Friday 30 June 2017

Tak Betah Diri

Siapakah aneka jiwamu
Tahan hidup memendam rasa
Tidak sekedar rasa
Mungkin sisa waktu mengejar cinta
Pecah kaca cermin
Hancurkan pikiranmu
Mungkin merakus darahmu
Pastikan petir tersambar
Seperti bakar jiwamu

Jember, 27 Juni 2017

Ciuman Terakhir

Pesan cinta yang terakhir
Sebelum meninggalkanmu
Bukan hanya pergi
Tak lepas kembali suci
Kini meninggalkan segala duka
Serasa dunia begitu cepat waktu
Cium terakhir untuk mengungkapkan cintamu

Jember, 28 Juni 2017

Pasca Mudik Berujung Duka

Mudik telah kembali di kampung halaman
Sayang ditengah nyawa tak tertolong
Membuat manusia makin tragis
Inilah duka cita
Atas menyungguh luka
Dan matinya organ tubuh
Mungkin menjadi penanda terakhir
Sebelum mengucap selamat tinggal
Ditengah perjalanan menuju kota tujuan

Jember, 27 Juni 2017

Thursday 29 June 2017

Diendap Seribu Ego

Diendap seribu ego
Beragam perasaan di tiap daerah
Memanggung jiwa di belenggu
Ucap sejuta kalimat
Mengerut hati serta batinmu
Di dapatkan ketika hari akhirmu

Jember, 27 Juni 2017

Liburan ke Kebun Binatang

Padatnya pintu masuk
Tiba di kebun binatang
Dipadati pengunjung dari ujung sana
Berbondong-bondong disaksikan binatang yang sedang menghibur pengunjung
Di dalam kandang tak mau berfoto bersama
Sentuh tubuh hewan namun tak boleh mengganggu
Jika sentuh keras tanggung resiko pengunjung

Sampah berserakan
Kuah melumuri tanah
Asap rokok merabat kemana-mana
Serba kacau dibuat kegaduhan

Kebun binatang bukan tempat piknik
Hal lainnya kebun milik lingkungan
Binatang dihibur lalu seusai dari sini rasanya disayangi satwa

Jember, 28 Juni 2017

Bermain Hati

: Nora Nur Hasanah

Sentuh udara dimatamu
Ketuk pintu angin mencium wangi
Tiup aroma bunga mawar
Serap hatimu senyap terbang di angkasa
Tak bisa kemana-kemana
Kecuali kamu memujamu
Kepada pujangga hati
Tak akan pergi
Sebelum menoleh halusan hatimu

Jember, 27 Juni 2017

Lebarkan Gamismu

: Dinny Ramayani

Lebarkan kain gamis
Seperti lavender mengayup di udara
Wangi aroma tercium indah
Bagai bunga menabur sejuta warna
Tergemis taman begitu redup
Memesona cantikmu
Kian mengipas kainmu

Jember, 27 Juni 2017

Monday 26 June 2017

Cahaya Cinta Pesantren

: Kepada Ira Madan

Diawali ketika aku belajar di Pesantren
Meski latar belakang ditengah kemiskinan
Orang tua memperjuangkanmu
Pertama-tama bersapa dengan kawanmu
Andaikan rasa persaudaraan
Rasanya ilmu sedikit sulit dibayangkan
Karena ulahmu
Lama-kelamaan terbiasa
Setiap termenung pada minat dan bakat
Pura-pura jatuh cinta

Cahaya subuh diukir dalam sebaris sujud
Tanpa disangka cinta semanis surat
Menuliskan di pucuk pemikiranmu
Dimuat pada sebuah majalahnya
Akhirnya ku tahu menceritakan melalui novel
Tentang perjalanan cinta di pesantren
Diterbitkan sebuah buku
Rasa persaudaraan telah kembali
Bersama canda tawa bersiung ceria

Jember, 26 Juni 2017

Sang Penyair Teladan

Mengisahkan perjalanan sang penyair
Dari puisi ditulis selama setahun
Melejit di media
Bahu-membahu mengirim puluhan puisi
Surat pengantar redaksi terbang di suatu daerah
Keluar rumah sambil membawa puisi
Dengarkan puisi dari perahu ke perahu
Lirik demi lirik dikumadangkan melalui berbagai syahdu

