Sunday 31 July 2016

7 Hari

7 Hari

7 Hari adalah seminggu dari sebulan
Seminggu merupakan pekerjaan yang padat
Pagi hari menyambut ceria
Tiba disana ku rasa jenuh
Malam pertama menolong dari siksaan kubur
Sekiranya meragukan orang yang tak berguna

Binasa kedua tangan manusia
Benar-benar merungkut dari kederitaan
Menghambatkan waktu terkilat seperti petir
Yang menghambarkanmu dari alam jauh
Habiskan diri tiada dunia yang perlihatkan
Selamanya akan terjadi selamanya

Surabaya, 27 Juli 2016

Terakhir Segala Sesuatu

Terakhir segala sesuatu

Sebutan dunia tak tertampak oleh waktu
Sesalin waktu apa adanya
Teriringi oleh terompat sangkakala cukup tersebar hingga tak terkecilkan
Jalan kaki tidak bisa teruskan
Memorial mengenang dari banyak orang
Sekian lama mengagumi organ manusia
Sebuah angin mengelilingi alam kota
Serahkan pada tuhan yang memeriksa amal pribadi
Mata tak bisa ku lihatkan

Surabaya, 28 Juli 2016

Selamat Tinggal Anies

Selamat Tinggal Anies
Kepada : Anies Baswedan

Pendidikan merengguhkan jiwa pahlawan
Selama engkau pemimpin sempat terpikirkan
Hari tak menentu pada bangsa bernegara
Terkenang sepanjang hembusan nafas hidup
Sebuah jawaban tak asah rakyat miskin
Berikan kami kesempatan untuk bersekolah
Dana tak sanggup terbayar
Hingga tak ujung dari waktu ke waktu
Akhirnya pemikiran yang nalar seusai sudah

Kini menggantikan orang yang lebih optimis
Tak tahu alasan menerima segala baru yang ku lakukan
Jadi inilah mengesahkan bagai momentum
Kasih sayang selalu menelaah kewajibanmu
Pesan selalu terima di saat nanti
Bagaikan surat yang tulis mengandung moral dan jiwa ini
Sanggup menghinggap setulus kata demi kata
Selamat jalan menteri yang tersayangi

Surabaya, 28 Juli 2016

Terbalik Fakta

Terbalik fakta

Seuntas tali menyimpan kasus yang tak selesai
Hidup bagai penderitaan teroles darah luka
Sebuah masalah terjadi seumur hidup
Setiap waktu jalan pasti berbeda
Tergenang air darah tertusuk oleh patah hati
Suara tak sampai pada gelombang laut
Malam hari tersembunyi oleh nyata
Tisu kering menginjak titimangsa

Surabaya, 28 Juli 2016

Luka Hati meninggi

Luka Hati meninggi

Pacaran tak benar hubungkan
Ucapan terpalsu dalam satu pasangan
Cinta semakin menolak
Bidadari pergi darinya
Menyosor gunung meletes merekam amarah
Meraih kegumamanmu dalam nada
Tuhan membingungimu lengser magma hati
Jantung melelehkan senja
Cerdas melelehmu dari nyata

Hendaklah burung mengelilingi langit merah
Laut bercampur darah manusia
Dialah mengigit kulit racun
Bahaya mengancamkan musibahmu
Selamat tinggal semuanya

Surabaya, 28 Juli 2016

Tanda Tanya (?)

Tanda Tanya (?)

Pengetahuan seluas dengan tulisan
Keajaiban menyungguhi abadi
Terbelah ke dalam pertanyaanmu penuh terkekeh sebutir telur
Bayangkan saja tanda tanya semakin tersembunyi oleh tulisannya
Padahal meraih sebuah jawaban begitu sederhana di depan mata
Logika mengunci oleh waktu

Kata demi kata tak sempat teliti
Periksa kembali sebelum memberi segala kehendak
Andai bilang teratai tergeletak pada realita
Lembaran lama tersimpan di lemari lama
Lembaran baru menyimpan di lemari baru
Masih kan melihat tanda tanya hanya belum selesai terjawab

Surabaya, 27 Juli 2016

Kesal Y

Kesal Y

Menyinggung perasaan akan tergulung danau
Damai tak selesai sampai ini
Resahku meringkik luka hati
Meringis bulan mencampuri benda hitam seperti melekat pada sisi jalan
Perang mengenang reruntuhan bagaikan danau merah berdarah bekas membunuh
Untukmu menyiksa apa adanya
Apa arti kederaian suatu penbunuhan

Retakkan dinding menembus kematianmu
Tak seorang pun yang rela meninggalkan segala rakus
Resah penuh kesah kami ini

Surabaya, 27 Juli 2016

Thursday 28 July 2016

Kesal X

Kesal X

Merungguhkan perasaan diri
Tak jangkit dari sebelah mata tajam
Menyinggul air dan api di langit
Merenggut dari binasa kedua tangan manusia
Tak sempat ku cari alasannya
Hingga hilang jejak namamu
Sentuhan tuhan sekali menyakiti emosi dari hati
Engkau tak terima rebut dari satu kemenangan
Kebahagiaan hanya satu dukungan
Lalu tidak dapat mendukung langsung dari penonton

Aku kecewa terhadap segala apa adanya
Terjang api menghembuskan dada manusia
Aku telah menghimpun sebuah cara
Resah mengerti telah di hati

Surabaya, 27 Juli 2016

Wednesday 27 July 2016

Darah Y

Darah Y

Dunia terselubung musnah
Hampir menangisi wajah manusia karena ulahmu
Inilah menghampiri korban setelah melihat kejadian begitu nyata
Tak pandai membagi segalanya
Udara semakin kerikil seperti batu
Tidak berati tuhan selalu ada
Bisa mengelilingi sorban

Tanpa abadi perjalanan secara panjang
Pemimpin meninggalkan dari kota
Lari dari deringan gong
Lemah tak daya mengeringkan angin
Semua tak menjerah lampu

Surabaya, 27 Juli 2016

Darah X

Darah X

Ia menyesal belakang hari
Tahu pandang mengerinding nada
Gerimis menghantam surya sakiti bumi
Burung tak kunjung terbang dari tanah
Dering nada sembuhkan luka hati
Sebuah bumi mengelilingi pemandang
Mana ada bumi ada darah merah

Bermakna hidup atau mati
Tanpa di prediksikan dari ramalannya
Andai begitukah perih berjalan di sisi lurus
Rasa pedih di sudut pandang masalah

Surabaya, 27 Juli 2016

Darah Lisan

Darah Lisan

Ucapan tersedak oleh jarum ikan
Ia tidak mengalahkan dari setumpah darah tubuh dinding
Serupa kaligrafi tergores tinta darah
Bangkai petir langit misteri oleh malammu
Tuangkan ide kritis menguapkan sebelah lembaran kosong
Wajah tak kunjung pulih
Hidup selama sepuluh ribu bulan lamanya
Mengungkapkan setiap lembaran tertutup oleh darah tak tembus
Terdengar dari kilatan petir

Surabaya, 26 Juli 2016

Gunung Meletus Balas Dendam

Gunung meletus balas dendam

Gunung meletus menerjang kemarahan dunia
Semua alam tak terlibat dengan perasaan
Emosi melibatkan cerita penuh terbekas sejarah
Magma mengendap laut merah bukan seperti sungai terrenang manusia
Hanya masuk di laut panas akan terasa hari akhir

Lalu mengigit tubuh perih
Panas pedih menyakiti ikhlas
Menyinggung wajah dendam cukup tertulung
Tiada bisa melihat dunia lagi
Hanya selamat tinggal untukmu selamanya

Surabaya, 26 Juli 2016

Waktu Terpaku Orang

Waktu terpaku Orang

Waktu adalah uang
Retak tangan terikat oleh jarum jam
Sampai titik paku terinjak oleh kelukaanmu
Detik menekankan hampa tanpa terus terlintang oleh lipatan kertas
Ini tak sesali jalang mengharapkan tentang arti dari kelupaan
Waktu longgar menyelamatkan dari sempitmu
Waktu sempitmu paku oleh darah mati
Berjalan sesuai dengan waktu terjalankan
Bagai jarum memutar selintas lingkaran

