Thursday 30 November 2017

Senandung Syair Terbentang Maghrib

Senja telah tenggelam
Kembali ke Rumah untuk menyembuh hati dan pikiran
Terbangkit diam membara tidur
Sambil bersimpang di dalam kamar begitu kelam
Selasar membaur sujud engkau menyejuk harapan

Pendekar maghrib bersafar di Masjid untuk menyempurnakan ibadah
Menghentikan segala beban yang mengeram fisik
Berdening membaring sebuah dzikir kalbu lalu menyatukan pada Tuhan yang maha kuasa
Adzan berkumadang tak sehebat mujizat yang mengiringimu
Memuji padamu kepada lautan menutup gelap malam
Dibalik senja malam berkenaan dengan gantinya tanggal hijrah
Tabuh maghrib dipanggil padamu ya Allah untuk berhempas hampa demi menyungguhkan baikmu dan cinta padamu

Telunjuk bintang dipersembahkan kepada syahdu dalam bertahajud
Dzikir mengelincir hati dan jiwamu
Bacakan istighfar demi menghapus dosa-dosa di hatimu dan menjiwai kalbumu
Sebelum isya berkumadang

Surabaya, 2017

Sunday 26 November 2017

Tenggelam Cinta

Dengan badan dan ruh menjiwai hening
Tenggelam cinta sehempas bangun subuh
Melalui dirimu dan tubuh
Lebih peka dari meluluh

Bagimu, adalah menerangkan cahaya
Dari binarnu, tatapanmu bermula saat layar bertabuh
Selepas senja pada setiap ingatan yang kembali pada hati dan akal

Bagimu, engkau arah memandang dari ujung timur
Membebaskan segala penjuru hati
untuk dirimu berdayung di laut
Menggerahkan angin dilesat sama dengan melayang di udara
Terasa benar hatimu disentuh
Raga bergetar setiap kali dipersatukan antara air dengan mengembun suhu dingin

Kamu wanita mendayung sambil dilantunkan syair di hadapan langit
bagimu, jarak dan waktu adalah gerak rindu
Semua akan rindu pada waktunya

Bahagia masih bisa merawat rindu
Tenggelam cinta menghembus nafas mengerik hati
Melacak jejakmu saat bersentuhan
Di setiap guratmu ada aroma pelukan
Yang terasa dekat meski berdekatan

Belum sempurna bila belum bosan
Entah mengapa aku menulis sajak indah untukmu
Memorimu terlintas landas
Padamu menjalar
Bersanggama memilah kasih dan mengerai nafasmu
Sebelum malam menjulang
Kembali di hari esok
Tertidur pulas bagai memeluk harapan-harapan luhur
Beginu pula kamu dan semesta laut menggelombang
Jika harus sirna maka pasti sirna

Surabaya, 2017

Anak, Cetuskan Keteladanmu

Bagi anak
Lahir sejak berusia bayi
Belajar memeluk Ibu
Menggoyang demi bersenyum di hadapan wajah Ibu
Belajar bersuara walau bicara tak ditata
Belajar berjalan meski perlahan akan terbiasa
Belajar bergerak seandainya tangan dan kaki secara apa adanya
Belajar bertahan hidup walau sudah beresiko
Belajar menyayangi sebenarnya tanpa meninggalkan kasih
Belajar untuk harmonis meski rintangan besar telah datang

Bagi Anak
Belum menginjak dewasa
Pikiran kekanak-kanakan
Setiap sore bermain
Setiap minggu pagi berjalan kaki
Setiap bersekolah wajib menuntut ilmu
Setiap pulang dari tempat belajar beristirahatlah
Setiap menonton televisi berikan edukasi
Setiap bercerita temukan maknanya

Bagi Anak
Bergerak untuk mengabdi bangsa dan negara
Bersinergi dalam hati dan pikiran
Berkonstelasi antara cinta dan tangisan terluap-luap air mata
Mereka lah yang menggantikan gita
Belajar adalah landasan utama seorang pelajar
Belajar tak bisa meremehkan
Tuntutlah ilmu jika akhir merasa datang
Jika menuntut agama Allah