Chairil Anwar
Sapardi Djoko Damono
Rendra
Aan Mansyur
Dee Lestari
Dan seterusnya

Puisi pembawa inspirasi
Andaikan sang pencerah mewarnai keakraban
Bersamamu hingga akhir waktu

Jember, 26 Juni 2017

Lelap Keriuhan

Bangkit dari tidurku
Sayang ditengah kesakitan
Lutut hendak keseleo
Sambil beriuh kelumpuhan
Tiada pulih sebelum mati
Telah memusar tanganmu
Sekecil harapan tetap terbaik

Jember, 26 Juni 2017

Mentari

Matahari dipancar pagi
Diawali sinar panas
Menjemur berbagai pakaian
Dicium kain wangi
Meski tengah bekerja
Kulit berkeringat setiap saat
Andaikan lelah merayup dirimu
Sirami air panas memancar hangat

Jember, 27 Juni 2017

Filosofi Kerudung Panjang (III)

Setiap tetesan air mata
Angin melayang kain
Ditusuk peniti pada kain depan
Mengubah hijab lebih berati
Inspirasi darimu
Catatan seorang perempuan berkerudung meredup keheninganmu

Jember, 26 Juni 2017

Filosofi Kerudung Panjang

Kain benang
Tutupi rambut hingga ke dada
Ditutupi cadar sebagai maskernya
Setiap keluar rumah
Tunjukan estimensi cantikmu
Bagai aura merayup purnama
Dihiasi bunga bros
Berjalan di suatu bidadari istimewa
Mengaliri bunga mawar dimatamu

Jember, 26 Juni 2017

Filosofi Kerudung Panjang

Perempuan hendak menutupi aurat
Dari kepala hingga ke dada
Pashima disentuh kain lembut
Membawamu terbang hingga ke angkasa
Lembutkan hatimu
Sucikan batin
Andaikan langit pagi sampai pelangi

Bertabur bunga-bunga
Mengenun benang dianyam sebuah hijab
Buatlah gamis supaya diperdalamkan cantikmu
Tutupi rambut panjangmu
Helai ditembus kainmu

Ada seorang perempuan tak sempat berhijab
Karena belum diyakinkan pada allah
Tiada lewat ditutupkan aurat
Sanggupkan anugrah jiwamu
Senantiasa bintang dijatuhkan padamu
Redup hujan andaikan segi empat disenyap lautmu
Maka Kerudung dibawakan hingga hari yang ditunggukan di Surga

Jember, 27 Juni 2017

Sunday 25 June 2017

Lepas Terang Mencium Pita Merah Jambu

Merah jambu
Memilu batin seorang perempuan
Cium aroma pita merah muda
Terlepas terang senja mengayomi langit
Lepas dari ikatan cinta
Dibayar dengan segala frasa
Inilah ditemui fikiran jenuh

Jember, 2017

Diam di Ruang

Aku tak sanggup keluar kamar
Menetap di sini
Seperti sendiri tanpa temani
Isi waktu bercengkraman di luar kepala
Tanpa gerak selama ratusan tahun
Pusing tidak kemana-mana
Bosan penak semeruh hitam
Cahaya tak tampak
Hirup di sini daripada memergoki apa-apa
Semua tertunjuk padanya

Surabaya, 25 Juni 2017

Rasa Getah di Rumah Kosong

Masuk di dalam
Rasanya benda terlalu lumpuh
Lempeng kayu mengucir sarang laba-laba
Kursi goyang tak layak duduk
Lampu nyala hidup mati
Ketika malam merasa gelap
Menderat suara dari sebelah
Bunyi tangisan di sekitar rumah
Jerit-jeritan bekas pemerkosaan
Lari secara paksa
Meredup keputihan
Semua tiada kenyamanan