Inilah suasana waktu tanpa mundur dari masa lalu
Peristiwa tak lupa oleh cerita penuh berkesan indah
Hingga ini mengenang jiwa damai

Surabaya, 26 Juli 2016

Lembar sangat Mengerikan

Lembaran sangat mengerikan

Tulisan penuh berati
Misteri akan menjangkitkan sebelah mata
Tidak tersingguhkan cerita terpendam
Alangkah sadis luka terbunuh di rumah tua tak berpenghuni
Andai bulan tersingkir darah
Suasana cukup mencekam
Suram tanpa merasa menyombongi diriku
Sebenarnya tulisan merah adalah tulisan yang mengancam misteri di depan mata

Tiada sanggup melihat tulisan sangat kejam
Kutukan telah mendatangi saat membaca mantra
Tibalah jalan sesat rasakan sendiri di hari akhir

Surabaya, 25 Juli 2016

Monday 25 July 2016

Jam 10 Malam

Jam 10 Malam

Tak terasa langit malam selalu terlarut
Burung Hantu menghampiri bunyi nada terima dari pohon
Kini saatnya untuk tertidur
Lemparkan kebaikan melayang oleh malaikatnya
Kemundian kamu melemahkan pekerjaan
Miskin tak lepas dari pertolonganmu

Cukupi jam yang panjang
Sungguhkan air hangat menyeduh hangat cukup rindu
Pohon berangin membawa kesejukan di dalamnya
Sampai menutup mata selama beribu jam lamanya
Atas menjalani seribu hari daripada keegoisanmu
Ini tak layak menjalani terlalu paksa
Esok hari akan menemui lagi

Surabaya, 25 Juli 2016

Berbinar-Binar Langit Cantikmu

Berbinar-binar Langit Cantikmu
Kepada : Ristiti Ningsih (Thatiec)

Membayangkan cantik menyempurnakan namamu
Berati cahaya putih menyalurkan hati terembun pagi
Burung kicau berterbang kamu di sana
Berputar tanpa berhenti dari jalan hikmahmu
Terpeka oleh ikatan batin selapis suci
Tersipu namamu selalu ada di langit tuhan

Duduklah di singgasana mulia
Perjuang membawa perjuangan ikhlas
Tulus tertumpuk bintang agung
Sudah tak terasingkan lagi oleh ibadah

Sanggup memukau pipi merahmu
Malu terkenang nama ketekunan
Teladan terus teguh dalam doa

Surabaya, 25 Juli 2016

Lampu Menyalurkan Shodaqoh

Lampu Menyalurkan Shodaqoh
Kepada : Adwa Azura

Lampu menerangi gelapmu
Ungkapkan merangkapkan pisang kuning
Berjalan pelan terbingkai gambar bersinar terang
Janji tak lupa menjalankannya
Menerjunkan air begitu cepat
Melihat dari jendela jelas oleh suasana

Pesona cantik dari aroma wangimu
Bunga flamboyan mengiring dari sini
Pelankan suara tapi nggak sanggup menampilkannya
Inilah arti dari kejutan setelah kembali
Meraih hati yang tertulus oleh dada
Tersentuh oleh cantik
Penuh berbagi memberi kebahagiaan

Surabaya, 24 Juli 2016

Prasangka Yang Bohong

Prasangka Yang Bohong

Tidak menyinggap ucapan
Kau tak terima nasib dari sana
Sempurna sulit sekali memberinya
Mengungkapkan rindu berujung perpecahan oleh dua pohon
Selain itu tak sanggup mendukung teman sebaya
Omongan tak percaya dalam kebaikan
Ku yakin tidak membinasakan diri seembun pesan dari angin

Kecuali membaca surat di luar rumah teman
Sekian lama mengucapakan omongan terlalu tidak kuat oleh hati
Sesali orang lain sebelum bertindak
Merangkap perbuatan selalu sia-sia
Berati tak sanggup meraba kebaikan

Surabaya, 24 Juli 2016

Sahabat Merah

Sahabat Merah

Ucapan tak biasa
Tergumam dalam lisanmu
Benang merah menjerit malam
Dendam memaki nama tak sebutkan
Sepertinya tak kunjung selesai
Sepanjang pertentangan tanpa berdamai

Ia menajam pena bekas darah
Menyesal di belakang hari
Bintang menyinggung hati manusia
Bulan tertutup oleh awan
Purnama tak sejauh dari hadapannya
Kau selalu ingkari janji
Hanya balas tanpa menunggu lama lagi

Surabaya, 24 Juli 2016

Jenuh Jiwa

Jenuh jiwa

Manusia tak luput dari kebahagiaan
Menyesal bila prasangka buruk
Mengeluh lisan yang tak terucap
Terbangkai awan terlalu membungkam
Lepaskan jiwa yang tenang
Tega menghianati apa yang telah berikan
Hanya mencabut mimpi yang inginkan

Serahkan diri tanpa langsung terima
Burung hantu menghantamkan dia
Terjun air darah tersipu kemudian
Ia terlalu jauh di abaikan
Inilah penuh kesah ini batu yang buntu di jalan

Surabaya, 24 Juli 2016

Tugu Pahlawan

Tugu Pahlawan

Tempat untuk bersejarah
Peristiwa perang Surabaya telah mengenang
Semata-mata senjata perang masih di wariskan
Kota dengan gedung runtuh terpanah oleh waktu
Menerjang bendera merah putih biru
Terbelenggu oleh negara jahat penuh kemurkaan
Dinding perang masih mengabadi pahlawan
Merdeka atau mati menjadi kata yang bermakna
Surabaya adalah kota pahlawan
Seperti sebatang pensil

Surabaya, 24 Juli 2016

Dunia Tanpa Merabamu

Dunia tanpa merabamu

Hidup serasa bingung
Prediksi tak kunjung sembuh
Sakit pada tanah menjengek
Pelamahan tak terus ku lihat
Meranjang air sungai menguat sebelah mata
Suasana terus tanpa tanya dari dunianya
Tak cukup mengerai sikapmu

Sempurna tidak lama
Sederhana tidak lebih dari itu
Berjalan dalam tanah berlumut lubang
Menyesal dalam perasaan manusia
Selesainya pada pihak ketiga
Penderitaan dibalas dengan balas dendam
Menggenggam tangan kosong berlompong dari dalam
Tiada sanggup menjalankannya
Jalani apa adanya
Surga menjauhi dari langkahmu

Surabaya, 24 Juli 2016

Saturday 23 July 2016

Pohon Perasaan

Pohon Perasaan

Pohon menumbuh membuka dari wahana hidup
Untuk tanamlah di berbagai perasaan membatinkan
Bahasa tak input dari bertahan hidup
Gumuh tak bersuara dari dalam
Prasangka memperhatikan dari batin
Perhatian dari hati
Dekati waktu yang mendengar dari siang malam bergulir

Tembang dari batang menjatuhkan makna keburukan
Tak belas kasih sayang mengoles hati penuh terluka
Pohon tak bisa berjalan dari sana
Tak bisa bergerak dari tubuh pohon seperti manusia
Hanya terdiam tanah dan perasaan yang ku sangka
Mengimpiankan masa depan berasal dari teknologi canggih daripada tanah menerjangimu

Surabaya, 23 Juli 2016

Sahabat Segaris Cahaya

Sahabat segaris Cahaya
Kepada : Ria Filosophia Dika

Setitik bunga menggambarkan cahaya terpancar dari sana
Tersungguhkan oleh rumah bagaikan istana membangun di atas awan
Kenikmatan teramat syukur padamu terpagahlah oleh waktu
Terhangus oleh masa suramkan terpadamkan oleh kumpulan cerita
Terkelupas oleh kulit buah apel bermakna kemalasan
Luka membiarkan tubuh bergerak bisa kembali
Cinta damai mengerai dari bangunan spiritual fikiranmu
Kain kerudung kadang keluar dari jalan masalahmu

