabaya, 2018

Mendengarkan Berita Bencana Longsor di Sukabumi-Bogor

Seharusnya jalan penuh mengempul tanah terlalu runtuh
Seusai hujan lebat melanda bogor
Dipersembahkan
Sebuah duka merambat jembatan yang telah diruntuhkan
Mendengarkan berita bencana longsor sepanjang Sukabumi-Bogor
Tak tahan tanah berkelabah air
Mengores sedemikian rupa
Tiada rasanya kasihan menimpa dia
Selamat tinggal sementara
Suatu saat akan berjumpa lagi setelah membersihkan tanah lekas tanah longsor

Surabaya, 2018

Mencabut Aturan Baru

Tidak disepakati atas peraturan yang sudah terbentuk
Tanpa layak diterapkan akibat melalaikan pikiranmu
Terpungkam di sela-sela aturan
Mungkin dipelihara terpadam oleh waktu
Lantas dialirkan kepada pria setia
Habis didatangkan oleh suatu suasana misteri
Cepat dimakan oleh beban
Cabutlah perizinan sehingga ditimbali sesaat
Suatu nanti akan dikembalikan oleh padang bulu

Surabaya, 2018

Melamun di Rumah menyambut Angin Kencang

Kembali ke rumah disambut hangat setelah bekerja seharian
Serupa melamun entah dipikirkan apa yang telah dituangkan
Menemani secangkir kopi hangat
Esok hari mulai menyegarkan nafas sejuk
Padang bulan menyusuri purnama
Nantikan kabar dari sebuah pertemuan
Sampai jumpa di esok yang kian cerah

Surabaya, 2018

Menyelami Samudra Rindu

Lalu lalang mendiami pantai
Serasa menyelami samudra rindu
Melekatkan cinta begitu lekat
Rekaman masa lalu meneteskan kenangan
Mungkin memburu pujaan hati
Sehingga membara di atas ufuk malam
Kembali terlalu jauh
Terasa lelah memakan nafsu dan merayu diksi
Jadi tiada mendalami pantai sepi itu
Esok hari akan berkunjung lagi

Surabaya, 2018

Diam tanpa Nongkrong Santai

Tak sua bergelap sedikit bertepi
Mengerami langit hitam dipersembahkan untukmu
Sebuah persembahan tak luput dari kamu
Diam memanjatkan sunyi
Betapa kopi menghangatkan sendiri
Memeraskan tiap mimpi pada luar nalarku
Diam tiada yang nongkrong santai bersamaku
Kecuali malam minggu begitu ramai
Kadang memulihkan kemaluan
Kadang bersyiar melalui lirik seperti mendalami puisi
Jelma keriuhan terhadap pemadaman di ujung kalbu

Surabaya, 2018

Monday 12 February 2018

Meneteskan Butiran

Sungguh meratapi butiran kalbu begitu menyisakan perjuangan
Sesali bulir nyawa tak tertolong akibat dibunuh paksa
Sekali bunuh tetap digejorakan
Selalu menghanyutkan butiran
Terdapat penampakan yang mengais ketakutan
Tidak mungkin menyambar petir dihadapan hantu
Semestinya mendekat lalu direnggang langsung
Seketika dan diakhiri nyawa tak tertolong

Surabaya , 2018

Diagram Cinta

Dihelus perlahan sertakan muliakan
Keagungan bersigap pada tungku tuhan
Merata memanah cinta abadi
Mungkin mengerutkan kerinduan
Pastikan dipanjatkan kepada sang maha kuasa
Sebelum mengotopsi luka dibenah oleh dirimu
Pastikan meramu getih memilu hampa

Diterka seragan pikiran
Pikiranmu terselut emosi
Seakan akan merendam ambisi
Seketika tak tentu merengguh kesunyianmu selamanya

Surabaya, 2018

O, Melanda Banjir Bandang

Sungai mengemulai tanah
Tergeletak roboh pada penjuru belakang rumah
Meninggalkan ruh yang di sekitar pemukiman
Hanya mengobarkan satu pejalanan
Tanpa mempersembahkan untuk kembali selerti semua
Tertarik ujung