Surabaya, 22 Juni 2017

Dunia Tanpa Aku

Semua nikmati sepi
Rakyat telah menghilang
Memencar satu persatu
Benda hendak ditinggalkan
Tatap balik masih tidak ada
Hening mengembala asap dingin
Rasa tak sanggup menerima jawaban
Hanya menanggung diri dan menjerit di dunia
Selaras suara tanpa membebani jawaban

Surabaya, 22 Juni 2017

Nikmati Pergaulan dengan Kawan di Sekitarnya Tanpa Aku

Nikmati Pergaulan dengan Kawan di Sekitarnya Tanpa Aku

Bergaul dengan kawan lain
Bersimpang cerita satu sama lain
Saling bercengkraman
Sambil meluap canda tawa
Mentutur frasa tak biasa
Sering berjumpa setiap waktu
Tiada aku diperbincangkan
Menunduk tanpa menoleh dia
Ia diresap kecemasan
Pergi jauh daripada berpesta euforia

Surabaya, 22 Juni 2017

Siang Melebur

Kerja berat
Beban menumpuk
Tulang mengupas
Punggung hampir keram
Rasa bosan telah datang
Angin membisik tubuhmu
Diretak sehabis senja
Kaki merembek
Rasa kantuk begitu banyak
Semangat berkurang
Lemas tanpa bangkit

Surabaya, 22 Juni 2017

Analogi Kerudung Merah Jambu

Kerudung lucu
Digambar marmut merah jambu
Pada sudut kain tenun
Seperti merah muda bagaikan ciuman harum
Kembang mendayung di langit
Baca buku mewarnai dunia
Selumbung keajaiban
Tepi senja kembali di Rumah
Digantung kerudung biru
Ingin bertemu denganmu
Rungguh tunas mengakar pohon
Tumbuh sakura bermerah jambu
Membatangi tangan direnggangkan padamu
Rasanya udara menerbangiku
Serta daun terbang bersamamu

Surabaya, 3 Juni 2017

Merah Jambu Merayu Cinta

: Dyah Palupi Ayu

Merah jambu
Memilu batin seorang perempuan
Cium aroma pita merah muda
Terlepas terang senja mengayomi langit
Lepas dari ikatan cinta
Dibayar dengan segala frasa
Inilah ditemui fikiran jenuh

Jember, 2017

Jembatan Kilat

Sentuh jembatan
Gelap Terang menyala
Kedap-kedip berulang
Hawa nafsu tak tahan keraguan
Nafasmu mulai mengeruh keringat
Akhirat bukan seperti alam biasa
Seduh dicelup lautan api
Tulang belulang akan hanyut

Surabaya, 3 Juni 2017

Ramadan ditengah Hujan Deras

Hujan telah turun
Di bulan berkah
Tak bisa pergi begitu saja
Tidur lelap tak bisa dibangunkan
Hanya menunggu siang terang

Surabaya, 3 Juni 2017

Mall Masa Depan

Kunjungi tangga terdekat
Melangkah di sudut jalan
Meninjau toko perbelanjaan
Sentuh tablet
Dibayar seumur hidup
Tanpa menghanguskan uang lembar
Tersenyut kapsul waktu
Menunggu 70 tahun kemudian

Surabaya, 3 Juni 2017

Gigit Buah

Segigit daging buah
Bukan seperti memanggang daging sapi
Meresap diri pada lambung
Baik pembuka maupun penutup
Sajikan hidangan segar
Secukupnya saja
Tiada berlebihan

Surabaya, 3 Juni 2017

Ramadan Mengganjar Lapar

Perut kosong
Suara masih berbunyi
Terus mengulang
Susah mendapatkan makanan
Sulit menggali air bersih
Kelaparan sampai sekian hari
Berdaya sang pencerah
Keringat menetes lantai
Panas sangat menyengat
Akhirnya pingsan sebelum ganjaran perut begitu mengenyangkan

Surabaya, 3 Juni 2017

Main Ke Masjid

Tunaikan shalat
Menunduk kepada Allah
Memohon diri selama mengema dosaku
Ikuti pencerahan dari sang Ustadz
Masjid ubahku menjadi keheningan umat
Rumah Allah hanya bertaubat padamu
Semut sedang memuhasabah umroh
Dikenakan ihram di masjidil haram
Tunaikan shalat sunnah
Bersujud syukur segala anugrah
Dunia mengekal seisinya
Ibadah daripada mengukuhkan iman