Sebablah kita berteman tanpa menghargakan setiap muliamu
Inilah kita menjemput mimpi jelang setiap langkah
Bersama membangun tujuan
Rasakan berbinar-binar oleh segi lima waktu
Tempati untuk merindukanmu
Tak abadikan oleh jari tangan di atas bulan purnama
Inilah terdoa kabulkan dari mimpi

Surabaya, 23 Juli 2016

Jam 6 Malam

Jam 6 Malam

Malam menjelang terlalu cepat
Semua orang ingin kembali di rumah masing-masing
Sebagian tinggal di sini serta ada betah tanpa bolak-balik pulang dari pekerjaannya
Tidak lepas dari ilmu serta membebani keluarga kita
Dia yang akan menabung rencana hidup bagaikan tulisan yang mengores pena
Jalan Raya memadai kendaraan sampai terbelenggu emosi
Tak sanggup melihat kehidupan yang mengores asamu

Terjunlah nasib waktumu
Gamparkan semangat berujung lelah berjalann jangan berbaring di Jalan
Maka tergelombang laut menetes nafas sejenak
Rasakan di ruang hitam tempat untuk beristirahat
Nikmati pesan penuh bersyukur
Utamakan berimbang dengan sepucuk doa
Sampai jumpa pada esok hari penuh bercerah

Surabaya, 23 Juli 2016

Rekam Hidup-Hidup

Rekam Hidup-Hidup

Sejarah tak kunjung sama dari dokumentasi
Kumpulan berkas menampilkan satu persatu peristiwa di alami
Ingatlah perasangka menyinggung fikiran mengkritis
Tidak juga mengunjungi masa hidup lama maupun baru
Mereka yang menjadi saksi hidup seorang mampu menindakmu
Tanpa sanggup menyinggungi kita
Siang malam seumur hidup

Terbentur kepala melindas dinding tembok penuh berdarah
Selalu mengingat masa lalu cukup suram bagaikan cerita yang deraikan debu sambil maknai hikmah berambai-ambai pesan
Lupa menggagumi masa lalu malah terdemam masa depan
Mungkin tak beda dari waktu ke waktu
Ingatlah lalu berulang kembali sebagai percernaan masa barumu
Ku sia-siakan pasir berjatuh ringan jiwa meraga alam

Surabaya, 23 Juli 2016

Bunga Sebuah Tulisan

Bunga Sebuah Tulisan
Kepada : Merliana

Cinta damai selapis matahari menyinari dunia
Sempurnakan cantikmu mengubah pesona hidup
Pipi merah menyenangi kamu selaras taman hijau penuh oksigen
Bagaikan mahkota bunga menumbuh akar sehelai rambut hingga tak berhingga
Dan tidaklah mereka menerjang angin terlibat dalam tepi jalan putih
Gadis bidadari melingkari berputar bulan lari sepanjang perjalanan sebuah tulisan

Bangkit dari kemalasanmu
Pujian mencerna batin lalu menyalur di hati
Sebanding mudah itu jalan pelan menyebut nama tuhan kami berbaktimu
Garis khatuliswa membentang cerita penuh indah
Menyelimah pesona menghujani air bunga sewarna ungu
Tanpa retak bila terpisah membelah jadi dua
Tak bisa hindari dari warna dengung sebelah lisan

Surabaya, 23 Juli 2016

Friday 22 July 2016

Ibunda Menyakiti Hati Anak

Ibunda menyakiti hati anak

Pagi membawa suasana ketenangan sepanjang fajar pagi
Daun mengembun air sungai secara beralur-alur kembali
Kembali lagi kejadian secara nyata
Tak sanggup menahan amarah pada Ibu lalu menarik tangan anak secara tak sengaja
Sakit yang begitu perih dan kadang perih
Musim panas membentang kota dan desa setelah fajar telah terbit

Betapa kerasnya berkali-kali mengingatkan secara tidak beretika
Lalu ibu tenggang melihat anak secara bandel
Uang yang di berikan dihabiskan untuk membeli mainan
Menghibur tetapi tidak menerima perkataan dari apa yang telah perintahkan
Habislah sudah Ibu menampar wajah anak
Di setiap tubuh menyakiti wajah anak hingga darah mengeluarkan secara satu persatu
Pulang ke rumah yang paling senang

Bunuhlah Ibu atas membunuh perasaan secara pura-pura
Tidak yakin melihat ibu sakit dari cambukan dari malaikat
Mati rasa mengubur hidup-hidup

Surabaya, 22 Juli 2016

Ibuku Menyiksa Anaknya

Ibuku Menyiksa Anaknya

Betapa hidup semakin kritis
Susah di jalani walau kisah nyata menjadi tanda tanya
Ibuku memarahiku secara murka pada anak
Membentak ucapan ibu terhadap anak tak sanggup menahan tangisanmu
Tidak yakin mendekati secara kasar
Hanya menyiksa sekujur tubuh anak hingga mendatangkan luka

Keluar dari rumah merasa menangis sekencang mungkin
Betapa kejut orang lain melihat kesedihan anak atas mendurhakai ibu secara mengganggu jiwa
Ayah ikut menangisi anak terhadap kekerasan membawa ancaman bagaikan membakar kesenangan selama ini
Tega sekali ibu merusak baju anak lalu membuang secara sia-sia
Sampai kapan ibunda selalu bersatu kembali karena perbuatan

Surabaya, 22 Juli 2016

Ibunda Tega Bentakkan Anak

Ibunda tega Bentakkan Anak

Hidup cukup singkat
Masih saja Ibu membentak ucapan pada anak karena terlambat pulang
Andaikan suasana makin menderita
Tak sanggup menahan kuasa air mata karena setelah menyiksa luka anak sakit sekali
Beberapa jam kemundian aku kelaparan gara-gara bertingkah galak

Dunia ini tak adil
Lihatlah kasihan pada anak karena tak sanggup mengorbankan sebab tak batin
Cerita sedikit membawa perjuanganmu
Tega sekali menerka dosamu sebab kebiasaan tak sengaja
Tuhan akan memberi pertolongan pada anak
Dekatkan pada sang maha kuasa
Sedangkan Ibu menyiksa di neraka atas mendurhakai besar kecil serta tidak balas kasih sayang
Kuburlah hidup-hidup tiada lagi pertolonganmu selain menyayangi anak

Surabaya, 22 Juli 2016

Ruang Mulia

Ruang Mulia
Kepada : Sinta Yudisia

Isi Ruang mengajaibkan kebaikanmu
Bagaikan air mancur mengeluarkan air berbentuk puding di dalam kolam
Surga di bawah telapak kaki Ibu
Mengeluskan perut bayi akan melahirkan secara selamat sentosa
Tanpa melihat dosa yang ku perlihatkan
Inilah keagungan dalam setiap ibadah fardhu sampai sunnatullah
Tersambung cerita tanpa terputus

Cinta Segitiga tak membuatku bahagia
Juara meraih di tanganmu beremas
Sekilau kerudung membuatmu cantik sholeha
Inilah ibadah selalu di jalani serta amalanmu ku terima kepada tuhan

Surabaya, 22 Juli 2016

Cantiknya Anggun Gadis

Cantiknya Anggun Gadis
Kepada : Merliana

Seorang gadis berembun-embun cahaya
Cantik bagaikan pelangi burung berterbangan kemana-mana
Cantik sewarna mentari seperti matahari tersenyum
Tak rupa oleh cerahnya wajahmu penuh putih
Berjalan samping jalan berbunga merah mawar
Suara lemah lembut tak luput dari hatimu

Garis lurus menggapai hatimu
Setiap saat menemani akan bersyukurlah bagaikan lilin
Inspirasi membawa anugerah tuhan
Selalu memanjatmu jiwa berderai laut sampai pada malam
Membelah air sungai memancarmu berpesona di depan mata
Pelangi menetes air mata hingga tak melingkupimu

Surabaya, 22 Juli 2016

Gumamkan Desa Terpendam

Gumamkan Desa Terpendam

Suasana hampir jernih
Selalu ke penjamkan desa berasal dari pemandangan yang berbinar-binar cahaya putih
Kabut dingin menyelimuti telaga air sungai
Air terjun menjatuhkan sungai berlaut
Seolah-olah keragaman terus lestari dari alam
Sahabat satwa mengelilingi hutan luas penuh berpohon teduh
Sangat sejuk dan segar menghantarkan hari
Inilah jalan raya bersama rumah bersebelahan sembari cerita tanpa menggoreskan darah

