Saturday 31 December 2016

Puiosa : Hidup adalah Pilihan

Puiosa : Hidup adalah Pilihan adalah salah satu kumpulan puisi yang bergambarkan tentang seorang manusia yang menjalani kehidupan yang menyerupai aktivitas maupun ibadah yang di jalani. Tuhan akan selalu memberikan kemudahan yang ada. Lantas nikmat yang mengagumi pada kepekatan pada hati dan jantung manusia. Puisi tak hanya menikmati segala sesuatu tapi juga hidup melimpahkan barokah pada setiap pekerjaan yang lebih baik daripada kemalasan yang menimpa manusia bodoh. Hidup adalah pilihan hanya sementara di Dunia. Sedangkan di Akhirat akan ke sana selamanya. Tujuan untuk hidup adalah memiliki pesan yang diambil oleh setiap pekerjaan yang jalani. Tentu bukan sebagai hari yang mengada-ada. Ada tantangan dan cobaan akan menyelimuti aktivitas manusia. Sekali bekerja tetap bekerja demi menginginkan hasil pada Allah. Sajak akan mengajak kita untuk menikmati suasana hidup yang penuh berati, dan pendekatan yang penuh nikmat dan mudah dihayati pada setiap waktu dan menghimpun di hati

Puiosa : Hidup adalah Pilihan adalah puisi yang menggambarkan tentang sudut pandang kehidupan yang melakukan aktivitas dan beribadah pada allah untuk menggapai ridho pada manusia. Pada umumnya Puisi menjadi suatu pencapaian yang digali berdasarkan nilai dan makna dalam setiap kehidupan. Bagi masyarakat yang tak mampu yang berjuang untuk mendanai pendidikan dan kebutuhan keluarga. Bukan mencapai kesenangan tetapi tetap melaksanakan tugas oleh allah SWT. Nikmatilah suatu pagi hingga malam menikmati pekerjaan yang memudahkan urusan kita menuju jalan yang lurus

Tafsir 2016

Tafsir 2016

Membedah setiap peristiwa
Setiap lembaran bertumpuk satu persatu
Bermula pada ujung bom Sarinah
Ulah teroris tanpa izin
Mengguncang negeri
Melainkan negara penuh gegaduhan
Warga akan takut pada suasana yang mengerikan
Itulah tinta hitam berujung tragis
Menyekat pada sianida di kopi mirna

Novanto melawan Sudirman Said
Atas melawan politik yang panas
Tak adil dengan luar negeri
Atau melanggar etik
Maka ketua mundur dari DPR
Panjaitan marah besar
Atas membangun reklamasi

Mungkin bencana alam menyandang Pidie Aceh
Dimas Kanjeng siluman uang
Telah dilumpuhkan
Di ruang Jeruji
Penistaan Agama kembali membongkar negara
Umat sangat marah besar
Jangan percaya dengan pemimpin kafir
Tak sesuai keyakinan yang ada
Peristiwa ini menjadi gegaduhan di negeri ini

Surabaya, 31 Desember 2016

Selamat Datang Kembali Putri

Selamat Datang Kembali Putri
: Putri Anggraeni

Inilah yang ku tunggu
Senyum mulai menyambar
Setelah sekian lama tidak ke sini
Engkau membawamu seribu bunga
Untuk membahagiakanmu
Jujur tak bisa berucap
Karena malu di tunduk kepala
Mau apalagi tak bisa bercerita

Ku ingin bermain di rumahmu?
Namun bersama pada sahabat lain
Namun tak bisa ku rendam
Perasaan makin tersentuh rindu
Berbulan-bulan tak menentu hadir
Hanya hujan yang tahu
Kembalilah ke sini
Sewaktu-waktu akan mengenang di sini
Semata-mata angin terus meniup di kujur waktumu

Surabaya, 31 Desember 2016

Rutan

Rutan

Suatu tempat yang kejam
Dilepas oleh barang tajam
Bukan hanya senjata tajam
Gadget tidak boleh masuk di dalam
Betapa penghuni
Adalah tersangka kasus
Maupun status kriminal
Tiada gratis

Melainkan hidup serba berbayar
Waktu telah menyita kebiasaan yang hampa
Melekas pada dunia luar
Rindu bila keluarga engkau pergi
Menangis di hadapan hukum
Indonesia menyiksakan iman
Mengeru kesedihan
Seharusnya tak bersalah dalam apapun
Pasti tuhan yang memberi pertolongan
Ikhlaslah qodho dan qodar
Hukum akan menjerat mati oleh para hakim
Tiada pilihan selain yang ada

Gresik, 31 Desember 2016

Mengapa Aku Tak Bisa Ke Sini?

Mengapa Aku tak bisa ke sini?