Surabaya, 2018

O, Polemik Manusia Tak Berilmu

Mengeruh diri tak berilmu
Semenjak mengurung pada perangkat pendapat bahwa
Gairah membelenggu sebuah pertanyaan
Sebuah jawaban tersyiar oleh pujangga
Mengalir terus pendapat yang diutarakan

Namun berpikir kritis hilang
Mengubur lupa dipenat
Ku ikuti lalu mengalir perjumpaan
Segala tanpa mereteskan airnya

Surabaya, 2018

Diorama Dianiaya

Melibatkan perempuanmu
Polemin hampir tang
Diorama dipicu perlawanan jika tidak mau menerima teguran
Saat pelajaran berlangsung
Tak semudah itu hanya mengembalikan proses hukum
Mendiagnosa pendosa ditelan darah
Gemuruh tangan meraum satu genggaman
Melainkan hati dan pikiran makin dicerahkan seumur hidup

Surabaya, 2018

Doa untuk Jasad

Mengais kematian masih mengisah antara kehidapan
Menggelar kehidupan dia
Tak sebanding itu merobohkan tubuh
Habis terjebak selama hari
Genggaman jurnalistik kembali
Alirkan pelupaan
Berdoa untuk jasad

Surabaya, 2018

Gemuruh Rawan Mengaum Bulan Purnama

Gemuruh memanjatkan daerah permukiman
Hutan merembah lalu disuguhkan malam kegelapan
Serupa hantu yang memanjatkan semesta
Seraya menorehmu selalu ditingkas semata
Rawan mengaum dilepas oleh kerumunan serigala
Ku yakini betapa menyesahkan berbagai sudut ke sudut
Dipelana seraya berbedah oleh kalanganmu
Nantinya akan memecahkan suasana
Roh akan melayangmu selalu
Seakan-akan kegeraman hampir dideraskan hujan
Seolah-olah mematikanmu selamanya

Surabaya, 2018

Berhempas Siang Melelahkan Bakda Dzuhur

Mengeluh panjang selembur kerja
Betapa memikat mengusik kalbu
Sampai ku mungkiri hempas badanmu
Memanjatkan sela-sela waktu
Penjamkan sebentar untuk bekerja
Tak bisa berbuat semaumu
Jangan menyangka rela diurung pati
Tiada satupun yang mengelupas senja
Jangan menunggu yang tepat
Sekadar jawaban pasti tersendat bersamamu
Hingga mengakhiri senja menjelang maghrib
Engkau pulang ke rumah

Surabaya, 2018

Berkerumun di Stadium

Berdiam di tepi stadiun saat menandingkan antara seseorang
Bermain bola menyundul sampai ke pintu gawang
Berlari merebut bola melintas lawan
Bersundul semau mungkin

Baru disegarkan sambil bernyanyikan lagu perjuangan
Seakan-akan memangkatkan kejuaraan
Pergi segala memburu angan
Hingga mematikan seragan

Bola masuk garis dianggap offside malah mengoyah suara rembang
Kerumun di stadium merasa kejayaan sementara
Hingga memetik kemenangan atas anugerah indonesia

Surabaya, 2018

Menikmati Keramaian Dalam Kereta Api

Tidak ada tempat duduk
Layaknya berdiri di hadapan penumpang
Menikmati suasana buruk
Mengemuruh suara kegaduhan
Anak menangis serentak kesakitan
Tertidur di dalam kereta karena sekian panjang perjalanan

Sebagian aku membaca buku di tengah berdiri berjam-jam
Berselayang diuluh senja sambil bersenggang jalan
Tiada rupanya merongga lima belas menit
Seraya berkata "Ramai begini menikmati perjalanan di tengah berdiri"
Entah ujian mandiri tanpa merombak teguran
Turun di stasiun berasa lega

Surabaya, 8 Februari 2018

Mengudarakan Realitas Milenial

Diantara mengaduh pada tahun politik
Bila mana yang merangkap setiap jabatan
Jika mengoyangkan kepala untuk menentukan kemenangan lima tahun
Siapa yang menggantikan generasi kita
Indonesia mengudara sabang sampai merauke

