Thursday 28 September 2017

Preman Bedebah di Jalan

Ku lari ke jalan kemudian polisi ditilang
Ku kabur dari tenda lalu ditangkap
Ada jalan lain yang bisa di luaskan
Seandainya preman bedebah nakal di dalam jalan
Nekat menerobos lampu
Setiap hari rampas barang milik orang
Tanpa seizin pemilik
Akhirnya ambil paksa
Beberapa jam kemudian ia lari di suatu kampung
Bagaimana lagi menyusahkan uang
Bukannya penuh nikmat
Melahap harta dan nasibmu
Kalajengking menyengatmu
Meluap racun dalam kepedihan api
Membakari tubuh
Alergi menyiksakan hati
Mati tanpa betah di dunia

Surabaya, 2017

Gunung Agung Meletus

Gunung meletus
Menyebar asap vulkanik
Di musnahkan melalui hujan abu-abu
Datanglah penyakit pernafasan
Tidak lagi hujan air
Apalagi badai hitam
Mengguyur di sudut kota
Melayang pada terjangan asap
Bakarlah semesta
Mengalirlah ke tempat pengungsian
Kejadian tepat pada peristiwa bencana
Penderitaan akan mengutuk langit
Jika sewaktu-waktu meletus di tempat kiamat seperti zaman gunung meletus di tempat pada umumnya

Surabaya, 2017

Aksi 299

Aksi 299

Hari ini adalah penolakan kebijakan
Sudah seharusnya membubarkan ormas
Sesuai kantong izin undang-undang
Telah menerima atensi dari masyarakat
Kini masih pro kontra undang-undang pembubaran ormas
Apalagi lingkungan hukum atas meremehkan ideologi negara
Inikah jalan baru untuk nasib ideologi Islam kepada rakyat
Mengapa terjadi lagi belakangan ini?
Aktivitas terlalai usik
Terjelaga di tembok belakang
Depankan kejayaan umat
Bukankah aktivitas politik hukum telah terpecah
Menjadi sebuah polemik yang kepanjangan
Inilah takdir ormas
Dan hidup kerakyatan yang menginterpretasi hukum dan kewarganegaraan
Seakan-akan sampai kapan mulai terjadi lagi
Sudah saatnya kita membentengi jawaban terakhir sebelum membakar peristiwa satu abad

Surabaya, 2017

Mahasiswa Kritis

Gemuruh akalmu
Terpental kalbumu
Terasa dihakimi
Serasa berat memikirkan sesuatu
Dibakar saja ilmunya
Daripada menerima tanpa bukti benar
Mengayomi rakyat
Turun di jalan
Jangan sekali menerima tantangan
Rekam kalian apakah rakyat akan dimusnahkan

Surabaya, 2017

Kehangusan

Lelap dibakar massa
Sekiranya sengsa membara pada api
Terdenyut senyapan takdir
Gesahkan setiap detik
Entah hangus memelik hampa
Sembari menunggu keresahan
Di balik buliran kisah
Bahwa awal dari segala ketidaksengajaan
Tergeletak di balik kalbumu

Surabaya, 2017

Sambar Hujan Di Awal Musim

Hujan telah turun
Salah sangka ia menetes air pada awan
Bercurah pada dening dening keriuhan
Apa sebenarnya arti sambar hujan di awal musim?
Benarkah titik turun dari tersinai
Menguras kalbumu
Gemuruh detak awan memikat
Menyerukan langit biru begitu tergeliat
Jatuh tanpa bangkit lagi
Mengukir lukisan terdiri dari amplas
Berangkat pada kesenyapan

Surabaya, 2017

Gunung Agung Bersenyap Abu Vulkanik

Sinambung
Meletus cepat
Turun hujan abu Vulkanik
Mencetus virus dalam organmu
Seakan akan sakit jika dekat dengan gunung
Lebih baik menghindar
Tiba tiba merobohkan bangunan
Lari mengejolak hamparan debu