Engkau bertanya kepada kau
"Mengapa kamu tidak ke sini?"
Jawaban untuk kamu
Adalah belum bisa pergi
Karena ada sesuatu yang tak bisa ditinggal
Memang hari begitu kusam
Sulit bertemu dengan sangat bahagia
Engkau tahu rindu juga lepas dari genggaman tangan
Bagai arus sungai yang terlepas

Ku sesuatu dengan kata-kata
Yang Mempersembahkan untuk kamu
"Perjalanan ini sangat mengerikan. Berujung kota yang sepi. Sayang kita tak merindukan. Betapa kecewanya teman tak bisa menemani. Karena bertemu dengan sesuatu yang lain. Justru mengindahkan hari dan jam. Bersama meraih harapan"
Sebelum pergi di tempat yang jauh
Ada sesuatu yang kau berikan
Yaitu sampaikan salam kepada mereka
Inilah yang terakhir
Bukan berpisah selamanya
Suatu nanti akan bertemu di lain waktu
Jangan bersedih hari ini
Melainkan bercerita di esok hari

Surabaya, 31 Desember 2016

Berjelajah Bersama Kami

Berjelajah Bersama Kami
: Ratna W Anggraini

Inilah berjelajah bersama guru tercinta
Menelusuri yang belum pernah rasakan
Menikmatilah angin yang bersepoi-sepoi
pemandangan yang menakjubkan
Berjalan bersama samudra desa
Melewati jalan yang penuh merintang
Tiada satu pun jalan lubang
Yang tak pantas dilewati
Ku lanjutkan dengan menelusuri tempat

Seperti rasulullah melangkah dengan unta
Lelah dan letih menjadi semangat mengobarkan umat
Melewati kabut menutupi jalan raya
Tidak berhenti di sini
Terus berlanjut
Bagaikan tubuh berkeringat
Hingga disana
Sangat lega berhembusan nafas pelan

Meluaskan samudra ilmu
Ku kutubkan buku
Bagai jendela dunia
Ku faham dengan tulisan
Menuntut ilmu di sampai di negeri china

Pulanglah untuk berbagi ilmu
Sampaikan walau satu ayat
Sampaikan walau satu kalimat
Tanpa henti
Hingga ujung hayatmu

Surabaya, 31 Desember 2016

Kumpulkan Buku

Kumpulkan Buku

Menulis sebuah perjalanan
Seakan-akan memandangi alam
Mengagas sebuah rangkuman
Mengelilingi di berbagai negara
Novel sudah melebar di penjuru negara
Bayangkan karya dikenang sepanjang masa
Inilah dimensi penuh mengerai debu

Seolah-olah proses akan memakan waktu
Terus belajar tanpa mengenal usia
Belajar mengarungi lautan kota
Jangan meninggal sebelum menulis satu buku
Menanamkan buku
Sedikit-sedikit
Lama-lama menjadi buku
Lahirlah terasa
Tak merasa karya melayang sepanjang waktu
Mengoptimalkan masa depan
Jendela dunia selalu ada di pintu hatimu

Surabaya, 29 Desember 2016

Berbaring Mata Hidup

Berbaring mata Hidup

Badan lelah seharian
Ku penjam dalam tidurku
Menyekang pagi hingga malam
Ku awali dengan bekerja
Sambil berjalan di kantor
Atau bersekolah untuk mengejar ilmu
Seolah-olah hidup terus bergulir
Tanpa henti berlelah

Saat siang nanti
Engkau rasakan berjuang
Di tengah kesibukan
Ingin rasanya berlanjut
Kembalilah ke jalan yang benar
Tanpa pernah lapar
Meski melawan terik matahari

Sebelum senja tenggelam
Semua pada kembali ke rumah
Untuk memulihkan badan
Berdoakan untuk tuhan
Semoga berpancar di esok hari
Inilah catatan amal untuk umat
Tiada lagi
Yang diperdebatkan
Kecuali engkau wafat

Surabaya, 30 Desember 2016

Desmonda

Desmonda

Nama dari baju
Buatan negara di dalam negeri
Mengisahkan di dalam baju
Awali dengan kisah panjang
Di balik kaos penuh berkran
Meski ku jumpa dengan jalan
Kulit menetes di kain
Tak merabah kaos
Sampai basah tanpa jemur
Lepas dari baju

Menjemur di atas rumah
Hanya menyambut matahari
Hingga betah selama berapa jam
Di situlah tempat beristirahat
Lalu melipat baju
Bagaikan tertidur dengan tenang
Simpanlah di lemari
Sebagai tempat engkau bertidur

Surabaya, 30 Desember 2016

Malam Bina & Taqwa

Malam Bina & Taqwa

Ba'da Isya telah usai
Mendatangkan muslimin ke masjid
Untuk mengimbang iman dan taqwa
Bagaikan pohon ditumbuh oleh akar
Hubungan antara manusia dengan tuhan
Rasulullah akan memperbanyak dzikir atas menyebut nama Allah
Muhammad akan memperbanyak sholawat
Memejam mata bagai renungan segundang syair