Mendepankan junjung kebangsaan
Mengelorakan asmara yang dipenggal
Disuguhkan sebuah pepatah
Jangan dihinggap hati secara terpisah
Sambungkan kembali masa yang meraup semboyan hidup
Menguras tenaga dipenggam masa lalu
Sampai berjumpa
Sia sia bersua lagi di kemudian hari
Milenial milik zaman sekarang

SURABAYA, 2018

Mengisahkan Kasih di Ujung Katedral

Mengulur kasih dalam dekapan tuhan
Mendoakan bagi para masyarakat ia kerap menyakiti perbuatan
Seolah-olah menjumpai segalanya
Dipadukan antara keriuhan dengan memeluk sesembahan tuhan
Masihkah dijerumuskan dalam perjanjian besar
Bahwa tuhan tidak akan mengampuni dosa bila melakukan jerat yang sekian berkala

Surabaya, 2018

Serapan Pantai

Mengelombang sepanjang hari
Sambil reduplah senja digeluyup pantai
Hanya diiringi sebagai pedomanmu
Hadir ditengah kursi diserapkan sederai suara
Senyap memukat sebuah serpihan kalimat

Mengiris pangkuan pada lembaran
Berisi tentang perpisahan melalui bahasa Madura
Siapa lagi yang menerjemahkan bacaan
Suatu saat menggantikan sementara
Dan mengajaibkan suatu goyangan kalbu
Memesonakan sesapuan dikejutkan oleh pati
Hanya saja bukan mengelorakan semesta raya
Malam mengulungkan keasmaraan diduduk oleh para kencang
Sampai jumpa dikemudian hari

Surabaya, 2018

Mengutip Berita tentang Pembuangan Bayi di Suatu Tempat Terlarang

Mengejutkan penemuan bayi yang dibuang oleh seseorang tanpa diketahui
Akibat tidak sanggup merawat dan mengisihkan kenangan
Sebentar mengasuh balita kecil sangat unyu-unyu malah berujung pergi
Memeras keganasan sembari meresat kepanjaan oleh hati dicampuraduk kesengsaraan
Sepertinya mengakhiri nasibku
Dan akan bersiang padang menjumpai di kemudian hari

Surabaya, 2018

Bayi Tidak bisa Bicara, hanya Melontarkan Bahasa Jeritan

Maklum bayi tidak bisa berbicara
Hanya melontarkan bahasa jeritan bukan memadukan Jerman
Sekadar belajar mengasumsi kata yang dipijaki olehmu
Menghadirkan paduan disuguhkan susu
Tidak mungkiri sebatas percaya itu membelakangi fakta

Seorang penduduk merawat bayi tak pacuh dikasihi
Malah sudah tergeletak di tempat lain lalu entah kemana
Pelaku juga mengakhiri nasibmu sambil menjemput jeruji
Memanaskan sengsara dilantunkan kata puruk
Kepedihan selalu mengutik malapetaka

Surabaya, 2018

Tuesday 6 February 2018

Pujangga Perempuan Di Era Milenial

Perempuan masa kini
Serasa mengubah gaya hidup yang meraih kesenangan
Pujangga perempuan meronggak estafet pena
Demi menuliskan sebuah goresan tinta
Dihasilkan sebuah kekaguman rahasia
Cinta tak kunjung padam

Merendam malam
Melusuh kelam
Milenilal menyebut masa baru
Melahirkan teknologi
Mengalirkan silam
Mengusap rindu
Dan tiada lupa segala cobaan diderah dilema
Di persembahkan untuk sajak pujangga
Merangkul impian diarungi bahagia di sisimu

Surabaya, 2018

Meninggalkan Perantau

: untuk Ayu Wahyuniar

Mengusik kerinduan
Meninggalkan perjumpaan di masa yang renggang berjalan
Kini saatnya untuk berjumpa kembali
Di masa yang akan datang
Telah belajar dari pakar sastra
Mengarang bukan kemalasan
Mengarang sekadar dikuraskan pelangi dan imajinasi tujuh warna
Didengarkan oleh awan kalbumu