Daerah ini penuh terdiam
Selayak rumah bersuara tanpa diam
Gumamkan angin kencang menyambari atap rumah
Terpecah menjadi dua bagian
Pertama melewati jalan tanpa lampu
Kedua melewati jalan merintang
Mengiringi lagi daerah menghargai kebangsaan
Ciptakan kebanggan dalam berempati

Surabaya, 22 Juli 2016

Langit Dan Bumi (3)

Langit Dan Bumi (3)

Saat ini matahari menutupi sinar hitam
Tiada menampakkan lagi saat pagi hari
Pagi mendatangkan hujan bukan sekedar cerah
Malam mendatangkan hujan bukan semata-mata melihat bintang lalu membentuk garis
Siang dan Sore mendatangkan badai hujan lalu menyambar petir bagaikan kemarahan dunia
Bukan semata-mata melihat awan lalu bersinar terang meski di negara semakin panas serupa
Melainkan hanya cuaca yang bisa memprediksimu sepenjam mata mimpi
Mungkin langit akan semakin kritis
Bumi akan mengguncangkan dunia biarlah engkau bereaksi

Lama-lama bencana membawa korban jiwa
Lari tak bisa ku hindari dan tak bisa ku selamatkan
Begitulah panas atmosfer sangat luar bisa
Bumi tidak bisa ngomong dari luar angkasa
Tata surya lainnya beda partikel secara berbeda
Mata air melingkupkan sungai jernih
Tak jelas mengagumi mata rantai
Terantai menghubungkan jalan kebaikan
Laut berombak oleh gelombang tanah pasir

Ini matahari dan bulan terus menampakkan pada malam mulia
Serupanya tidak lepas dari kematian karena musibah
Korban akan menyelamatkan lalu mengalir ke Surga

Surabaya, 22 Juli 2016

Thursday 21 July 2016

Lemah Tiada Sempat Dijalani

Lemah Tiada Sempat Dijalani

Pagi hari sangat panjang
Tiada ku sempatkan waktu untuk menjalani apa yang telah berikan untuk diriku
Tetapi tak kuasa melihat realita secara nyata
Karena menunda-nunda waktu semakin meraba waktu di dalam laut sepi
Di setiap sisi memiliki tujuan berbeda

Tak akan berati keingkaran netes air doa
Menguap air tuangkan cerita yang lalu
Setiap terus begini namun sampai kapan ibadah yang ku laksanakan?
Tuhan mencatat amalmu
Sentuh tak bisa ku sampai meski jauh dari kalbu
Suatu saat ini menikmati siasat hidupmu
Selalu menyanyikan nada terlalu dering
Tuhan memberikan apa yang telah di salahkan

Surabaya, 21 Juli 2016

Tugas Tanpa Teman Sebaya

Tugas tanpa Teman Sebaya

Memberi petunjuk tentu penting untuk setiap hari
Namun lepas ikatan teman bagaikan tali menyambung persaudaraan akan tetapi terbelah satu-persatu bila tak tahan
Jawaban demi jawaban telah ku sampaikan walaupun bahasa sederhana
Selalu berteman dengan tingkah laku untukmu
Tidak kerjasama bila wajah melamun
Kata sahabat ia menyesal perbuatan tak jelas di matamu

Tiada tunda hampiri waktu pendek
Beban terus menumpuk
Sendiri yang tiada ku rasakan
Amarah menyambang orang lain tanpa alasan sedikitpun
Menggigil tubuh kedinginan
Ini tidak menentu dalam setiap pertimbangan

Surabaya, 21 Juli 2016

Letak Lubung Jalang

Letak Lubung Jalang

Tersirat waktu semakin parah
Perihkan kota seupama nama tergoda oleh perasaanmu
Keluhkan masalah seiring lagu menyandang sakit tak kunjung pulih
Tersimpan kertas suara mengumpankan darah manusia
Mengorbankan jiwa berinkarnasi tanda tanya
Terpaku seputik bunga cerita
Tulisan tak akan infus organ berbicara

Tidak mengerti pelukan membuat tangan tergoles luka
Berati sebuah terowongan tergelap tanpa lampu
Percikkan api menerangkan cahaya merah
Asingkan laut mengalir maju mundur tercipta rasa
Setengah hidup bergambarkan egois terhadap pikiranmu
Ini jelas retakkan kertas setelah menggulungkanmu

Surabaya, 20 Juli 2016

Kelas Kehidupan

Kelas Kehidupan

Saat pertama kali masuk sekolah bersama dengan teman tidak pintar
Tak kunjung mengobati rasa kebaikan ini ulah manusia tak berdaya
Sesali perbuatan tanpa tuntas menegurmu
Dukungan melemahmu tanpa berdaya
Perasaan terarus air listrik menyentuh tubuh terasa shock
Ku ragakan mata perih menyakitimu

Ilmu tak tuntas ku ingatkan
Upamakan mencari jati diri bagaikan tak sempurna mengelola
Mereka belum yakin menata susunan kertas isi tulisan penuh coretan
Buanglah secara percuma-cuma
Handalkan hari terbuntang oleh sebuah cermin
Kasur terbentang masalahnya
Tanggungan diri melunaskan uang kemaknaan

Surabaya, 21 Juli 2016

Perjalanan Penuh Berati

Perjalanan Penuh Berati
Kepada : Sinta Yudisia

Sejak kecil ku tuliskan sebuah cerita
Membaca adalah jendela dunia bagaikan memasuki samudra pengetahuan
Tuntaskan cerita membenahi sebuah pengalaman
Menulis seperti berimajinasi menuangkan air ke dalam gelas
Ide akan terus menajam dalam pena
Tak berati perjalanan tanpa berhenti dari prasangka
Tidak jauh dari kelingkupannya terhadap bunga mawar
Alasan tanpa jernihkan air doa

Seperti samudera tak mewabah angin berfoya-foya
Maksudnya berjalan kaki melangkahkan angin dingin
Di situlah engkau merona gunung fuji menuangkan magma meraba sedihku
Pergi jauh menemani tidur mulia
Simpan dalam hati mengapresiasikan banyak orang

Surabaya, 21 Juli 2016

Selisihkan Hidup Menjadi Dua

Selisihkan Hidup Menjadi Dua

Hidup satu menjalani kebaikan seperti perjalanan jauh tanpa bersuara
Sia sekali keringat sekujur kain dan tubuhmu
Sampai di sini tak jenuhkan air matamu
Pekerjaan membuat beban kadang ringan dan kadang beban terasa berat
Ia tidak ada sempurna setiap amalan ku tuliskan
Baru saja mengingat semua kejadiannya

Hidup kedua penuh penderitaan
Setiap keluar rumah menikmati kebiasaan tidak jelas ku maksudkan
Setiap batang bercahaya merah menyeduh cahaya lalu menafas dalam asapmu
Tengkorak meleleh setiap sakit berujung luka
Rasakan sakit penuh perih
Isakkan tangismu menodai siksa kuburmu

Surabaya, 21 Juli 2016

Pergilah Suara Teriakmu

Pergilah Suara Teriakmu

Malam hari menghambangi awan tertutup awan
Gelap tak terlihat oleh sekujur benda tak jelas ku pegang
Petir menyambar rumah tua tak terhuni
Ke sinilah kalian tak akan kembali ke rumah lama
Fikirkan tak menentu arah dari kegelapan
Kejenuhan terus mengambang sebelah mata

Beginilah aku menakuti orang yang sudah mati
Hujan mengeritkan tenaga dan waktu
Larilah tak bisa melewati
Andaikan misteri tak terpecahkan akan tersungguh oleh sebuah bulan purnama
Sungguh kelemahan menurun bercampur sedih padu
Perih oleh sakitmu
Bunuh tak ada percayakan oleh sahabat