Maksiat akan lenyap seumur hidup
Melumpuhkan dosa mengerat di hati
Keluarkan jalan yang lurus
Energi iman terpancar air mancur
Pandangan alam indah

Fajar telah datang
Tahajud menyejuk diri
Berdoa untuk pagi nanti
Rasulullah berjalan di pagi untuk bekerja demi kebaikan
Tidak akan lupa bertadarus sebelum fajar terbenang
Pagi cerah
Pulanglah di jalan yang mulia

Surabaya, 30 Desember 2016

Tahun Baru Bukan Umat Islam

Tahun Baru Bukan Umat Islam

Tahun Baru bagaikan kembang api
Namun apa dayanya
Ulah budaya umat lain
Bukan umat islam
Tak mau mengikuti acara maksiat
Ini umat lain
Tidak sekadar umat yang tahu

Tahun Baru Masehi
Bukan tuntutan nabi
Bukan tuntutan ajaran Rasulullah SAW
Bukan ajaran Al-Quran
Bukan mengimani budaya umat islam
Bukan melibatkan umat muslim

Melainkan tahun baru adalah kebiasaan berbaur maksiat
Maksiat melekat dosa besar
Itulah neraka melesat di tubuh umat
Masyarakat tidak tahu ajaran pada tahun baru
Itulah mengiur sia-sia
Tahun Baru untuk umat lain

Surabaya, 30 Desember 2016

Angin

Angin

Meniup tiap saat
Melayang udara kemana-mana
Badai menerka dimana-mana
Melekat di setiap wilayah
Bergeser ke laut yang terpelana

Bersatu dengan hujan
Cinta tak henti dari pelukan
Tragedi ditimbal nyawa manusia
Tidak tahu menyedot setiap menit
Rentang diri hingga terjatuh
Walau angin memekat hikmah

Surabaya, 30 Desember 2016

Kenangan Terakhir 2016

Kenangan Terakhir 2016

Tak terasa 2016 telah berlalu
Banyak merasakan di sini
Begitu bahagia di depan panggung
Melengser peristiwa yang sadis
Tersirna oleh hari ke hari
Merancung pada nyawa

Gempa telah melandang Pidie Jaya
Bom di Sarinah melekas jeritan para warga
Ulah ISIS
Teroris mengancam negara
Merungut dataran dijajah oleh Komunis
Menggoyah pada mimpi
Melumpuhkan siasat hati negara

Surabaya, 30 Desember 2016

Thursday 29 December 2016

Terima Kasih Mujahidah

Terima Kasih Mujahidah
: Bunda Helvy Tiana Rosa
Semenjak di sini
Betapa haru menemuimu
Setelah datang ke sini semenjak ingat foto bersama
Ku bawakan satu cerita
Ketika semenjak kecil
Ia rela menginginkan buku
Tidak ada lain selain buku

“Ibu bawakan aku sebuah buku” kataku
Pulang dari rumah permintaan telah terkabul
Ku buka buku lalu membaca bagai jendela dunia
Sehingga ku tumpuk buku
Seperti tumpukkan uang
Namun heran pemilik hanya mengusirku
“Pergilah kau, seakan-akan tak akan menyewa semua buku”
Perjalanan ini sangat berati

Jangan kecil hati
Ku raga dengan pena
Menuliskan sesuatu penuh imaginasi
Melahirkan karya
Sebelum wafat ku kenang satu buku untukku
Tiada kamu tanpa buku
Maka selamanya tulisan akan tercantum di sana
Pahlawan akan melenceng berlanjut dengan dakwah bil-qolam
Di hadapanku


Surabaya, 29 Desember 2016

Puisi untuk Kalangan Umum

Puisi untuk Kalangan Umum
: Malam Puisi Sidoarjo
Terima kasih telah menampilkanku
Ku datangi sejak pertama kali berjumpa
Sesudah keinginan melempuh di jauh hari
Senang hadir di sini
Dengan sepucuk sajak-sajak
Karyaku bukan yang lain
Tak layak untuk di bacakan

Betapa ku ragukan dengan sajak
Beberapa kata yang hilang
Tanpa melihat tak akan lupa
Berusaha tanpa menyeru
Seperti dakwah berkobar bendera

Terima kasihlah untuk malam puisi
Pulang dari sini sungguh jauh
Mau tak mau engkau pulang
Meski keluarga tak akan menggangumu
Merubah nasib menancap di sebelah mata

Surabaya, 29 Desember 2016

Ku Ingat dengan Putri

Ku Ingat dengan Putri
: Putri Ayu Silaen
Seorang penyanyi seriosa
Wanita mulia gemerlang suara emas
Tampilkan di panggung keajaiban
Membawa satu lagu
Tak sama dengan penyanyi lain
Artinya menyejuk lagu begitu bermakna
Sambil nada lembut berucap di hati