Bagi Anak
Berpangku tangan
Merenggan tangan
Bermain dengan tangan
Bertapa pada geraian suhu dingin
Berjelaga di alam mimpi
Mencicipi di akhir waktu bila suatu nanti
Selamat hari anak

Surabaya, 2017

Takdir Jiwa

Menyiasati belenggu di jiwamu
Meracuni perkataan seraya mengucil sikapmu
Sulitnya menjaga moralmu
Meranah terguling raga diselit pengakuan padamu
Sedikit membuah kesal kepada dirimu

Mengagungkan citra melesat jauh
Menjelang dunia akan keruh
Dentuman tanah disembur api lisan diceloteh
Geseran bumi retak tenggelamkan pasrah
Tangan meleleh
Tubuh terasa letih
Melemaskan ketakdiran akhir berpadam getah
Mati menyeluruh

Surabaya. 2017

Guruku Pahlawanku

Guru
Terbentang pahlawan sekilau langit purnama
Mengajar seumur hidup
Ku gelar matahari cerah
Menyapa senyum manis kepada anak-anak
Hidupkan hati tulus
Tikarkan senyuman setiap berjalan kaki
Sekadar mencium kehormatan

Guru
Pahlawanku tanpa tanda jasa
Ketahui setiap memberi emas terbaik
Padaku dan padamu
Mereka adalah mencetus pendidik
Runtuhkan bangaa
Musuh terbesar adalah jika menjengkel murid
Musuh terbesar bila hadapi segala ketidaknyamanan
Musuh terbesar seandainya bisa mengorbankan waktu dan tenaga
Musuh terbesar jika rasa senggang berunjuk rasa karena menuntut gaji
Musuh terbesar apabila terkena bencana alam
Musuh terbesar jika sewaktu-waktu bersapa dengan kedendaman

Guru
Berikan terbaik
Untuk ku dan untukmu
Hingga akhir hayat di liang lahat suatu saat nanti
Selamat hari guru

Surabaya, 2017

Banjir Melanda Kota

Sungai mengalir deras
Serupa deraian hujan turun
Sungai hampir naik
Tanah menghasut
Banjir melanda di mana-mana
Tersambar kabel listrik
Menelan korban jiwa
Berjuang pergi dengan air meninggi
Sakit terjangkit tubuhmu
Seakan-akan musibah sebagai takdir terakhir bagimu
Terangkan jalan bila sudah berwafat
Di surga akan bersetapa denganmu

Surabaya, 2017

Musibah di Tiang Listrik

Ditabrak sisi tiang
Diantara memburu waktu
Menunggu jabatan yang menanti kamu
Mengelar karpet merah di jalan penuh pengayoman seseorang
Media diserap listrik
Mengenggam satu bahan
Tenggelam pada lautan
Hanya di penjuru pulau barat
Mengusir pohon tanpa

Monday 20 November 2017

Pahlawan, yang Telah Mengenang Kita

Wahai Pahlawan
Renggang tangan merembuk penjajah
Geraikan lawan, rombaklah negara
Habiskan pengorbanan penuh pasrah
Rela merebut bendera
Inilah bentuk kerusuhan sepanjang hidup
Gairahkan jiwa mendekap empati
Gugur dalam peperangan
Justru peristiwa besar telah datang
Rayaplah pasukan sekutu

Wahai Pahlawan
Serbu!
Rebutlah kota kita
Jangan pernah menginjak kekuasaan
Rakyat hampir ketakutan
Sementara melenyap sunyi
Darah menusuk kekalahan
Palingkan wajah lalu menunduk pada sang maha kuasa
Menata air mata bergerak sambil tergeledah penjajah sebuah perang paksa
Suatu saat jasad dikenang sepanjang masa
Selama berabad-abad telah mengundang deklarasi dan perjanjian

Bersigap pahlawan telah mengenang kita
Pahlawan tanpa pandang bulu
Pahlawan berkarya
Pahlawan hampir berdarah
Pahlawan bergejolak pada bahasa
Pahlawan tanpa tanda jasa
Pahlawan tak pandang bulu
Pahlawan merakit cinta
Pahlawan tiada cengesan
Pahlawan tanpa kebodohan
Pahlawan rela mengorbankan tanda jasa
Pahlawan kedalam
Pahlawan dipersembahkan
Pahlawan memperjuangkan beliau
Pahlawan mempersembahkan untukmu
Pahlawan memberi kasih sayang
Pahlawan melangitkan bangsa dan negara
Pahlawan hidup atau mati?