Surabaya, 20 Juli 2016

Radikal Terhadap Lisanmu

Radikal terhadap Lisanmu

Ucapanmu nggak berguna untukmu
Fikiran akan serasa bolak balik menyusun nama dan kata
Ia sebaliknya tidak sanggup memerintahkanmu
Seandainya tidak terima jawaban yang susah payah
Jeritan suara tidak ku relakan

Betapa sadis engkau membunuhmu tanpa alasan merendam amarah
Dentumkan jantung bersaring dari dalam
Tidak bersama memungkinkan ini lagi
Bergurai daun pohon akan ku patahkan
Yak jelas di serasikan
Kali mati rasa busukkan hati
Selamanya tidak melihat lagi di akhir hayatmu

Surabaya, 20 Juli 2016

Hantamkan Petir Putih

Hantamkan Petir Putih

Sambaran pada badai kegelapan
Tak sanggup menerima pedihnya kemarahanmu
Mereka tiada lagi melindungi dari segala kedurhakaan
Dentumkan jantung langit menghapus ingatan
Denyutkan nadi bumi tersipu angin musim

Sebelah menara ia tidak sanggup melihat ketinggian
Dari bawah seperti api yang menyala-nyala
Kejora bintang menancap bebatuan penuh bola api yang berjatuhan
Bersinambung bersama dengan orang miskin
Sambaran bagaikan tubuh luka membakarmu hidup-hidup

Surabaya, 20 Juli 2016

Ku Sinarkan Cahaya Rindu

Ku Sinarkan Cahaya Rindu
Kepada : Nuri Maulida

Ku senandungkan air mata di dadaku
Sepenjam mata salurkan jantung begitu mendetak
Hijab tak pantas ku pernah di lintas oleh hati
Jalan kaki menemani bunga yang wangi aromanya
Bagaikan bintang berbinar-binar malam hari
Ia tak sempurnakan dosa terdalam
Tidak terarus api mengobarkan kesalahanmu

Berikan jalan menuju kebaikanmu
Serukan dakwah menyebarkan pesan terbaikmu
Andaikan angin menghembus nafas hingga ke jantung
Cantik sewarna pelangi berbagai warna langit
Cantik sewarna mentari seperti matahari tersenyum
Suara lemah lembut menerbangkan burung hingga mendarat di pohon
Ibu tidak rela mendukungmu seorang remaja muslimah

Surabaya, 20 Juli 2016

Dengungkan Suara Kebaikan

Dengungkan Suara Kebaikan

Suara rakyat membentang hari terbuka
Menyanyikan nada lagu seperti melodi menggelombangkan sampai di sana
Mungkin lirik di baca tak tentu kemampuan yang jalani
Serupa karya yang di depan matahari
Sang Surya menguasai hatimu
Deraikan cahaya awan dari sepucuk bunga
Tidak ada bukti dari keagunganmu

Di sini tempat ku sanggahi
Walau selama dari deraian debu mengolah nafas dalam
Suara yang begitu datar
Naikkan melodi hingga sampai ke atas bila engkau sanggup
Tiada hasrat dalam suara agung penuh lemah lembut

Surabaya, 19 Juli 2016

Wednesday 20 July 2016

Bulan Tertutup Awan

Bulan Tertutup Awan

Bulan Purnama tertutupi oleh Awan Hitam
Betapa buruknya hantu terus membunuhmu
Suram mengasah darah begitu menetes
Tak kunjung terlihat saat bulan purnama terus mengerikanmu
Inilah arti dari semua kehidupan berwarna merah selapis misteri tanpa keterangan yang nyata

Tidak percayalah hantu saat menampak pada malam hari
Upamakan tiada tempat berlindung dari pembunuhan tidak sengaja
Sepertinya tidak ada saksi dari darah sekujur tubuh
Sesali mungkin hujan menetes kubur hidup-hidup

Surabaya, 19 Juli 2016

Tuesday 19 July 2016

Kompaklah Keluarga Kelas Kita

Kompaklah Keluarga Kelas Kita
Kepada : ISONEX

Betapa hidup tiga tahun lamanya memasuki dunia sosial
Tiada habisnya menikmati perasaan penuh buruk
Tak seorang pun membara dari segudang cerita
Tidaklah kita melawan kekompakkan dan kegembiraan
Runtuh di habiskan oleh akhir zaman
Perendam hati teguhkan semangat merdeka

Tidak ada cobaan menghadapi semua yang engkau lakukan
Berikan kami kemudahan dan pertolonganmu untuk kita
Mereka tak lepas dari kejenuhan
Abadi sesaat waktu telah tiba
Samudra menghamparkan laut bebas penuh berdarah
Penuh sadari juga keluarga mengagumi terima apa adanya

Surabaya, 19 Juli 2016

SMA Negeri 10 Surabaya (Puisi)

SMA Negeri 10 Surabaya

Sekolah adalah tempat menuntut ilmu
Surabaya adalah kota pahlawan
Masa SMA adalah masa yang menyenangkan bagimu
Ciptakan karya membangun negeri bagaikan bangunan dari bebatuan bekas runtuh
Retak hidup tak luput dari sisi jalan hidup
Walaupun setiap hari menikmati pelajaran sedikit cobaan
Surabaya mengubah sejarah pahlawan yang telah mengenang sepanjang masa

Sekolah membawa anak dapat tersalur piala emas
Belajar dari sini serasa hampa andaikan seribu makna
Sekolah ini terus bertahan hingga seribu tahun lamanya
Jangan reruntuhan oleh waktu dan tenaga
Beban serasa berjalan tahu rasanya
Hanya memerlukan apa adanya

Surabaya, 19 Juli 2016

Lelaki Teladan

Lelaki Teladan

Aku ini pemberani
Terhantam perasaan di terima
Ku sampaikan dari kecil bermula dari kesadaran
Gerak demi bergerak hampir tidak terlalu baik
Setiap hari aku bodoh terus
Sekolah akan tersia-sia oleh waktu

Aku seorang anak kingkong
Tidak mungkin aku disalahkan
Retak hari semakin terinjak rumput
Remuk karena pertama engkau tidak sabar
Depresi membawa jalan keburukan
Hanya saja kembali berteduh kepada tuhan yang maha esa
Rasa percaya diri serasa berubah
Menginjak dewasa aku kembali normal
Tidak mengulangi lagi perbuatan itu
Perubahan mengantarkan garis impian

Surabaya, 19 Juli 2016

Monday 18 July 2016

Hari Pertama Sekolah

Hari Pertama Sekolah

Betapa pertama kali menginjak kaki menuju di tempat engkau menuntut ilmu
Sekolah adalah tempat kalian belajar
Inilah aku menikmati suasana baru
Nikmati kehidupan yang telah berbeda dengan setahun sebelumnya
Tidak asingkan lagi meniatkan diri untuk menjadi seorang yang jiwa tangguh
Perjuangan akan membawa jati diri mendirikan tujuan yang lebih mulia
Sebagian berangkat dari jalan serasa macet
Demi waktu yang mengorbankannya

Ada saja di desa melewati rintangan sangat berat sekali
Meskipun tak mampu tetap bersekolah
Naik sepeda berjalan sepanjang waktu
Jauh dekat menggunakan alam sejuk
Gembirakan terselubung tali silaturahmi
Sebaiknya mengikuti apa yang telah berikan

Semua lembaran akan ku tulis dari hari ke hari
Jadi umumnya sekolah menjadi tempat ibadah untuk menuntut ilmu
Menimpa ilmu hingga ke luar negeri
Dunia akan semakin terus menerus

Surabaya, 18 Juli 2016

Pelangi Gadis Sholeha

Pelangi Gadis Sholeha
Kepada : Rusdiyantik Mahendra

Pelangi memancarkan pelan-pelan
Begitu terlihat pada pagi hari serasa terlihat oleh mata telanjang
Mungkin menyangka ia tak dapat terjelas oleh sebuah nama
Melangkah demi melangkah cukup terbilang santai di sekitar istana agung
Intip dari gemercik air dingin dari desa
Air laut mengombak seluruh lapisan