Lemah lembut mengelimuti kehangatan
Memeluk handut di kulit
Inilah inspirasi bagiku
Sayang tak bisa berjumpa
Karena tatap muka sangat jauh

Tiada berhenti dari juara
Mengarungi samudra di surga
Tuhan akan mempersembahkan untuk senandung nada
Berlayar hingga ujung hayatku

Surabaya, 29 Desember 2016

Menguat Samudra Ilmu

Menguat Samudra Ilmu

Berlepas di tepi yang sunyi
Setelah perjalanan tersinar puluhan tahun
Di bekam hidup yang dijalani
Ku melempari tembing di sudut awan

Melangkahi pelan-pelan
Mengetar di sudut cahaya
Menyiangkan lalu dikelamkan
Bagai dipeluk hangat sahabatku

Tiada hari lalu berhenti
Tiada henti menemuimu
Hanya tuyan yang mengeru daun
Mewakili doa yang dipanjatkan

Malang, 24 Desember 2016

Bersama Gelapmu

Bersama Gelapmu

Terbawa hitam
Segelap waktu
Terlambat dalam kedatanganmu
Mengumpat tanpa melihatnya
Menghembus nafas pelan
Berjumpa suhu dingin penuh mengigil
Disambut gejora kelabu menghampirimu

Tak bisa bawamu pulang
Di antara pandangan terhembus angin
Tersesar di jalan tanpa tulisan
Hanya kedap-kedip di dalam

Tersumbu pada nyawamu
Hati akan lumpuh
Jantung akan meledak dari organ
Wafat tak hidup lagi selamanya

Malang, 23 Desember 2016

Hidup adalah Pilihan

Hidup adalah Pilihan

Alangkah indahnya
Hidup adalah sebuah pilihan
Jalanilah setiap hari
Di tengah kesibukanmu
Berjalan menuju ke sana
Tiada terlambat di pagi hari
Terdengkap matahari cerah
Ku temui jam tujuh pagi

Yakinlah bahwa Allah
Akan mempermudah urusan kita
Sedanglah Allah menghilangkan kesulitan pada urusan kita
Kekuatan bagi umat adalah berdoa
Doa akan memanjatkan di hadapan cahaya sinar
"Ya Allah memberkahilah aku. Senantiasa memperindah hari dengan sambut cerah. Ku gapai usaha dengan bekerja. Ya allah jangan tipu daya mengusili bagai kafir menodaimu. Tak akan putus asa sebelum bertindah. Engkau tahu kabulkan doa kami dan sayangilah perpisahan kami. Senja telah datang kembali ke rumah dengan selamat. Ya Allah kami kabulilah doa dan terimalah segala sisi kami serta mengabulkan arwah yang telah wafat."
Anugrahilah segala puji bagimu
Maha tasbih mengibadahi dzikir padamu
Mencurahkan kasih sayang padamu
Berbaktilah pada Allah
Berkahilah kecerahan untukmu

Surabaya, 29 Desember 2016

Naik Gunung di Jalan

Naik Gunung di Jalan

Mendaki gunung
Berjalan menuju puncak
Terpaku kaki terenggang erat
Terpadu menyirah siang malam
Sesat di tepi hutan
Lelah terletih

Meringkas badan
Melebihi segala yang ada
Hingga berbaring pada tidurmu
Menghidupi waktumu
Redapan tiupan purnama ditemani hujan
Terbentang pada bendera
Ku berkuasa penuh berdamai

Malang, 23 Desember 2016

Terselumbung Sayup Desa

Terselumbung Sayup Desa

Suhu dingin
Menghantar sayup bertiup angin
Kabut memayung sapu desa
Tersebrang jalan raya
Menguyup oleh hujan
Tergetar pada tanah bergemuruh

Meresup rumput di selap puyuh
Hujan membentengi berkat
Rentang waktu hanya sekejap
Susah ku hayati
Merayup sumbah tanpa beredu
Jalan penuh tergesang

Malang, 23 Desember 2016

Wednesday 28 December 2016

Purnama Untuk Sang Perempuan

Purnama untuk Sang Perempuan

Engkau terbenang oleh zaman
Tergores pena memegang sang gadis
Ia menemui sebuah perjalanan
Sebelum bulan purnama telah datang
Gadis berbimbang dengan tulus
Tak akan henti dari sebuah catatan
Mengumparkan seni dan batin
Berlari di simpang senyap
Pertemuan antara guru dengan murid
Melewati suatu rintangan
Di sinilah cobaan adalah sabar

Sejatinya terbentang oleh bintang
Ranah berkibrah ke impian
Terbelah oleh mimpi
Sebelahan dengan jiwa kelam
Berakhir dengan kening
Hidayah memetik sebuah hikmah