Surabaya, 2017

Dina, Mengundang Janji Pahit

: untuk Ihdina Sabili

Pertemuan tersembunyi
Serupa jahe seruput kehangatan
Tetapi meratap janji palsu
Menggelapkan waktu di sela-sela kehadiran di sini

Mengundang janji pahit
Mengarahkan perjalanan sesat
Menyelusuri laut

Bersapa senyum menumis sepi
Merupakan benang-benang kepekaan
Justru membuahkan tawa palsu
Leleh keseduhan dibongkar peluru
Ratap di tempurung hitam
Lesu mengulung meriam
Iya, tertiang cahaya padam

Surabaya, 2017

Ria, Terpisah Jauh Tiga Bulan

: untuk Ria Filosophia Dika

Tiga bulan
Ria tampak tidak hadir menggebu rembulan
Air membanjiri kota
Diapakan memungkiri hari dan tempat
Ia cemas hilang sebuah perjamuan
Hadiah palsu
Janji palsu
Sekucil status muda mengelorakan galau
Sakit makin meresapmu
Seakan-akan perutmu membesar
Selalu mencicipi pedas

Entah malas makan
Hanya diam di rumah tanpa bermain
Ia rajin memisahkan rengganan tangan
Hanya satu lirik yang terusik dari iklan televisi
Bukan seperti lirik iklan

Janji kena tipu
Traktir palsu

Surabaya, 2017

Kerusuhan Menerjang Publik

Rusuh menoleh hukum
Gelisah menatap ketidakadilan di balik undang-undang
Kesanggupan mengubah seisinya
Penjabat terlalu diam
Tak mau mengores kegempitaan
Kini meramu perasaan makin meriam
Ia akan mengabarkan takdirmu

Membesung pintu terbelenggu masa
Hukum dihormati
Tanpa sekali melecehkan dia
Menangislah jika tidak puas
Nikmati kebebasan di luar daripada protes besar
Keluarlah dan jangan menganggu penugasan pelayanan publik
Bila menyusup akan ketahuan
Jangan menguguh dendam
Sebelum meranah publik
Rusuhlah bila saatnya menjangkitkan
Kembali ke jalan entah apa adanya
Jangan sekali-kali memendam rasa

Surabaya, 2017

Sembari Menurunkan Hujan

Badai hitam telah gelap
Betapa sulit kembali ke Rumah
Wajahku remang
Menunggu terang
Sampai kapan ia menetes air hujan
Sambil menoreh awan

Gempita mengores rindu
Memar terseduh hangat minuman pelengkap
Alirkan hampa terseluh padu
Mendiami selasar
Celoteh jalan hampir sepi
Lupa sependam waktu
Seruling merobah angin
Mengaum persimpangan jalan
Sembari mengutip darimu
Jangan kembali sebelum air membasahimu

Surabaya, 2017

Sunday 12 November 2017

Wajah Bandung

Tersembar melekat sisi jalan raya
Betapa menonggak tongkat bendera
Menghampiri bahasa sunda

Mengelilingi sudut di Bandung
Tempat lembabnya perjuangan lautan api
Mengepuh rapuh di balik rentetan muara sirna tersiur sepandang
Mengeruh dening-dening pada halaman dinantikan ini

Bandung membidik museum
Jalan bernostalgia
Tanpa merembung kelam
Di akhiri Bandung sangat setia

Padamu
Melekatmu
Kembali
Dan menepi
Di Bandung
Adalah wajah kami

Bandung, 2017

Malam Akrab di Darul Tauhid

Semenjak tiga hari telah usai
Menunggu esok hari
Kembali di tanah pahlawan
Berpulang ke rumah kita
Melepas lelah selama tiga hari
Berpetualangan pada penjuru Bandung
Sore memburu buku
Sedangkan lepas dari semu bermuara di sabang kota
Kini bermalam di Darul Tauhid
Tempat berkunjung di sana
Menghabiskan satu malam
Dengan berdiam dalam masjid