Mengingat kepada tuhan yang maha kuasa
Maafkan jika selalu terpaku oleh kesalahan nyata
Titik ringan kaki lima waktu bergerak dari dulu hingga kini
Semata-mata tangan menyentuh mutiara dari sini
Di mana-mana mata halus memaknai lembar kertas
Menuliskan rangkaian kata cukup terbilang baik
Hanya saja pelangi menampak sebentar saja

Surabaya, 18 Juli 2016

Kerudung Kuning Seperti Matahari

Kerudung Kuning seperti Matahari
Kepada : Uci Andini

Kerudung Kuning seperti matahari bersinar di langit
Senyum mengantarkan hari penuh bergairah
Berjalan pelan sejauh jalan lurus
Cantik menerima hati secara halus dan lemah lembut
Senandung nada teralir oleh sebutir berlian
Suara tilawah menerjunkan langit yang termuka

Jelajahilah samudra bersama kawan setia
Mendaki gunung bagaikan memberi engkau sholeha
Berdoa kepada tuhan semoga engkau bebas dari gangguan setan
Manisnya pipi wajah memalukan pesona
Sebaiknya terus tergapai karya sangat indah

Surabaya, 18 Juli 2016

Tanda Keguguhan

Tanda Keguguhan

Dengungkan nada dari desa sembarang
Kaktus bertahan hidup di atas terik matahari
Manusia mengeluarkan tetes air keringat
Mendatangkan kehausan mengalir tubuh lemah
Ia tidak berdaya menyentuh kulit sangat berkerut
Daya tahan tak sanggup menjalaninya
Bukan sekedar mimpi dimaksudkan
Yang jelas kegugupan terus tersenanjung air bersih

Mungkin gerabah memutari batu bata secara lunak
Benarkan ini sepenuhnya berfikir tidak menyambung
Seolah-olah langit biru berujung hutan rimba menutupi jalan
Setidaknya hendak berangsur pulih sesudah membawa luka cukup perih
Pedih bila api membesar
Nangis bisa tak betah dingin

Surabaya, 18 Juli 2016

Dinding Pelindung Di Dalam

Dinding Pelindung di Dalam

Melayang dari segumpal bola api
Jatuh dari angkasa melayang api membesar hingga menjatuhkannya
Tidak salah kumpulan bola hingga tak terhingga
Siang malam terus bergilir
Gulingkan bantal menerjunkan hawa nafsu
Alirkan air menggugah sebutir mutiara
Tidak tahu yang engkau lakukan

Senggangkan telah di sempurnanya
Sebuah tanda kebesaran tidak lepas dari kekuasaan
Tidak ketinggalan mencari pekerjaan sosial
Samudera terlindas dari kalangan elemen bumi dan langit
Tanpa retak kecuali tembakan membesar
Tubuh akan remuk seperas buah jeruk
Hanya kembali masa yang begitu suram
Surya mencari bintang

Surabaya, 18 Juni 2016

Lembaran Terakhir

Lembaran terakhir

Ramadhan membawamu kebaikan penuh cobaan
Rasakan puasa dari pagi hingga malam selalu melawan hawa nafsu
Tersepuk nafas tenaga mengerjakan amal keberkahan
Menyayangi tuhan yang syukuri telah ada
Kumandangkan adzan mendengar sampai jauh
Maghrib telah menjelang kemudian minum air sebagai pengantar tubuh lemas
Tunaikan sholat fardhu maupun sholat sunnah

Setelah sebulan lamanya berujung pada kemenangan fitri
Kumandangkan takbir menyambut hari yang fitri
Ketupat telah menanti kalian dan seluruh orang
Rayakan kembang api sebagai penutup rintangan untuk ramadhan
Dirikanlah sholat sunnah hari raya memancar fikiran jernih
Saling berminta maaf kepada sesama sesama dan kerabatmu
Inilah catatan amal di bulan yang suci
Bukalah lembar baru bila mendatangi tahun

Surabaya, 17 Juli 2016

Malam Terakhir dalam Berlibur

Malam Terakhir dalam Berlibur

Liburan akan segara berakhir
Banyak kisah yang belum terselesaikan
Sebagian terselesaikan sepanjang cerita diri sendiri
Sungguh tak mendugamu untuk kesempurnaan selembar tulisan panjang
Mencari orang yang pernah bertemu setelah lama ku jumpa
Di samping salah terhitung oleh waktu
Ia bilang bahwa keniscayaan terus percaya ketika pergi ke pantai
Nikmati air dingin serta panas serasa cukup enak tetapi orang justru memaksamu pulang di rumah

Liburan telah berakhir di sini
Mungkin tiada ketulusan di masukkan oleh hati secara keseluruhan
Betah di setiap engkau lahir cukup sederhana di sebelah mata
Waktu adalah penikmatmu
Kepentingan akan sering di ikuti dari pandanganmu daripada sia-sia melepuhkanmu
Kembali ke masa tenang untuk menikmati amalan esok hari
Selalu menyegarkan badan dan jiwa raga

Surabaya, 17 Juli 2016

Ruang Rindu

Ruang Rindu

Di dalam ruangan terdapat kehidupan yang lama
Andaikan realita menelusuri zaman ke zaman
Cerita mengisahkan tanda tanya oleh seseorang
Ku kembali masa lalu yang sangat suram
Ku kembali masa kejayaan telah di terima
Hampakan tangan menggenggam senjata api lekas darah hidup

Abadikan melihat peristiwa dari waktu dan tempat membuat banyak titik jenuh di tertimpa
Sebaiknya masa depan masih jauh di depan mata
Ada saja menguapkan udara sejak menciptakan gunung dan bukit
Seluruh alam semesta menciptakan dari tuhan serta cahaya asli
Yang lama bepergian akan makin hilang masa itu

Surabaya, 17 Juli 2016

Danau Menyenangkan Senyuman

Danau menyenangkan Senyuman
Kepada : Ardiana Bekti Cahyani

Betapa kerudung panjang berwarna ungu mewarnakan cantik sholeha
Berjalan menyebut berbinar-binar sekilau berlian
Tiara ini merupai warna emas mengunjungi luas lantai pesisir
Upamakan merangkai ikan emas berenang ke tepi laut
Suara kan apresiasi mendukung dari hati

Jauh kalbu malam agung mengagumi dingin dari bukit
Burung terbang menghampiriku ranting tanah
Sewajar mengungkapkan perasaan penuh merintang ruang merah
Harusnya lari di danau lalu melompati air berisi warna putih
Air putih berlambangkan dunia surga
Di sinilah tempat ku kembali

Surabaya, 17 Juli 2016

Gadis Agung

Gadis Agung
Kepada : Merliana

Sepucuk daun teh meracik di dalam
Memerna cantikmu bagaikan bidadari menerbangi awan sampailah ke bulan
Walaupun sepenuh mulia tersena air mancur
Terus ku pancarkan cahaya sekeliling taman berbunga mekar dimana-mana
Secerah pun matahari hampir bersinar di mata dunia
Inilah sosok sejati jati diri jadi guru teladan

Mengira datang seorang gadis berasal dari sekumpulan bola mutiara
Hanya ini merupakan puncak agung intip dari jendela luar
Sesuatu itu tak pernah mengetahui segala keburukan ku alami
Betapa sadis melihat kejelekan terus di abadi kan
Sesaat mungkin keraguan sehilang jauh kalbu
Dekatkan diri kepada tuhan yang maha esa

Surabaya, 17 Juli 2016

Sunday 17 July 2016

Selamat Berbahagia

Selamat berbahagia
Kepada : Putri Anggraeni

Bahagia kepada sahabat tercinta
Gapailah mimpi mengujung keanugerahan
Inilah kewajaran dialami seorang gadis cantik berjalan lembut
Suaramu mengoleskan hati halus secara lemah lembut
Tidak pasti ku terima ucapan kasih sayang sahabat

Sungguh lambat berjalan tinggi alas kaki
Salju menginjak lubang sebuah tanah putih
Tambahkan hiburan untuk menyenangkan hati
Cinta teman bertepuk sebelah tangan