Surabaya, 28 Desember 2016

Tuesday 27 December 2016

Sang Penulis Teladan

Sang Penulis Teladan

Bangun pagi
Menuntut ilmu
Berjalan kaki menuju ke sekolah
Layaknya dicatat amal kita
Bersyukur nikmat karunianya
Murni pada satu nusa
Bukan sekedar bermain

Berkreasi dengan tinta
Menyejuk dalam penamu
Catatan demi catatan melekat di hati
Tak satupun yang tertinggal
Ciptakan karya baru untuk sang dunia

Pembaca akan melihat hasil tulisanmu
Ku kritisi dengan lisan
Tak akan balas dendam oleh emosi
Bersabarlah perlahan-lahan
Nafas mengembun di udara

Raihlah emas untuk umat
Melangkahkan kaki di penjuru pintu surga
Bagi memuji padamu
Tuhan senantiasa memberkahimu

Surabaya, 22 Desember 2016

2030

2030

Bumi tak asing lagi
Perpaduan dengan alam dengan masa depan
Betapa kejut masa lalu akan tenggelam
Menyelami arungan samudra listrik
Mengeru virtual
Dilampui oleh awam

Terketuk oleh lembaran tembing
Dilapisi dengan cahaya laser
Nyatanya bergerak di negara tanpa memandang suhu
Hanya dilakukan oleh capsul waktu
Sulit merasa tertinggal pada masa lalu

Surabaya, 27 Desember 2016

Masa Depan Indonesia

Masa Depan Indonesia

Indonesia telah merdeka
Setelah dijajah oleh Belanda
Melarikan diri untuk merebut kekuasaan
Kumpulkan pemuda
Untuk mengguncangkan bumi ini
Mengalir tanah air
Angkat jari menyentuh bulan purnama

Tiada takut dengan ancaman
Mengorbankan nyawa dan hati terluka
Menderai angin senandung lagu
Indonesia Raya akan ku nyanyikan
Hingga sepanjang masa
Sampai ujung di akhir hayat
Indonesia sebagai penghuni negara
Mengayomi negara terperada
Ke dalam dimensi nasionalisme

Surabaya, 27 Desember 2016

Cinta di Musim Dingin

Cinta di Musim Dingin

Ketika musim dingin datang
Seperti salju turun di jalan
Meniup angin kencang
Berjalan pelan diterjang hujan es
Nggak sepi yang berlalu

Hening disenda hati membeku
Kau terdingin di rumah
Tak sanggup menghembus nafas
Air membeku cepat
Tanpa makan dan minum
Hingga tertidur pada musim lain

Surabaya, 27 Desember 2016

Monday 26 December 2016

Catatan Sajak 2016 (I)

Catatan Sajak 2016 (I)
(1)
Membuka catatan
Mengawali dengan Mirna
Yang istirahat di tempat yang tenang
Karena sianida mengundang ke tubuhmu
Ulah Jessica yang menyalahinya
Mau tak mau tetap diadili
Melebihi batas yang ada

Hukum telah menunggumu
Pendukung pro kontra disimak sidang hukum
Ayah Mirna tetap memenjarakan tersangka
Tak akan datang lagi
Bagai tisu meremuk
Menghujani sedih merayu

Tak tahu betapa hukum
Akan memakan waktu
Hingga beberapa tahun lamanya
Siang terus pelana
Kau memutuskan

Untuk tidak bersama di dunia luar
Hanya menempati sel jeruji
Ke dalam mimpi burukmu

(2)
LGBT meluas di penjuru negara
Free sex telah menanti
Transgender mengikat di bagian kemaluan
Mengeladah di wabah siang malam
Terpadu dalam capaian kenikmatan
Adegan menyilamkan suatu hambatan

Lihatlah masyarakat curiga
Ulah kondom pasti terancam nyawa
Tersakiti oleh manusia lain
Apalagi tuhan yang tak tahu
Inilah nasib dari kepribadian

Ibadah akan tinggal
Hanya bersenang-senang di suatu jembatan
Memandang tak jelas diarah
Pulang ke rumah mendenyut siksa
Keras tanpa mengucapkan “Ampun!”

(3)
Bencana Islam terjadi lagi
Rohingya melumpuh
Kegeraian dalam berperang
Anak telah di bunuh paksa

Ulah teroris
Sebab keadilan akan pecah belah
Tak sanggup kembali ke rumah
Betapa wilayah hancur lembur
Nasib makan dan minum
Lalu ibadah akan lungsur

Memanjatkan doa
Tuhan tolongilah kita
Saat ini berluka pada kota
Memusnahkan rumah bekas tembakkan
Engkau tahu berilah pemarahan bagi kafir

Di neraka akan mengancam manusia tak peduli
Berapakah dosamu?
Jawaban adalah tak terhingga hingga sekarang
Selamatkan kami dari penderitaan