Surabaya, 3 Juni 2017

Dunia Bahagia

Senyum oleh Bumi membulat
Tiada rasa bengkak dalam mulut
Hanya pagi cerah disambut mentari
Hanya bersinambung senyum membara pagi fajarmu
Ukir sebut namamu

Surabaya, 19 Juni 2017

Lilin Mengetuk Jiwamu

Tiada sangkanya
Kutukan jiwamu
Tersenandung kata-kata
Sayang api mengutuk tubuhmu
Lalu hendak kesurupan
Semua akan dikendalikan oleh Ruh lain
Mengetuk langit lain
Keluar dan tunjukkan menjadi seorang pengutuk jiwamu

Surabaya, 17 Juni 2017

Mengucap Kalimat 'Uf'

Dibetak dalam dua huruf
Dimaknakan sebuah keburukan
Firasat jelek pasti mengugat dosa
Melodi sedih akan datang
Mengumpat di ujung lisan pada anak
Merangkai dalam sebutan 'ah'
Arti dari memburuk sangka kepada oramg tua bergetah 'ah'
Suatu saat Uffiw dilejit di neraka
Lalu mulut diluluhkan selamanya

Surabaya, 17 Juni 2017

Orang Kaya Mati Orang Miskin Mati Raja-Raja Mati Rakyat Biasa Mati

Orang kaya mati
Meluap kekayaan dihanguskan oleh segala kesombongan
Tumpuk hutang melejit padamu
Tak mau berbagi dengan anak yatim
Mengusut di liang lahat

Orang Miskin mati
Sederhana menyumbang uang
Demi memenuhi kebutuhanku
Pangan, Sandang, dan Pakaian
Ternyata iman mengukuh di akhirat
Karena berujung musibah

Raja-raja Mati
Berkuasa ditengah kekejaman
Darah tinggi tak bisa dikalahkan
Hadirkan sebuah keracunan
Alam tak bisa menawari kematian
Yang memperdayakan adalah dirimu
Dan segala pribadi yang berguna

Rakyat biasa mati
Mengugah ikatan batin
Terkecamuk emosi biasa
Rakyat biasa tak akan terbengkalai
Ujung-ujung tersimpuh
Setetes air mata mengundang rasa pengorbanan
Ditengah perang saudara membungkam tak kunjung selesai
Hapuslah segala kedamaian lalu hendak nafas racun dihirup
Mati menyusat sesak nafas

Orang kaya mati
Orang miskin mati
Raja-raja mati
Rakyat biasa mati

Dunia tanpa segala pertolongan
Tanpa bantuan siapapun
Semua kehendak mati karena duka demi tuhanmu

Surabaya, 17 Juni 2017

Berjumpa Lagi Kyai

: K.H Djuwaini Dimyati

Setelah setahun berjumpa
Bersungkeman pada Sang Kyai
Senyum numbuh balas kebaikan
Serdadu kain mencium
Ku senandung malam mengarungi bintang
Terlintas pada samudra rindu
Tiada hari tanpa kamu

Surabaya, 24 Mei 2017

Mengapa Tak Sapa Saat Malam Takbir?

: Mbak Mega

Mega
Kenapa malam ini tak sapa?
Seharusnya enyap senyuman
Sebelumnya nawarkan cerita untukmu
Helusan gelas hampir jenuh
Rasanya tak peduli dengan aku
Catatan demi catatan ditempui
Meski aku ragu
Tahun ini banyak kegemuruhan
Semua itu lupa
Nomor disimpan telah hilang
Aku sedih padamu
Karena perempuan asal Jember terasa berubah
Sudah tak peduli dengan aku
Selama tak bisa apa-apa

Jember, 24 Juni 2017

Perut Kembung

Rasanya membuang kotoranmu
Dihadang sambal mengelit lidahmu
Tak tahan rasa pedih di wajah
Nyeri melekang lambung
Sebuah waktu mengusam keperihanmu

Surabaya, 22 Juni 2017

Puasa atau Puisi?