Surabaya, 2018

Sasaran yang Diincar

Pikiranku terselut seseorang yang akan diincar
Salah satu petaka melempuh pencurian di salah satu tempat ia bekerja
Lagi memadamkan emosi tersumbu manja
Kekuatan paling terkuat jika dielus luka
Menantang untuk berkobar

Namun jiwa tersendap
Hapuskanlah air mata bukan saatnya meredup kanak-kanak
Sepenggal pesan dilontarkan oleh guru
Lawanlah keberanianmu dengan kemandirian begitu kokoh
Lupakan masa kemaluan
Dan saatnya bergenggam dendam
Melumpuhkan sang penjajah

Surabaya, 2018

Monday 5 February 2018

Bercuap-cuap Menampar Petugas

Semenjak orang kaya tidak menilai kebaikan
Bentuk kejahatan terserat pada wajahnya
Ia tak layak dipatut malah menampar petugas
Terdapat jeritan terbesar yang menghambat kesopanan
Sediakala ia menempuh jalur hukum

Ini terjadi pertama yang tidak menyenangkan
Memalingkan kebenaran bisa menderai seutuhnya
Dibedebah oleh sisi keutuhanmu sebagai wujud manusia
Bercuap-cuap menampar petugas yang jelas melanggar budi pekerti
Tinggal mengait sidang terhadap tabur kesedihan
Pilahkan iman pada kelengkukan pada diri
Dan masa depan

Surabaya, 2018

Teganya Guru Dianiaya Siswa Hingga Berujung Wafat

Sampang Berduka
Betapa menyayangi guru yang telah mengobarkan ilmu kepada anak didik kita
Memudarkan kekerasan yang membelenggu siswa dan guru
Ku pikir kekuasaan dibunuh oleh atasan
Ku membengkalai yang diajarkan murid adalah ahli mendidik
Malah sudah berujung nyawa pada ujung tombak
Tak habis melayang oleh waktu
Anak semuda itu berkelahi dengan guru
Moral tercuci lalu terombak pada perlawanan

Sungguh disayangkan betapa mengurui ilmu
Tak menduga ia mati karena tak tertolong
Saraf telah memadai kita
Keberadaan guru telah berduka di lingkungan sekolah
Betapa lekatnya hati guru tetap dipuja
Tersangkanya adalah siswa abadi
Yang telah memperdulikan duniawi
Sudah bersemayam di liang lahat
Tetapi mendoakan semoga berkah di sisi allah

Sampang, 2018

Malam Minggu di Alun Alun Tuban

Ku tahu betapa mendatangkan para wisatawan
Seperti menikmati sajian malam minggu di Alun-alun Tuban
Meremang siam dilenggangkan pada dening-dening cahaya putih
Mengelilingi Masjid Agung bersayap payung besar
Seperti mengarungi masjidil Haram
Memuja sunyi pada tepian keramaian

Berjalan kaki menelusuri lapangan di dalam alun-alun
Sambil bertatap dengan Balaikota bertabur istana kabupaten
Memuliakan tepian pantai pada pinggir pulau
Menikmati kopi sambil memanaskan penak selepas malam berkah
Mengiringi sunan bonang sebagai jejak terakhir sebelum kembali ke Rumah
Memulihkan diri melalui pujiaan serta doa begitu melekat di hati
Sepulang dari alun-alun akan merasakan sensasi terbaik di kabupaten Tuban yang Tercinta

Alun-Alun Tuban, 2018

Aku Penyair Muda, Bukan Anak-Anak

Semenjak beristighosah
Aku bersua dengan adik kecil
Bukannya aku penyukai cerita anak
Bapak selalu menegurku
"Kamu beristighosah atau mengobrol dengan anak kecil?"
Jawabku dalam hati yang remuk
"Bapak ini sombong dan bertingkah bodoh
Setiap ramai selalu ditegur
Tua tak berkebaikan
Malah tersulung pada anak Muda"
Aku penyair muda
Bukan penjiwa anak

