Wednesday 21 March 2018

Merayakan Rindu

Bermula dari kelaman kalbu
Seperti butiran-butiran mengulir pancaran hampa
Lautan berpuisi merayakan untukmu
Seperti mengores desa kian seri
Andaikan berpenam pada siantar padang
Merayakan rindu kepada dunia
Bergerak untukmu
Lalu berlalu lalang membasmi nasihat
Tidak mau berkomentar panjang
Merangkum dari semua cobaan
Tidurlah dan berpalinglah padamu

Surabaya, 2018

Tuesday 13 March 2018

Rela Merindukan Hati

: kepada Nurina Ardiyanti

Rela menusuk jiwamu melalui rayuan langit
Mengenggam senyum digembara hati dengan sepeluk rindu
Menerami malam dikembalikan ke tempat tinggalmu
Hanya ini salah satu kegiatan hanya sibuk saja
Tidak bisa mengumpulkan para pasukan sepert
Jangan rela mengorbankan hati, dipikir suatu perkasa di langit dan bumi

Melawan Pria Malas

Membendung hujan para pria
Menghisap rokok di pinggir jalan lalu buang di sembarang tempat
Mampu menjaga dari malam hingga pagi
Seraya mengisahkan di antara lelaki yang menipu perhatian para penumpang
Kadang mencuri tanpa izin lapor
Entah generasi sekarang sudah begitu
Anyaman hati selalu memendam kebencian
Tak sadar jangan meremehkan suatu alat yang belum dijumpai

Surabaya, 2018

Membenci Sepi

: kepada Fey Chandra

Sepi mengusir
Entah pikiran hampir melejit
Seiring sakit melambung di ujung keramaian
Membenci langit pada pusaran cinta
Serantai ikat ketika purnama telah memanjatkan malam
Lalu mengutuk jadi apa
Sunyi melenyap tak kira mematikanmu
Sepanjang normal tersiang oleh waktu

Surabaya, 2018

Pasrah Ditinggal Sang Pejuang Pena

: kepada Muhammad Hidayat

Pasrah meninggalkan segala pelukan
Lelaki pemberani dibersamai oleh lelaki lain
Menyambut antusias pada mentari Losari
Sembari mengudara jalan dipandang oleh sekelincir angin sepoi-sepoi
Lebih dari itu akan tercemara lalu bermain bersama
Mengejar sinar kecil semasa usia paling menyenangkan dalam hidupku
Mengumpat kenangan dierat kerangka rindu
Mengusap malam diikat jatuh dari langit
Sabda dierat oleh berkuasa melalui senyuman manismu

Surabaya, 2018

Selamat Menempuh Kehidupan Baru

: kepada Novita S Maliha

Habiskan pagi di sela-sela bersyiar di taman Bungkul
Kabarnya si penyair pamungkas dari kota pempek telah mempelai pria
Ia akan menempuh hidup baru entah perjalanan menulis masih berlanjut atau tidak
Misalnya mengairahkan pancaran rindu
Setelah menyegarkan di Bandung hampir tak berjumpa
Bersinyalir pada langit Sumatera
Selama ini aku telah membantu sang penyair
Meski bahasa tak tentu lancar
Selamat menempuh kehidupan baru kepada keluarga penyair

Surabaya, 2018

Kondangan Di Tengah Hujan

Hujan deras melanda kota
Rintik hujan begitu banyak kian menghadiri kondangan
Seiring menepis di tempat berlindung
Kain dikenakan bernuansa budaya
Bergaun mirip bangsawan
Di perjalanan selalu mewarnai kekhawatiran
Sesungguhnya hujan itu menganggu aktivitas
Tiada memungkiri bahwa hujan memberkahi manfaat
Cepat-cepat terang lalu segera menyalami para pasangan menikah
Menyelami peradaban lalu dicium satu per satu
Pulanglah sambil menunggu hujan reda lalu kembali ke rumahmu

Surabaya, 2018

Larangan Bercadar

Belakangan ini larangan bercadar telah menjadi wacana terluas di ranah publik
Tidak tahu, kampus bernaungi Islam telah menyindir sebuah pandangan
Kenapa muslimah hendak bercadar di tengah kemauan diri sebagai penjaga kokok keislaman
Seakan-akan dinilai teroris
Seimbangkan antara wanita muslimah biasa dengan bercadar
Di lingkungan kampus islam tidak boleh bercadar
Penjabat tiada larangan bercadar, hanya satu catatan
Menjaga etika kebangsaan, dan menaati komponen dasar negara
Iman tetap saja boleh
Nyawa akhlaq dipertahankan
Seiring memperkokohkan spiritualisme bangsa dan negara
Bercadar digunakan di bawah kewenangan diri sendiri