Sangat dialirkan air rasa segar
Tiada percaya ucapan buruk merasakan sensasi wajah
Tidak mengaku pertama kali memasuki dunia tulisan serasa mencoba apa yang telah ku lakukan
Hanya setetes air mimpi sama dengan gairahnya

Andaikan saja mendoakan kepada tuhan semoga engkau senang sentosa atas kehendak ibadah
Sungguh empati bial cukup teragukan lagi
Alirkan pancaran listrik menyelubungkan hati ternodai
Hanya matahari cerah menyukai sang surya

Surabaya, 16 Juli 2016

Jam 6 Pagi

Jam 6 Pagi

Pagi terus mengiringimu
Sambut matahari cerah keluar dari rumah
Sambut awan tertutupi langit menjalani hari
Lakukanlah secara tidak tergesa-gesa bagaikan gerak terlalu cepat

Tiada waktu tambahan untuk persiapan sia-sia
Seadanya berangkat dari rumah selalu pamit orang tuanya
Inilah awal perjalanan harus terima niatmu
Tanpa kesal dari pagi buta hingga siang menjelang

Betapa tiba di sini serasa cukup sederhana
Mungkin mudah ketika emosi mulai biasa
Lumayan dekat dari sini merasa enak melihat burung berterbangan
Pasti percaya tuhan memberi kemudahan dan pertolongan bagi setiap bekerja

Tiada libur dari waktu terpakai untuk buang prasangka
Kembali bila ada saatnya
Merenungkan ilmu yang terima
Berangkat dari sini bila siap menjalani hari
Bagaikan langit menampilkan drama ekspresi

Surabaya, 16 Juli 2016

Mengobarkan Merdeka

Mengobarkan merdeka

Merdeka atau mati
Perjuangan semata-mata menyerang musuh bebuyutan-Mu
Seolah-olah perjanjian terus mengikari janji
Gugup akan terpaku sebuah jarum
Sakit sambil bangkit dari kekalahan
Lari ke sana demi merebut kekuasaan

Cepat sekali di perkirakan ketika musuh melihat dari jauh
Tinggi melihat dari bawah tanah
Lempar bambu runcing sasar oleh perut musuh
Fikiran khusus berhamparan jiwa
Hidup ini sangat keras di tengah kebebasan dan kepisahan

Mungkin pemimpin negara menguasakan politik dan hukum
Sosial melayang wajah negara sekutu
Bergeraklah pasukan menembakkan peluru sangat cepat
Kerapuhan dari dinding sekat akan menimpamu
Tak tertarik lagi mengorbankan jiwa pemimpin

Satu dari semua pasukan hanya menerima balasan dari negara direbut
Kalahkan semua musuh bebuyutan menjebakanmu
Mati syahid tersirat negara merdeka

Surabaya, 16 Juli 2016

Tidak Terima Ucapan

Tidak terima ucapan

Sekarang hingga kini keraguan masih ada
Tidak ketinggalan bila tugas berjalan lancar
Akan tetapi berat dipikul ringan dijinjing
Artinya pekerjaan akan sejauh kemampuan yang dikerjakan
Hanya saja tulisan panjang hampir stress di kepala
Tenggang rasa membebani perasaan
Hati terasa cemberut oleh atap langit

Cukup terbilang sulit saling mengingatkan
Terkagumi alasan sendiri tujuan serasa sendiri
Suara keras menghancurkan suasana tenang
Maksimal waktu akan terus seadanya
Mengingatkan orang tua selalu tidak terima
Membalas dendam selalu ku tunggu
Bagaikan drama akan mencairkan darah fikiranmu
Tak mau kehilangan kebaikan akan membalas perbuatan yang dipertuankan
Nangis menetes air mata lalu meminta maaf atas perbuatan telah di ingkari

Surabaya, 16 Juli 2016

Pagi Penuh Hujan

Pagi penuh Hujan

Indahnya pagi cukup cerah
Pagi menyenangkan hari begitu senang
Saat pelangi setengah lingkaran
Sambutlah bahagia meski di tengah kehujanan
Ia mengaku seindah mungkin cukup mengenaskan
Jalan kasar mengubah jadi licin
Sebagian terjatuh karena luka cukup sakit

Hujan akan membenci air membasahi kain baju
Ketahuilah tiada sempurna menyesali waktu yang ada
Tidak terima keadilan terus membuntuti jalan kebaikan
Tiba di sini serasa kebasahan rangkaian kain
Ini hanya kesalahan pertama secara tidak sengaja
Malam hari terus terjadi sesaat mungkin

Surabaya, 16 Juli 2016

Cerita Terdiam

Cerita terdiam

Lisan tak cukup dari menodai ucapan
Saling membuat satu inti menggambarkan kebaikan akan jernih dari sejuk bermakna
Gumamkan nada dari setetes awan
Hujan terus menyambut laut gelombang
Tulisan terus menyambangi fikiran
Giliran kita mendalami suasana itu

Mau apa lagi omongan yang lagi di per bicarakan
Tema tak cukup dari kata-kata
Terurus sebelah mata
Hanya berkesan lumayan dekat dari sini
Petik bunga menyegarkan tulisan pendek penuh penjauhan
Permainan terus berjalan
Seberapa mampu menjalankan kehidupan sederhana
Maksud dari semua sangat mengamankan
Inilah kita mengubah wacana langsung berempati

Surabaya, 15 Juli 2016

Takdir Tuhan

Takdir Tuhan

Amal manusia sungguh di pertimbangkan
Amalan terasa cukup nikmat bila ibadah terlalu berjalan dengan sendirinya
Sudahkah kita mengoptimis kerja setiap hari
Beban tetap mengobati waktu longgar
Hanya saja terima salah arti tertulis oleh lembaran catatan
Catatan pada malaikat semakin berimbang
Genggaman tangan sekuat mungkin

Petir menghantamkan kemarahan
Tuhan akan membalas perbuatan yang di buat
Saudara melarikan dari rumah lalu berjalan di tempat aman
Demi menciptanya langit dan bumi
Sungguh tuhan akan memeriksa manusia bagi orang-orang baik dan buruk
Untuk itu menguburkan daun terbelah
Air hujan menumpuk jalan hingga tak terlihat lagi

Surabaya, 15 Juli 2016

Prasangka

Prasangka

Bulan menyinari malam panjang
Mata mengambisi nyawa bagaikan darah menetes dinding
Lebih mengerikan gelap gulit mematikan kamu
Hanya senanjung kayu terlancap tubuh luka

Sudahkah menghargai apa yang telah ada?
Hanya pilihan selain hukum tuhan merasakan oleh sudut waktu
Alangkah ini menyebut jejak bara api unggun
Bagaikan gemini memiliki banyak perasaan
Jauh lebih memgadilkan apabila makna perasaan semakin susah payah

Surabaya, 15 Juli 2016

Tubuh Panas

Tubuh Panas

Pagi menyambut suasana sangat mengerikan
Mengejutkan bila saat yang tercerah
Kadang semua kehidupan telah ada
Kesal membawa perasaan yang dipertuan
Ia mengaku tubuh berkeringat mengalir di baju
Betapa sadis melawan kehausan dan kedahagaan
Engkau mengubah angin dalam ruang dingin

Suara matahari terdiam di langit
Tertutupi kabut asap menyelimuti pemandangan
Senja merasa sulit sekali terhampa oleh sudut pandang
Berjalan agak macet ketika emosi mulai mengkerut
Ini jelas sadis terhenti dari sana
Tiada pilihan selain menjelaskannya
Suasana terasa parah sebelum hendak mati di sisimu

Surabaya, 15 Juli 2016

Tiada Nafas

Tiada Nafas

Nafas menghembuskan perlahan-lahan
Gelap gulita menyandangkan manusia perahu pukat tahan hati
Terpaksa naik perahu mengikat hati terbagi dua makna
Anggunkan bunga menyambung daun mahkota
Udara di desa mengaliri pagi segar meskipun dari bukit bermegah-megah
Sebagian dari suhu mengejar cahaya