Surabaya, 26 Desember 2016

Badan Membungkuk Tanah

Badan Membungkuk Tanah
Badan tertidur di tanah
Bukan tidur penuh nyenyak
Dia akan berdirikan badan
Di suatu tempat yang tak sanggup menahannya
Sebaiknya engkau mendengarkan nasehat
Daripada tidur selama beberapa menit

Bertiarap melewati kawat berduri
Tanpa pilihan lain selain dia
Merambahkan nyawa
Melangkahkan seribu hari lagi
Untuk membangkitkan manusia pahlawan

Merubah arah terpati
Membengkam di lembar kasih pada tuhan


Surabaya, 26 Desember 2016

Setidaknya Berpisah Jauh

Setidaknya Berpisah Jauh
: Rizka Amalia
Semenjak kau mengenal
Pasti melihat wajah cantikmu
Melayang di sudut mengalir pada awan
Melangkah pelan seperti bunga melayu
Walaupun kecil tetap menemani
Hembuslah nafas yang begitu hening

Tak menahan kesenangan
Canda tawa telah lampiaskan bersama
Sang kekasih bukan pasangan
Sebutir debu mengantamkan persahabatan
Melebihi kupu-kupu tebar cahaya

Bintang menjatuhi arah
Memalingkan doa terpandang sebelah mata

Surabaya, 26 Desember 2016

Hujan Bulan Desember

Hujan Bulan Desember
Hujan melanda kota ini
Serasa akhir dari perjumpaan ini
Tiada lagi bersamamu lagi
Layaknya bulan akan tenggelam
Hari telah berlalu
Siasat sedih menyelimuti waktu luangmu
Hingga berakhirnya usia senja

Melekat di sebuah lembaran
Tulisan di tinggal oleh zaman
Pena akan berpisah
Suatu nanti ku pergi ke pesisir pasir
Air menjatuhi alam

Mewarnai jendela mengintip kumpulan air kecil
Sambil menyanyikan lagu
Tentang rindu
Dan sahabat berpisah dalam tutup usia
Aku ingin mencintai selamanya

Surabaya, 26 Desember 2016

Datang Paksa

Datang Paksa

Ketika sore datang
Ku tunggu sahabat di sana
Undangan telah menjerit dalam rumah
Mengiringi bada isya
Mendatangkan malam barokah

Tentu ku datang paksa
Maka wajah bahagia diubah menjadi lesu

Sungguh orang tua ditinggal
Justru kupaksa pergi
Atau mewakili diantara kita
Tergumam pada sahabat

Menyimpang pada tuhan
Hanya sebatas perbedaan
Jika pulang dari sini gerbang terkunci
Tidur entah dimana berada
Bagai purnama mengelus tidurmu

Surabaya, 22 Desember 2016

Tenggang Rasa (2)

Tenggang Rasa (2)

Wajah terpasang galau
Lesu mwmikat pada alam
Tidak mau apa yang di daparkan
Mempengaruhi segala tujuan
Kasih sayang terpisah dari pangkuan
Tiba-tiba lari di tempat yang jauh
Menggeliat tenun benang ungu
Mengikat hawa nafsu
Menerpa nyawa

Menyesal segala perbedaan
Hanya tidur pada esok hari
Suasana terbiasa
Mengguncang gempa sangat dahsyat
Berbaring di benang yang gerah
Hanya tersimpan sepanjang hidup

Surabaya, 3 Desember 2016

Om Telolet

Om Telolet

Kata yang tidak mengerti maksudnya
Terbilang aneh dan menyakitkan jiwa
Terompet membisikkan setan
Seperti meniup sengkakala
Menumpah saos sambil di wajah orang
Bagai berita sangat mengejutkan

Ku tak bisa berlari
Mengelilingi tunduk pada sunyi
Kekasaran menodai ucapan kotor
Melangka dari kotak
Hingga tersumbu hampa

Surabaya, 22 Desember 2016

Landasan Ibu Dalam Islam

Landasan Ibu Dalam Islam

Rasulullah berbicara
Penghormatan utama adalah Ibu
Terbayang pada hakikatmu
"Siapakah kedudukan pada kehidupanmu?"
Jawaban ku kenang sepanjang hidup adalah Ibu
Siapa lagi?
Ibumu

Siapa lagi?
Ibumu
Dan siapa kedudukan utama?
Jawaban adalah Ibu
Setelah ayah
Ucapan sebagai renungan bagi kita
Menjadi pengampunan bagi seorang anak
Ampuni dari kesalahanmu
Tercurah pada doa
Sebagai memghilangkan dosamu

Surabaya, 22 Desember 2016

Preman

Preman

Baju merobek
Bekas tergeru pada malam
Suara terbonceng pada knalpot
Terbalap meruang ke arah zig-zag
Mobil tak bisa berhenti
Hanya menabrak cemburu
Terbenteng alam fikirku

Tongkat dibanting
Hingga membakar masa
Tidak sepenuhnya menabrak jiwa
Hingga terjatuh dibentur nasib
Sekadar angin mengayup rasa kesal
Tersinggung mengintip tanah terbenung
Genapan air mata menggelapkan manusia