Puasa mengganjar lapar dan haus
Dari terbit fajar hingga terbenam matahari
Puisi mengganjar rima dan ungkapan isi hati
Dari perasaan begitu menduga
Hingaga melepas larik demi suku kalimat yang dituliskan
Melalui tangisan air mata merintihmu saja

Surabaya, 22 Juni 2017

Silsilah Kemenangan Fitri

(I)
Ramadhan akan berakhir
Senang bila berjumpa
Sedih jika jalani sebulan penuh
Selama ini melewati masa yang berat
Cobaan dan emosi menahanmu
Lapar dan dahaga menguji mentalmu
Limpahkan malam takbir
Tunaikan kemenangan fitri penuh bermohon maaf lahir dan batin

(II)
Berjabat tangan
Hendak dinginkan suci
Lahirkan rasa gembira
Ketupat mengumpal di perut
Mengganjar canda tawa
Silaturahmi antar tetangga
Serta kerabat
Idul fitri melepas kesalahanmu

Surabaya, 22 Juni 2017

Puisi Kecil Untuk Tuhan

: Agnes Davonar

Inilah sajak-sajak perjuangan sang manusia
Lantunkan kesedihan serta memunahimu
Dalam segelas hujan rintik-rintik
Air kecil menghampiri pengakuan dosa
Semua tertunjuk padamu
Dalan muhasabah surga di hatimu

Surabaya, 22 Juni 2017

Sunday 18 June 2017

Panggil Sebuah Nama

Menyakini nama yang indah
Kuasai pendekatan dalam sebuah arti
Panggil hanya sepandang langit purnama
Menyeduh alam disuarakan dari udara
Kepada dirimu selama termenung asa

Surabaya, 18 Juni 2017

Problematika di Masa Pemerintahan Presiden Ketujuh

Kini rakyat melumbar aksi 411
Problematika umat ditengah guncangan Masyarakat
Politik memadati penistaan
Hukum capek-capek menuntaskan korupsi
Ekonomi meninggi
Semua warga meresahkan satu kata
Bukan hanya pemerintahan Jokowi
Pemerintahan Soekarno, Soeharto, Gus Dur merebah kasus
Tidak kunjung selesai
Padahal studi kasus merajalela masyarakat Indonesia
Menjadi studi sejarah dalam hidup ini
Karena umat manusia tak bisa diadili
Duka Negara mengusam
Suatu saat Indonesia
Akan membangun kedamaian
Jangan sja-siakan problematika akan menyidangkan hidup dan mati
Hanya kehendak allah malaikat negara akan diadili dengan jujur

Surabaya, 18 Juni 2017

Mengusik Mantra Sebelum Kemenangan Fitri

Idul fitri tinggal beberapa hari lagi
Tetapi mengundang sebelah mata
Dimantra frasa aneh dalam kitab ini
Mengutuk alam dibangkai kejeritan ketika hendak berputus asa
Rembuk sebelah mata
Kaki begitu tergeledak
Sembari ku pingsan ditengah terik matahari
Sebuah penghargaan tak bisa dimungkiri
Yakni buang hayatmu
Dan segera membesuk di kuburmu

Surabaya, 18 Juni 2017

Penyair Teladan

Baca puisi ditengah umat manusia
Mengetuk pintu hati
Sebuah perasaan dibatinkan
Seperti perang tak kunjung usai
Semua tak seperti pencundang
Ketika pusara mengiringi rindumu
Mengeledah jalan berlubang
Lebihi segala kerapuhan dilempar batu pada tempat yang jauh
Wayang tak gerah dari sebuah musik merdu
Ubahlah penyair
Peroleh sebuah penghargaan
Rentang menit tak dibatasi
Hanya mendukungmu sebelah mata