Merapi
Lokasi keturunan Mbah Maridjan
Tapi bangunan runtuh
Juru Kunci Merapi telah tewas
Sebab menjaga warisan leluhur
Namun apakah vulkanik memakan korban jiwa
Atau sewaktu-waktu gunung mengamuk di hadapan lingkungan desa
Malaikat tanpa bisa apa-apa
Pedang menyala
Menonggak kekuasaan demi keagunganmu

Agung
Ternoda zaman
Meletus saat musim kekeringan
Hari meski puruk
Bila beraktivitas di kedalaman agung
Maka bagaikan akhirat menyambut matimu

Surabaya, 2017

Friday 15 September 2017

Mahasiswa Kampungan

Mahasiswa tinggal di kampung
Seperti bercengkraman di warung
Bersapa kopi hangat
Meresat hampa entah buang pada sembarang tempat
Kadang mengacuh resahanmu
Sementara membakar cemburu
Karena ilmu malah merebutkan cinta
Pikiran lalai
Ketika mati rasakan jiwa yang resah dalam keabadian

Surabaya, 15092017

Mewarnai Wanita Mulia

: Untuk Elok Faiqotul Himmah

Dimulai obrolan santai
Untuk mewarnai cantikmu
Entah belum bersapa
Ku teruskan pada maha agung
Wanita mulia hanya memanjatkan pancoranmu di sana

Surabaya, 15092017

Doa Untuk Gadis

: Kepada Nora Nur Hasanah

Ya allah
Pilihkan hati yang lembut
Mengharumkan bidadari
Melangkah bunga yang mekar
Memetik tangga larungkan awan yang lembut

Ya Allah
Berilah kesucianmu
Semerbak pada air mancur
Baktikan padamu
Bukan menaksirkan cinta
Melainkan persahabatan di ujung hampa

Surabaya, 15092017

Membaca Tulisan Beliau

Lembutkan pikiran
Mengasah jiwamu
Menerbitkan sebuah pustaka
Yang akhirnya membawa nafasmu
Sementara ditinggal manusia
Dikenang sepanjang masa
Inilah yang melembutkan jiwa dan raga
Mengempar pada air mata
Kata mengarungi keresahanmu
Membaca tulisan ditulis seumur hidup

Surabaya, 15092017

Tiada Peduli Kecuali Akhiratmu

Tidak ada peduli
Kecuali akhiratmu di sana
Seperti semerbak mengelora nusantara
Membawa takdir pada hidup ini
Membaca sebuah kalimat
Ia enggan dibacakan
Tidak layak di dengar
Sementara tubuh masih merampung lubang di organ dalam
Membawa air di tengah kejatuhan
Inilah keluhan terakhir sebelum menindas
Salah asuhan mempukat kematian
Kecuali akhirat merenggang siksamu

Surabaya, 15092017

Kereta Sunyi

Memandangku pekat
Hilangkan sesat
Saat perjalanan berlangsung
Menikmati bersamamu
Sepukat amplop di kaca
Berlesap pada namamu
Sunyi menderai di sana
Sementara memukau di matamu
Ku hinggap suaramu

Surabaya, 15092017

Balada Preman

Seorang preman berkulit hitam
Yang menyelaraskan hidup dan lisan
Bicara tak bosan menghirup roko
Balada preman membelenggu zaman
Titik hancur mengikisnya
Pulang membidik perasaan
Atau seterusnya
Rintik-rintik api menetes
Seorang penghujat rindu yang terpisahkan waktu dan ruang
Itulah senyuman pahit
Mengigit perasaan yang sangat asin
Begitu pula membenah di akhir waktu

Surabaya, 11092017

Pemuda Pulang Kampung walau Orang Tua Tiada

Pemuda itu berjalan, langkahnya berat dan lesu, Di kota besar, dia mencari pekerjaan, namun tak kunjung berhasil, Hatinya penuh kekecewaan, ...