Surabaya, 2018

Thursday 8 March 2018

Kitab Persahabatan Langka

Selama dua belas tahun telah berpelukan dengan kawan lama
Serangkaian dua belas tahun dirangkum menjadi kitab persahabatan langka
Sederai angin yang merekam catatan
Putih merah segumam kenakalan
Putih biru sebatas menghafal setiap nama
Putih abu-abu menguji cobaan melawan kenakalan, dan etika tak terpuji
Serasa merangkul jadi satu paket dalam album perasaan
Inilah aku bisa mewarnai setiap perekaman masa lalu
Sekarang menjumpai pada perbedaan lokasi
Suatu saat akan berjumpa lagi tiap saat

Surabaya, 2018

Fitri, Kemanakah Kau?

: kepada Fitri Areta

Fitri
Selama enam bulan menghilang
Entah kemanakah ia pergi?
Tidak sempat bertatap muka denganmu
Ku mengalir setiap pertemuan ditemani hangatnya teh
Bersenyap pada nostalgia
Luangkan waktu bersapa denganku
Temui waktu yang berjelaga di lautan rindu

Fitri
Ingin hanya segelap emas yang menangkai cahayamu
Rasakan renungan saat kecil tergores air mata
Mungkin hanya tersisa waktu
Nikmati melodi lagu anak kecil sesaat malam penuh keheningan
Ini saatnya untuk rekreasi kebaikan demi apa yang diperoleh olehmu

Surabaya, 2018

Yurna, Ku Menemani Senanjung Purnama

: Yurna Jingga Sitara

Yurna
Ku bedebah bersiang pada padang bulan
Tersuluh padi seperti belalang di wajahmu
Lelapkan tidurmu seperti mimpi benderang
Celahkan senyumanmu sampai peka
Andaikan saja memikat di hatimu

Yurna
Ku persembahkan untukmu sebuah lagu melodi
Andaikan melodi melayang merta di ujung sunyi
Menemanimu selalu ditebarkan tisu kenangan
Ku berjanji akan menatap wajah padamu setiap saat
Yakini ku tahu bahwa tinggi hanya nafas hirup
Mengudara kalbu yang menguras pelukan
Demi kamu dan setangkai cantikmu

Surabaya, 2018

Sabda Duka

Sesuai firman tuhan bahwa mati adalah segala takdirmu
Tiada pilihan memilah satu kali lagi sebelum meninggalkan kenangan
Hampir tak berdaya entah apa yang telah diberlakukan
Jatuh menimbang catatan ia diterima
Bukan saja melalaikan segala takaran
Setiap jutaan beban yang belum sempat tertuntaskan
Nihil tanpa bukti janji ibadah
Begitu pula rayap-rayap akan mengakhiri perjumpaan
Hidup tak mampu melangkah jutaan tahun
Selamanya tak bisa apa-apa

Surabaya, 2018

Sebiji Duka

Sedayang luka memar membujuk korban
Tertimbun ambruk tak layak dilewati
Seandainya melintasi harapan yang mengucap segalanya
Entah bagaimana memanfaatkan sepi yang mengaitkan dengan emosi
Sepenuh tak percaya bahwa seseorang hendak merenggoh ilmunya
Bukan tulisan dibaca tetapi merobohkan tiap kata
Terkagumi serpihan tak tersemburi bahagia terhadap rakyat
Tiada memberdayakan saya sebagai keagungan tuhan

Surabaya, 2018

Tuesday 6 March 2018

Pulang dalam Keadaan Sabar

Siang hari adik menangis menatap balon yang tersangkut
Seorang lelaki baik menerima pertolongan pada anak
Ia rela memanjat pinang sampai mendapatkan balon untuk membahagiakan adik
Turun pelan-pelan

Rasa senyum ia menerima balon oleh adiknya
Tetapi dijemput oleh Ibunya
Tiba-tiba menyindiri lelaki baik yang menganggap sombong
Secara kebaikan rela mengikhlaskan balon milik adiknya
Pulang ke rumah dalam keadaan sabar
Masuk ke kamar, balon di lepas dengan jumlah tak sedikit pun
Tidur di kasur lalu merenunglah dalam dekapan doa menurut ajaran tuhan