Surabaya, 18 Juni 2017

Dzikir Air Mata

Bertasbihlah demi tuhan
Bertahmid demi mengenang jasad
Hamdalah sedang selesai aktivitas
Ta'awuz jika mengusir kutukan setan
Basmalah bila menyebut namamu
Kalimat Thayyibah dibaca saat penekanan rasa gesah

Surabaya, 18 Juni 2017

Preman Pendosa

Kumpulan preman berkumpul
Bercangkruk di warung
Siasati akal tak sehat
Mendiami maksiat
Hisap rokok di seluruh organ tubuh
Bagian mendatangkan luka dan sakiti hati
Semua jtu pengiat kata-kata berbaur dosa
Dibentak, dibenci, difitnah,
Gagah, sombong
Penyebar maksiat di Neraka

Surabaya, 14 Juni 2017

Friday 16 June 2017

Tubuh Tak Lagi Bergerak

Ketika hendak tidur
Postur tak lagi bergerak
Bangkit kembali
Tetapi sudah berusaha
Lelap tidur
Ingin menonton lagi

Sekiranya kembali pada kembaran langit dan bumi
Seterusnya sampai kiamat
Bintang tak lagi berjumpa
Selamat tinggal untukmu

Surabaya, 16 Juni 2017

Menuju Sakaratul Maut

Maksiat hampir tumpuk
Kotak hitam ditimbang
Saatnya jasad akan persempitkan kubur pada Allah
Sedih dan duka menyelimuti keluarga
Ibadah tak lagi dijalani

Sudah melalai beribadah
Sudah lalai bersikap baik
Sudah lelah berbicara padamu
Sampai tubuh musna
Suatu saat rentang tubuh akan lumpuh
Tanpa merenggan apa pun

Surabaya, 16 Juni 2017

Rentang Disambar Petir

Rengkuk di punggung mentari
Badai menutupi langit cerah
Kini tersambar petir
Mendengar suara kemarahan di bumi
Terbengak hujan yang rintik-rintik
Kemudian lari tak ada gunanya

Laut mengambang sampai banjir
Saat air masuk desa
Sampai tak sempat bernafas
Bergetar petir yang dihambar
Semua terpaku di waktu secara bersama
Jantung mendetuk tangisan
Sungguh penuh rentang panjang sekali pun
Tiada yang diampuni
Melainkan redap dalam kuburmu

Surabaya, 16 Juni 2017

Senja Menyebur Api

Senja terbena
Menjelang malam begitu habiskan waktu
Penuh mengelapkan bintang purnama
Inilah api menyambar saat malam datang
Perempuan takut api
Pria menyali api

Senja hanya sebentar saja
Di sana terbentang sore
Hanya sekilas senja itu senyap
Senja ini menjelang hening kalbu
Senja hanya dua pertiga jam saja

Surabaya, 8 Juni 2017

Memendam Angka dari Nol

Cahaya menabrak debu
Pintu terang ditutupi  pasir
Hati begitu menodai
Rumah mengotori abu vulkanik
Maka mendatangkan gelap gulita
Menetes air mata ditelan korban

Kaca hampir tak terlihat
Gelap gulita tak bisa menyentuh benda
Bagai hitam melenyapkan usia
Langit abu-abu berlambang kemarahan
Dosa menjatuhkan dirimu
Melesap nurani
Maka tak akan hidup lagi
Melainkan awali dari lahir
Menetap dari Nol

Surabaya, 8 Juni 2017

Lalai Jiwa

Akal tak fokus
Mengalir dimana-mana
Terpancar di tempat lain
Itulah manusia tak menghargai waktu
Itulah perbuatan tanpa perintah

Hitung amal bukan janji
Tersentak di penjuru hati
Hitung mantra dalam pikiranmu
Sudut menyambang berbagai samudra
Dosa menyambang dirimu
Tiada lain adalah menghempas nafas terakhir

Surabaya, 8 Juni 2017

Pengrebekan PKL

Mendirikan PKL
Di jalan sembarangan
Melalai lalu lintas
Memadati kemacetan
Dipaksa satpol PP
Datang untuk ambil barang dagang