Surabaya, 22 Desember 2016

Datang Di Tengah Malam

Datang di Tengah Malam

Meski malam
Kembali pada rumah
Musang dikejar musi
Tidak percaya pada yang ku katakan

Anggaplah kegiatan biasa
Anggaplah suatu yang fanatik
Terbaca malam di cahaya merah

Seolah-olah purnama
Menutup awan yang menepi
Dibela emosi

Bila datang di belakang jam
Alasan terpesung jiwa
Belenggu roh jahatmu

Surbaaya, 22 Desember 2016

Kekejaman Waktu

Kekejaman Waktu

Waktu ku ukur
Terbilang sedih mengejar perjalanan
Tersumbu siang terserang lelah
Meninggalkan lekas tubuhmu
Bila usai waktu maka terlambatlah
Tempat engkau menghabisinya

Ambisi merekat di kait tali benang
Terjerat pada malam
Larut dengan tidurmu
Menutup pintu gerbangmu
Tak bisa berpulang
Merasakan reaksi

Drama menentang nanti
Lalu mendekatimu penuh paksa

Surabaya, 22 Desember 2016

Sunday 25 December 2016

My Super Camp III

My Super Camp III
(1)
Tak terasa hari telah berlalu
Inilah perpisahan dalam My Super Camp
Sebelum pulang ku cerita kembali
Bangun pagi merasa nyaman

Setelah hari kemarin berujung tragis
Tidak lagi pada bungkuk di tanah
Hanya berlangkah menuju ke masjid
Sambil mata terpenjam sambil berjalan

Ku tegakkan sholat
Demi sebuah amal
Yang menghasilkan embun daun
Serta merangkai keindahan yang ada
Menyiarkan sederu sholat shubuh
Sambil menyimak dari fajar pagi
Gapailah salam

Sambil berdzikir
Menghibur suasana dengan pesan
Jangan sekali-kali tidur sesudah sholat shubuh
Melainkan engkau taddarus Al-Qur’an
Untuk memetik hikmah di sana

Tidak mengusir ngantuk
Taddarus bersama sambil mengiringi umul kitab
Sesungguhnya di dalam kata
Islam sebagai rahmatal lil alamin
Berjaya pada islam
Dan mengiringi medan perang
Untuk merebut kekuasaan
Inilah bela negara dengan berlandasan islam
Cerita tak akan berhenti hingga wafat

(2)
Inilah waktu telah habis
Kini saatnya untuk dibongkarkan tenda
Serta membersihkan sampah ke dalam tenda
Pasak dan tali lepas pelan-pelan
Tak sanggup menahan emosi tanggung jawabmu
Tas bermuara di ruangan untuk sementara waktu
Ku kembali dengan pemanasan

Sebelum pulang
Ku selesaikan satu lagi
Yaitu permainan untuk menegakkan
Ukhuwah Islamiyah
Sebelum bermain
Ku panaskan badan dengan berolahraga
Segarkan tubuh
Memalingkan kekuatan iman

Dan memeragakan kebersamaan kita
Demi kekompakkan kita
Jangan enggan menyerah
Ketika permainan dimulai
Kita kuatkan kemenanganmu

Mungkin kita berujung kalah
Membawa bendera untuk melangkah kaki
Di sebuah tempat permainan
Untuk memegangkan sebuah penghargaan
Terik matahari bertabrak dengan planet lain
Ular ke ular telah berjatuhan
Hasilnya berimbang

Mendaki ke hutan
Untuk melewati tali laba-laba
Dengan kerjasama dan membantu dalam sesama
Tangan dengan tangan berjabatan
Kaki begitu mengangkat
Berhasil dengan gerak sendiri
Waktu telah mengejarmu
Inilah capaian kita

Saat menghafal
Seolah-olah salah arti
Apalagi dengan rintangan
Menilaimu dari kekompakkan
Dan mendirikan fondasi ke jalan dakwah


My Super Camp II

My Super Camp II
(1)
Sarapan pagi dalam pedasnya di wajahku
Tak sanggup menahannya
Menolongimu dengan air putih
Atau makan telur rebus

Sinergi perjalanan di Aula
Untuk membangkitkan ilmumu
Permainan kata-kata
Yang sangat halus dan bermuara
Tak menghinggapi rasa serius
Dengan jalan yang santai

Dakwah akan berkembang dimana-mana
Dari masa ke masa
Terpenjam oleh mata
Mendengarkan renungan ini
Untuk orang yang disayangi
Saat bersyukur
Mata air mulai menangis
Perlahan-lahan

Makin meredup dalam berjabat tangan
Kembalilah pada pandai mengambil hikmah
Bertepuk satu dijawab dua kali tepuk tangan
Bertepuk dua dijawab satu kali tepuk tangan
Bertepuk tiga dijawab empat kali tepuk tangan
Bertepuk empat dijawab tiga kali tepuk tangan