Walau tidur sebentar
Jam satu dini hari melepaskan kebersamaan di sana
Darul Tauhid tempat menimpa Ilmu di pesantren
Seperti berkletheng atap kampung
Sambil bersyair di tiap kehangatan
Bagai malam menghabiskan suntuk
Kini pertama berjelaga pada tanah sunda
Suatu saat ia berbendung seusai jalan jalan di Masjid Raya Bandung
Hari ini berpulang bersama pesawat
Hari ini melangkahkan kaki di stasiun
Seminggu menginap di Bandung
Darul Tauhid akan berbolang kembali jika bersafari bersama

Darul Tauhid, 2017

Menulis Sajak di Alun-Alun Bandung

Rentetan kaki
Telusuri alun-alun Bandung
Sepanjang pagi menguyur udara sejuk
Meski ramai
Sekiranya menghujani malam
Selalu meremang rumput eksotis
Lalu tersirna panorama jalan raya
Disebut negeri pasundan
Mengepuh lantai di tanah Braga
Kerap lambaian tangan
Kembali mengudarakan burung begitu kelam

Ajarkan aku tentang sunda
Bagaikan ramai dikunjung
Bandung dijuluki lautan api
Menetas pada sekitarmu
Menoreh kata-kata
Di sinilah indonesia mengalirkan geram
Mengeluyur udara langit untuk bumi dan pemerataan keteduhan serta kemegahan di atas ufuk barat
Berpendam di lain waktu
Suatu saat bersandang
Menyegerakan liburan
Melalui sajak peka
Mengelusur untuk pasundan
Dari Bandung untuk gelorakan barat jawa

Bandung, 2017

Rembulan di Tanah Asia Afrika

Rembulan pada tanah Asia Afrika
Sepanjang hayat mengerik matahari
Bagaikan Bandung udara sejuk
Renggangkan hampa melingkar sudut kota
Lalu deraplah senanjung sunda
Menderam seluk beluk
Padat pada akhir pekan
Sementara meresap selama itu
Bawalah dalam dekapan dingin
Mengutip di bawah jembatan

Bahwa bumi Bandung
Menyimpan dokumen sejarah
Berhelatan pada persimpangan jalan
Menghempas di balik gambar
Bumi melapiskan asia afrika
Musim demi musim berdetuk itu
Inilah rembulan menjenguk asia afrika
Menyebar penjuru samudra

Bandung, 2017

Dari Kota Pahlawan untuk Tanah Pasundan

Hiruplah dingin di Tanah Pasundan
Semenjak seminggu mencicipi sarapan pagi
Detak cerah mengagumi segar sambil mengoyah hangat
Bahagiakan kebersamaan pasca meninggalkan Bandung Lautan Api
Melangkah kaki ukir sebuah otentik
Gemerlang semetik saat jalan raya dipadati kendaraan
Mengundang riuh-riuh kota
Dari kota pahlawan sementara tertinggal
Mengusap wisata bersejarah
Sepotong rindu digumamkan sore

Malam berlarut hujan
Seraya mencicipi kopi
Meranggut asa sepucuk ngopi santai penuh keceriaan
Dengarkan aspirasi di Malam minggu
Tidak bisa tidur
Bisa menikmati sensasi swafoto
Rentangkan pena mengebah sebuah catatan
Persembahkan untuk pasundan
Dan aliran yang mengerik sana sini
Inilah Bandung
Dan lautan api termegah di udara
Menakjubkan sepanjang lautan Bandung
Mengores di aliranmu
Semeluk getar memudar kelam

Bandung, 2017

Pemuda Pulang Kampung walau Orang Tua Tiada

Pemuda itu berjalan, langkahnya berat dan lesu, Di kota besar, dia mencari pekerjaan, namun tak kunjung berhasil, Hatinya penuh kekecewaan, ...