Surabaya, 2018

Selamatkan Ghouta

Belakangan ini Ghouta menjadi korban selanjutnya
Setelah Aleppo dikecam lalu berduka atas nyawa Islam terlenyap oleh pasukan Israel
Terbakar rumah begitu sadis di Myanmar
Rakyat rohingya terasa kehilangan harapan untuk menempuh kembali ke kota tercinta
Palestina masih tergeledah Al Aqsha direbut oleh penduduk Yahudi
Kini sudah keluhkan dengan umat Muslim
Islam mengancam kehilangan hak
Ghouta, kabarku tidak tahu kenapa ia enggan berduka
Kabarku belum sempat terbaca
Rakyat menangis
Sang pencerah, berikan sumbangan terbaik
Basmilah umat Muslim sekaligus damai tanpa berperang
Allahu Akbar!

Surabaya, 2018

Mengagas Milenial dan Peradaban Masa Depan

Menginspirasi dikelola oleh kisah yang mengais milenial
Dibaca adalah kecerdasan berlandaskan intelektual
Senyum terpandang dituruti oleh sang kuasa
Banyak menjerat kemanusiaan karena memilah takdir
Hidup tidak bisa dimungkiri dalam genggaman teknologi
Bagaimana manusia menguasai teknologi dengan gadget tanpa serapan ilmu
Peradaban masa depan dipercayakan oleh jalan lurus
Petunjuk dikehendaki oleh segalanya

Surabaya, 2018

Tubuhku Lumpuh

Perang membasmi musuh yang berakhir kemalatan
Bercetus diterkam tidak terlupas oleh peradaban
Tekad tinggi berjuang menusuk peradaban
Menyelamatkan bumi dari pegangan Yahudi
Tiada berembus pada sekian lama
Bergedebah campak demi mengais langit purnama
Tak lama berkelepuh oleh tubuhku
Semoga dijajah oleh segalanya

Surabaya, 2018

Lembayung Malam

Ku menerima nasihat dari langit berbintang
Kembalilah ke alam habitat sebelum jam tengah malam
Jangan malam keluar karena mengajukan diri
Betapa malam penuh kekejian terlalu brutal
Tuhan, sedang membisik pelan sembari mengagas hari demi hari
Mengumam lautan tertidur pulas
Bersama mengarungi hening sampai esok hari
Menuntut ilmu dibekali pada malam hari

Surabaya, 2018

Bahagia Menyempurnakan Harimu

: kepada Yurna Jingga Sitara

Bahagia mempertemukan dengan kau
Lantaran memisahkan antara hak dan bathil
Setelah membaca sajak rindu yang memperebutkan kelembutan
Engkau merindukan nabi entah dihapus kenangan
Membiuskan sepucuk rindu pada allah
Memperkuatkan syahdumu seraya diketuk pintu kalbu
Nikmati panorama seraya membias cahaya bendera mengisi hari sangat bahagia padamu

Surabaya, 2018

Kembali ke Kampus

Hampir satu setengah bulan berlibur di Rumah
Kini kembali ke kampus berkawan dengan sahabat terbaikku
Tertimbun pasrah setelah leganya sekujur lembaran catatan
Hanya menikmati kupu-kupu menerbangi impian
Tatapan baru telah dimulai sejak pagi
Kembali di kelas setelah merindukan ujian
Akan menyungguhkan asri siap mewadai ilmu
Sampai kapan pun ilmu dimurnikan
Kembali ke kampus lalu bangkit kembali ke impian yang diterjang sebelumnya

Unitomo, 2018

Sunday 4 March 2018

Hidup Manusia hingga Ratusan Tahun

Dari lahir mempelajari berjalan, dan bergerak
Setidaknya melangkah terus tak pernah terhenti
Tidak mengasihi petunjuk entah apa yang telah dilakukan selama hidup di dunia
Hidup manusia terpengaruh faktor usia
Hidup akan bertahan hingga ratusan tahun
Bertahanlah hingga seumur hidup