Berlangkah lagi ke masjid untuk menunaikan sholat ashar
Berkhusyuk dalam sholat
Akan tetapi berjalan kembali ke sini
Tetap kembali di dalam ruangan berteduh

(2)
Sambutlah dengan dakwah
Dakwah adalah menyerukan
Kita berlayar demi setuang air gelas
Menyebar pesan beriringan terhadap pemuda
Melambaikan tangan dengan Allahu Akbar

Tidak akan kantuk
Sebelum meninggalkan ruangan
Pantas makan nasi dicampur lombok
Menghasilkan sosok pemuda bergempur keringat
Tak jauh dari waktu
Ulah menit
Jadi sedih menghampiri perasaan
Sebab kekejaman waktu
Tidak layak untuk pribadi

Pulang ke tenda
Menemui kelompok baru
Selama ini engkau bersama dengan sahabat baru
Lantas apa yang terjadi?
Ia bersebelahan dengan sahabat baru
Berbeda dengan sebelumnya
Merabah hati tersodot namamu

(3)
Sebelum menginjak petualang berikutnya
Ada sahabat dari Jember telah datang di sini
Untuk membangun semangat berdakwah
Menginjak ke kelompok baru
Hangat berjabat tangan
Mengiringi kalbu di deram tanpa murungmu

Santap hidangan bersama
Betapa makan tanpa menerangkan cahaya
Waktu merangkai apa adanya
Malam akan berapi unggun bersama cerita

Namun sahabat pemimpin merasa malu
Karena hati makin lumpuh
Dan mendesak pada dirimu
Malu di hadapan orang lain
Ia memberikan hukuman bagi kalian
Tak hanya itu menegakkan pemimpin tidak cukup

Berjongkok dengan satu
Berdiri badan menaiki
Berjongkok lagi
Lalu berdiri lagi
Hingga berhenti dari instruktur

Kembalilah ke barisan
Sontak mengecewakan waktu
Tak akan mengulangi lagi
Berkobarlah sekali lagi
My Supercamp! Jadilah muslim sejati
Allahu Akbar
(4)
Inilah yang ku tunggu-tunggu
Membara sambil menampilkan seni
Yakni berpesta api unggun
Sebelum itu ku ceritakan tentang dakwah

Sejak dulu ku berjelajah ke tempat
Ia membekali ilmu agama
Lalu ku pelajari dengan Al-Qur’an dan hadits
Senang mengarungi ilmu bersama sahabat

Menyampaikan pesan tentang dakwah
Mengelilingi kota penuh miskin
Dimana hidup dalam berperang
Atau justru melaknatkan maksiat
Berkat dakwah kampus
Senantiasa engkau diluaskan di seluruh kota dan desa

Menunjuk satu jari
Sepenak cahaya yang berbinar-binar
Itulah petualang dakwah menjadi catatan demi catatan
Akan melimpahkan pada allah SWT
Berjunjunglah pada nabi Muhammad
Itulah sekilas dari negeri dakwah pemuda
Yang membanting tulang demi ngaji
Terus menerus tanpa henti
Sungguh amalan tak akan putus
Mencoba untuk menerima segala tantangan yang ku terima

(5)
Api unggun telah menyala
Menampilkan sebuah puisi
Atau menyanyikan lagu
Untuk persembahkan bagi Rohingya
Yang mengadili islam

Dan berjuang di jalan khilafah
Meski cahaya tertutup
Ku terangkan dengan senter
Ketika membaca puisi
Mainkan sebuah teater
Adegan demi adegan
Sangat menyakitkan bagiku

Mungkin melibatkan dia, dia, dan dia
Menginjak wajah kafir
Tak layak untuk dicontoh
Sungguh berpetik sebelum mewabah hikmah
Ingatlah pandai mengambil hikmah
Untuk menjiwai pemimpin bangsa dan negara
Melepaslah dari ikatan hati terbekam
Salam terhadap masa yang akan datang

Atau juga menyanyikan lagu untuk khilafah
Serta negara islam terhadap dinamika umat
Syahdu mengikuti dengan bertakbir
Allahu Akbar
Sambutlah bendera berkibar pada penjuru alam
Semangat akan meningkat
Bersimaklah sambil mendukung tim kebangganku

Akan tetapi di penampilan seni
Tak sanggup menahan hiburanmu
Mata begitu tertidur pada duduk santai
Kini ku kembali di tenda
Untuk mewabahkan hari esok
Mengingat hari terakhir di sini


Malang, 24 Desember 2016

Pemuda Pulang Kampung walau Orang Tua Tiada

Pemuda itu berjalan, langkahnya berat dan lesu, Di kota besar, dia mencari pekerjaan, namun tak kunjung berhasil, Hatinya penuh kekecewaan, ...