Aku mahasiswa
Aku bukan petingkah kanak-kanak
Remaja berpikir tinggi
Malah bapak yang membelenggu anak muda
Ku pikir aku membakar dendam pada orang lain
"Bapak nggak punya hati!
Menghina usia muda
Niat bersikeras membodohi anak muda dengan membunuh jiwa
Yang terlampir di kota pahlawan adalah perpaduan antara ketiadaan dengan penderitaan bagaikan Chairil Anwar
Yang membunuh tubuh sejak usia muda
Penyair bukan takdir
Penyair terkekar keresahan tuhan
Dan bapak jangan seenaknya membesuk anak muda
Mendidik penuh hidup dan mati

Surabaya, 2018

Reduplah Angin Menikmati Kota Kecil

: kepada Rosy Nursita Anggraeni

Melayang di tepi udara
Betapa sejuknya menikmati sensasinya alam lestari
Di kota kecil yang mengudang kelahiran Bung Karno
Sekali merenung pasti abadi
Berziarah untuk menguras tenaga yang menakjubkan
Mengeluh pada sekian berluluh di ujung padang
Senja terbengkalai pada namamu
Mungkin pula diresapi gelora asmara
Cicipi kesegaran sambil membaca satu lembar
Berdiam pasti lelap di ufuk malam
Pulang akan membawa keindahan

Blitar, 2018

Sajak Ziarah

Ketika menginjak kaki ke tempat makam para pahlawan
Serupa menyerukan namamu ya Tuhanku
Begitu seluas dengan samudra surga di jalanmu
Seandainya bisa merenggang pada jalan terang benerang
Yang mengundang kalbu dengan sejuta kalimat yang dibacakan

Ku mengagumi anugerah Tuhan yang maha agung
Melesatkan sambil diteruskan oleh rangkaian doa
Sepanjang hayat meninggalkan kasih
Sepanjang hidup meninggalkan keteladanan
Sepanjang cinta yang mengagumimu
Selalu mengudara saat diiringi doa
Sepanjang masa tumbuhkan sejahtera
Hidupkan perdamaian penuh abadi

Tuban, 2018

Masih Meraup Duka pada Sang Pencipta

Mengugah semesta raya
Merayakan kenangan namun sudah tiada
Sempat meraup Duka yang terjadi secara mendalam
Sering melontarkan bahwa alam raya akan mengabadikan selamanya
Tidak seperti masa yang terdahulu
Tiada mencurahkan seisinya
Hanya mengiringi rindu dan kenangan
Mungkin tidak ada yang mengarungi kalbu
Siasat mencurahkan guru selain menggores rindumu
Hanya menguras tenaga yang mendidik kita
Mungkin itulah semenjak berwafat
Hingga kini tiada satu pun punya
Seolah-olah tiada berdaya mengajaikan pedomanmu
Selamat bernostalgia dari dulu hingga selamanya

Surabaya, 2018

Kekalahan adalah Awal dari Kesuksesan

Sia-sia mengarungi semesta raya
Sempat melontarkan sebuah kekaguman dan seisinya
Tak tahu bagaimana Tuhan yang rela mengabadikan kesuksesan
Sementara hanya mengisahkan duka
Bukan mencintaimu
Tetapi sederhana tetap melekat di sisimu

Surabaya, 2018

Meninggalkan Jejak Perempuan

Saat menghilang di tempat ia berada
Tidak tahu keberadaan setelah membersamai kita
Mengugah sejuta makna penuh berati
Namun hilang seketika
Seandainya berjumpa denganmu
Mengikis keluhan dipanjatkan kenangan
Jangan mengikuti jejak
Karena belum seberapa percaya
Ia adalah perempuan yang pernah hilang
Atau sebaliknya
Tidak memungkiri menatap langsung
Hingga kini belum berubah

Lamongan, 2018

Pemuda Pulang Kampung walau Orang Tua Tiada

Pemuda itu berjalan, langkahnya berat dan lesu, Di kota besar, dia mencari pekerjaan, namun tak kunjung berhasil, Hatinya penuh kekecewaan, ...