Surabaya, 2018

Saksikan Wajah Memutih Memeluk Pemuda

Senggang memeluk pemuda yang disentuh pada tanah rumah tua
Kini sudah tak melayang
melainkan mual pada kematian
Terbayang ku elus perut entah siapa yang menyentuhku
Tak lama lagi wajah memutih keseraman telah hadir
Bersama hantu penyandang gangguan jiwa akan terbelenggu oleh kutukan
Lantas melepas pegangan tapi tak bisa terlepas
Mengikat kesakitan seakan-akan mati begitu saja
Terkadang menyaris mati di hadapan tuhan
Semua hidup akan dicabut paksa
Berbaring pada tanah tertandus

Surabaya, 2018

Langit dan Bumi Bertahan Seumur Hidup

Makhluk cipta bukan pengerak manusia
Melainkan makhluk alam tak terlupakan oleh nenek moyang
Seakan-akan menderus langit dan bumi
Mengucapkan sumpah saja tidak bisa mengabulkan
Manusia diciptakan perpanduan cahaya
Seadanya lebih berharga di kunjung usia beliang
Tumbuhan dilahirkan pada waktu tertentu
Sembari mengoyahkan apa yang telah terjadi
Memusnahkan bumi dan seisinya jika faktor akan mengurap takdir
Dan kewibawaan begitu meluluh di ujung senyap

Surabaya, 2018 cipta bukan pengerak manusia
Melainkan makhluk alam tak terlupakan oleh nenek moyang
Seakan-akan menderus langit dan bumi
Mengucapkan sumpah saja tidak bisa mengabulkan
Manusia diciptakan perpanduan cahaya
Seadanya lebih berharga di kunjung usia beliang
Tumbuhan dilahirkan pada waktu tertentu
Sembari mengoyahkan apa yang telah terjadi
Memusnahkan bumi dan seisinya jika faktor akan mengurap takdir
Dan kewibawaan begitu meluluh di ujung senyap

Surabaya, 2018

Tidak Sanggup Menunggu Jutaan Tahun dalam Hidupnya

Jutaan tahun masih menunggu
Tidur di gua kahfi selama tiga ratus tahun lamanya
Hidup georafis semakin bertindak luas
Takdir tidak semata-mata terlanda musibah
Tidak sanggup menunggu jutaan dengan sakti
Sedikit demi sedikit terasa terampuh
Siang hidup mengubah keberagaman
Menunggu sakit sampai sakit
Sudah ditakdirkan pada sang penguasa

Surabaya. 2018

Friday 2 March 2018

Malam Minggu Bersama Sahabat

Betapa menyejuk harapan tersemu purnama
Duduk bersama berdua akan menikmati kebersamaan
Selagi mengudara bersamamu akan menghijau kalbu
Sisa angin akan terbening sepanjang hayat
Malam minggu mengisahkan banyak cerita
Yang dihadang oleh waktu ke waktu
Romantika berbalut bunga
Sambil membacakan sebuah tulisan pendek
Tak tahu kapan ia merenggang di kursi pelaminan
Serasa bersigap demi memandang buah pisang
Bahagia akan tersemu padamu

Surabaya, 2018

Rombongan Terwabah Musibah dan Dimakamkan secara Massal

Sebulan yang lalu rombongan wisata telah melanda musibah
Sepulang dari Tangkuban Perahu langsung dikepung kecelakaan
Tanjakan Emen salah satu lokasi terlalu memendam kegelapan
Tiba-tiba rem blong hampir belantara di ujung nyawa tak tertolong
Sudah tak lagi mengait terhadap sebuah pengorbanan
Sahabat atau rekan yang berwafat secara rombongan akibat tewas akan dimakamkan secara bersamaan
Inilah sisa hidup berakhir di sini
Suatu saat akan menggantikanmu sebagai posisi rumah tangga

Surabaya-Subang, 2018

Sisa Persahabatan akan Berakhir di Sini

Sisa pertemuan telah berjalan cepat
Kini mengupas kehempasan dalam sanubari betah di sisimu
Menyerap udara begitu melekat entah bergempur di medan perang
Menyiarkan berita bahwa diserang pasukan tak dikenal
Sisa persahabatan akan berakhir sampai di sini
Lantaran mengobati persembahan duka
Mengeledah hamparan jiwa sambil menangkap padang bulu
Ia, tak terasa sudah menunjukkan akhir dari pelukan lalu menangkis kerinduan yang amat dalam
Sampai berjumpa lagi kawan

Surabaya, 2018

Serpihan Kota Dirayap Banjir

Sepanjang bulan banjir kini hampir melanda kota
Habis disapu sungai merambat tanah belulang
Betapa persahabatan kota telah dihabis usia
Setelah berpanjang ria menyiang pantai
Begitu pula belajar akan terganggu
Sia-sia hampir mengelabah terjang bulan meski akhir dari rangkaian musim hujan
Akhir bulan mengisahkan duka
Tapi kita masih mempererat saudara