Reaksi wajah mulai berlawanan
Merampas gerobak dibalas dengan ketidakadilan
Memang ini peraturan di jalan
Bukan menginjak pada tanah kekuasaan
Mana buktinya bila menginjak pkl lalu memuaskan pembeli
Sudah saatnya untuk kehilangan usaha dan nafkahmu
Akhirnya segera gugur dan pasrahkan diri

Surabaya, 7 Juni 2017

Menjelang Divonis Mati

Geledah barang milik tersangka
Semua ada membuahi kasus
Tiada kesempatan kedua
Kini memeriksa di sidang perdana
Duduk di kursi panas
Hakim akan menanyakan berbagai hal
Tentang keuangan dan urusan dirimu

Saksi mendengarkan cerita tersangka
Hendak menangis pada wajahmu
Serasa mengusap lembar tisu
Semua tiada pilihan
Lebih baik menjatuhkan divonis
Inilah menjemput di balik jeruji

Surabaya, 7 Juni 2017

Takut Mati

Betapa bahayanya
Jika memaksa pergi tanpa seizin orang tua
Bermula ketika bermain dengan temannya
Kadang merasa kekhawatiran
Bila anak ditinggal orang tuanya

Mengikuti jejaknya
Akhirnya berujung tragedi petaka
Nyawa tak tertolong
Ia tak percaya bahwa tuhan selalu memperingatkan
Jatuh di dalam aliran sungai
Ada terjebak di sumur
Kadang menabrak jiwamu
Semua ini karena kelalaian manusia
Hendak menolongmu di surga

Surabaya, 7 Juni 2017

Kegaduhan Sehabis Buka Puasa

Mendengar suara jeritan anak-anak
Suasana sehabis buka puasa
Bikin pesta kegaduhan dengan semacam kembang api
Api merambat langit
Malaikat mencatat amal buruk
Tak bisa memastikan kembali

Sepertinya membakar dirimu
Tanpa menjerat hukum
Memberikan hukuman pada api neraka
Bagi setiap dosa yang melekat di hatimu
Resah, gaduh, kata kotor, tak acuh, kecelaan akan mengumpulkan kotak hitam
Di samudra lenyap telah melenyapkan
Karena lalai kewajiban
Inilah dirimu dan kebatinanmu akan habis dilalap kiamat

Surabaya, 7 Juni 2017

Thursday 1 June 2017

Puisi Syahdu (II)

: Ustadz D. Zawawi Imron

Andaikan senja muda hampir tenggelam
Menjelang malam begitu lelap
Tempat untuk kembali pulang ke rumahmu
Pulanglah ke sini
Kami menjemputmu
Sampailah di sana dengan selamat

Sampai jalan pagi
Membawa hari bersinar
Bergetar di nadi kota pahlawan
Bergemilang pada sebuah berlian
Nikmati tidur dengan membawa mimpi indah
Syahdu memikat di benahanku
Persembahkan untukmu syair di negeri Surga
Inilah aku dan kau bersyahdu di kota firdaus selamanya

Surabaya, 1 Juni 2017

Puisi Syahdu (I)

: Ustadz D. Zawawi Imron

Dengarkan langit fajar bersyahdu
Syair diucapkan ketika pagi membentang matahari
Betapa indahnya nikmat karunia yang dilimpahkan
Surga merenungi keajaiban
Menemui samudra hening di tepi cahaya bersinar

Bukalah pintu-pintu Rahmatmu
Ku begitu memesona di hadapanmu
Berderai senja muda datang pada sore hari
Laut melintasi pulau

Deringnya puisi di penjuru langit Madura
Ku hempaskan nafasmu
Tiada daya mengingkari janji
Syahdu membawamu di atas awan
Suatu saat nanti akan menelusuri pulau
Mengiringi guluk-guluk
Di bukit yang asri
Dan menginjaki di kota pahlawan
Yakni Surabaya

Surabaya, 1 Juni 2017

Pemuda Pulang Kampung walau Orang Tua Tiada

Pemuda itu berjalan, langkahnya berat dan lesu, Di kota besar, dia mencari pekerjaan, namun tak kunjung berhasil, Hatinya penuh kekecewaan, ...