Surabaya, 2018

Bedah Persahabatan

Ada seseorang hendak pingsan
Mendadak dilarikan ke rumah sakit terdekat
Mengharumi kesedihan kian memendam rasa
Seharusnya mengorbankan jiwa bukan lantas dicontoh
Layak dihadapan kesalahan kian memanas
Serasa mengulir pada ketatapan indah
Tak lama kemudian ia kerap disebut dengan pengabadian tentu memeluk erat bersama
Serasa makan bareng pasti dinilai martabat
Apa yang membuatmu kehempasan yang diperbuat akan diperbaiki lagi

Surabaya, 2018

Kegelapan Mengundang Kematian

Tak lama kemudian malam terselembung bulan purnama
Yang ditutupi lingkaran hitam
Saatnya menakuti dia
Bagaimana lagi sudah saatnya mengakhiri hidup
Penuh ketakutan mengoyah grogi
Berlari dihadap kegelapan pada sebuah Istana
Mendiami sebuah keguyuran ruh
Mengayomi frasa bertinta merah
Akan tetapi ia tanpa sanggap menghadapi itu
Bahkan memancarkan pesona sambil mengudara kalbu
Menetapkan keluar rumah langsung melepas keterkaan
Nantinya akan kembali normal pada pancaran matahari

Surabaya, 2018

Ku Berharap Berjumpa Lagi di Lain Waktu

: Kepada Rinz Yuumeina Ryuri

Berharap ingin menemuimu pada sekian lama melangkahkan kaki di kota Solo
Serasa megah mendung hitam menepis titik hujan
Apa yang selama ini mengenal nama akan selalu teringat
Bila membaca pikiran semasa November adalah perjumpaan pertama
Yang mengaitkan dengan persahabatan antar wilayah
Senang bisa mewarnai kesigapanmu
Ku menderam pancoran pagi
Sambil menunggu saat yang tepat
Untuk mengedabah di ufuk sore
Siapkan masa terbaikmu
Dan mengulir dalam ungkapan namamu

Surabaya, 2018

Mempersembahkan Untukmu

: Kepada Novhita S Maliha

Sajak menuliskan yang dipersembahkan untukmu
Selepang pelangi selalu mengudara terhadap hatimu
Menoreh setiap gapura tiap sisimu
Energi menyambar akal dan jiwamu
Selalu menanam rindu diselimuti malam
Disajikan mempelai pria idamanmu

Bagaimana disana?
Sungguh aroma dinaiki tangga impian
Jangan menangis air mata karena membaca puisi yang mengetuk pintumu
Ini adalah anugerah indah bagimu
Untuk selalu berjumpa denganmu
Setiap saat pasti mengores namamu

Surabaya, 2018

Habis Dibenci Sahabat

Habis Dibenci Sahabat

Sudah rapuh masih merenggang
Tak berdaya ditinggal impian
Habis dibenci mengisahkan luka secara mendalam
Menyatakan sekali tetap mengubah perbedaan
Diterjang ombak serat dipisahkan
Menyatakan putus jika semua membencimu
Bagaimana lagi ia melamun entah caranya seperti apa
Obat angin tak mau memberi
Nafas apa yang mengendap di hatimu
Akan nanti bila mengores ujianmu
Selamanya tanpa berjumpa lagi

Surabaya, 2018

Mencebur Air Diwarnai Momentum Bahagia

Mengarungi senja benderang
Mencebur air diwarnai momentum bahagia
Lembayung serdadu benang dikukus selalu mengilir padamu
Dengarkan lagu sambil bernostalgia

Lantas percaya bila disambut antusias
Menebar suatu warna agar gemerlang
Suatu nanti akan digunakan untuk kebersamaan
Mengingatkan masa pelukan diseluk beluk terbenamnya sore
Sampai mengiring pulang
Akan merinding fajar tersiam kalbu
Persahabatan akan membersamaimu di penjuru dunia

Surabaya, 2018

Pemuda Pulang Kampung walau Orang Tua Tiada

Pemuda itu berjalan, langkahnya berat dan lesu, Di kota besar, dia mencari pekerjaan, namun tak kunjung berhasil, Hatinya penuh kekecewaan, ...