Ibunda memberi arti dari sebelah bertepuk tangan
Kadang memalukan waktu mencari jati diri
Rendahkan diri menggugah angin besar
Hujan menghembuskan air dari langit
Tiada perbedaan setiap engkau sengangkan
Selain sempurna tanpa melalaikan kewajiban
Ketika nafas terakhir telah mati di hadapanmu
Tolonglah pada tuhan aku terserah diri

Surabaya, 15 Juli 2016

Berakhirlah Liburan

Berakhirlah Liburan

Liburan selama ini terasa menggugah
Tak rasa ingin menikmati lagi walaupun waktu sudah mendekatimu
Sekolah akan menyambut di saat hari pertama
Engkau belajar banyak tentang arti dari kesempurnaan terhadap lintang bumi
Bulan Purnama melihat malam panjang
Tersenadung fajar menyingsing harimu

Matahari tersenyum telah menyedihkanmu
Niscaya suatu saat nanti bintang akan mendatangkan-Mu dari waktu
Larilah menuju kota tempat ku kembali
Pulang pergi datangkan di hati
Sebuah melodi mengabadikan anugerah dari tuhan
Menerka oleh jantung hati terbuka

Surabaya, 14 Juli 2016

Terima Kasih Guruku

Terima Kasih Guruku
Kepada : Tary Can

Selama ini memenuhi panggilan oleh murid
Berjalan kaki menodai wajah senyum manis sejilat permen
Di atas menara menoleh suara merdu seperti burung terbang terarus oleh langit
Satu dari seribu orang telah bersaing untuk menjadi guru terbaikku
Senandung nafas menghembuskan dada lalu melintas pikiran secara halus

Mengelilingi samudera hindia terus menggelombang
Untuk menjadi guru memberi anugerah tuhan akan sebuah ilmu dunia
Usaha terus tercerahkan di sisi ruang biru
Betapa hantarkan cahaya surga telah mendatangimu dari sana
Terinspirasi tak akan berhenti dari waktu
Tunggu hingga berpisah jauh

Surabaya, 14 Juli 2016

Sayang Guru

Sayang Guru
Kepada : Nur Ilmiyah

Ilmu teralir otak seperti gelas menuangkan air jernih
Kasih sayang tanpa lepas oleh sahabat tercinta
Sungguh tak percaya bahwa teman selalu mengikat oleh tali persahabatan
Hilangkan sejenak bila menghadang jiwa sosial
Lepaskan ikatan emosi jahatmu dari tubuh manusia

Lautan mengombak hingga pasir selalu berulang-ulang
Berjuta makna teroles dalam sebuah lisan
Ibu telah menerima tentang arti dari kesetiaan pada guru
Terhadap tuhan akan menyambung akal
Simpanlah atas nama keluarga selama berada di sini
Kejar bersama menemani rumput bergerak oleh angin
Lompat setinggi langit bila merasa bahagia

Surabaya, 14 Juli 2016

Kasih Sayang Tanpa Balas Dendam

Kasih sayang tanpa Balas Dendam
Kepada : Nela Florentina

Ketika menyambut ruang baru hendaklah kenalan oleh orang baru
Sebaik-baik manusia akan memberi senyuman bila menyambung tali putih penuh bercahaya
Yang mana bisa jadi meniatkan kepada tuhan
Jadinya memang akrab ketika engkau bertemu
Tubuh terasa menyentuh oleh hatimu
Mana mungkin terdengung oleh nada tak jelas

Bersamamu atas menara mengapai sebuah fikiran
Renungkan selama beberapa waktu telah berjalan bersamaan dengan air sungai sangat jernih
Inilah berguna manusia terbaik untukku
Oleh karena itu menghembuskan dada burung pergi oleh sana
Alangkah indah hari sangat cerah sekali

Surabaya, 14 Juli 2016

Musim Balik Lebaran

Musim Balik Lebaran

Liburan akan segera berakhir
Mungkin kecewa sesudah menikmati kesenangan ke dalam ruang waktu
Semua ini berkesan untuk bintang putih
Terkelabu oleh langit biru cukup indah
Ku lekat terpana oleh jantung kota
Heningkan ini berkenang untuk kembali ke rumahmu
Di Desa akan mengecewakanmu

Jika kembali di sana serasa melawan jalan penuh keramaian
Serta kemacetan tak akan selesai saat engkau kehausan
Matahari menyinari tubuh keringat
Hanya sebuah lagu menancap suasana
Sadar ku hadirkan berdiri dalam pemukiman
Sampai di sini menghampiri keluarga lalu berpeluk di hadapanmu
Selamat bertemu lagi musim liburan

Surabaya, 14 Juli 2016

Wednesday 13 July 2016

Dengung Suaramu

Dengung suaramu

Tak lihat dari dalam nada ini
Sungguh sulit untuk melantunkan lagu oleh penyair
Katakan dengan penuh berjiwa raga
Tak tentu arah oleh sudut pandang
Tidak bisa ku apa-apa
Sesali mungkin terpenting oleh tulisan
Panggung purnama membintangi dari sisipun

Tiada keraguan ku sumbu bumi hangus di telan tanah
Semua ini punya kemampuan
Tujuan selalu berbeda dengan sendiri
Perlihatkan suara dari depan mic
Mimpi selalu kuat oleh hati
Cukup terdalam tersuang tempat ia kembali
Terbelenggu oleh perasaan

Pasuruan, 13 Juli 2016

Biarkan Engkau Pergi

Biarkan engkau pergi

Pergilah dengan senang hati
Sangat cepat yang ku rasakan
Alangkah pahit menjilat mangga dicampur garam
Marah terdampak oleh perasaan manusia
Bagaikan makan cabai rasa pedas di lidah meski sembunyi oleh namamu
Cukup sakit hati tangan kosong melompong

Upamakan tiada apapun dalam hal jiwa
Ini cukup sulit untuk kita
Tersenanjung kulit buah
Bintik terjangkit tubuh makhluk hidup
Tidak sambung oleh obrolan santai
Cukup depresi terbawa laut gelombang
Hanya tuhan yang marah bila tak suka

Pasuruan, 13 Juli 2016

Tercuri Pandangan

Tercuri pandangan

Rela sekali merebut dari teman setia
Tidak tahu maksud dari kebaikan?
Karena kesadaran semakin jengkel bila terasa sulit
Susah payah mencari cara untuk mengotori perbuatanmu
Sangat sadis cukup sakit hati

Tangan merah merendam air panas
Mengejar dari depan serasa cukup aneh
Ia mengaku orang ini palsu tanpa nama
Hanya saja siapapun pasti tidak percaya kepada segalanya
Sebuah apel tertancap panah
Hanya tergiur pada tiap luka sekujur tubuh

Pasuruan, 13 Juli 2016

Sunyi Di Tengah Sepi

Sunyi Di tengah Sepi

Malam hari terasa larut
Semua pekerjaan terhenti sampai di sini
Mungkin dia kembali ke rumah asal
Lampu telah menyala sejak sore hari
Setiap malam pasti tak terlihat oleh sinar pagi dan siang

Sepi sekali melihat ramainya suasana
Sungguh jelas sendiri tanpa menemani setia
Ujung terbang sembunyi oleh sebelah tangan
Karena malam penuh ketenangan
Jangankah mereka terasa sia-sia dalam hidup
Stress sekali setelah engkau pulang dari jalan-jalan di pasar malam

Pasuruan, 13 Juli 2016

Lapisan Kue Rindu

Lapisan Kue Rindu

Seenak kue di lapisi roti begitu indah
Hangatnya kenangan yang tak luput dari teman
Katakan dengan sebenarnya penuh ternoda
Hanya tersaji di tempat yang hangat
Mengisi hari penuh heboh dan seru di sini
Inilah lembut kue mencampurkan krim bagaikan pelukan sebut saja canda tawa
Mengejar sana-sini mengoles krim di pipimu

Tiada ribut dari sejuta cerita
Bebaskan langkah berbagi bersama
Burung di pohon merasa lezatnya kue kering embun pagi
Canda tawa tak lepas dari bertemu
Inilah kita saling berpelukan
Selepas dari sini merasa bahagia selalu ada dalam hari

Pasuruan, 13 Juli 2016

Angin Seperti Salju

Angin seperti salju

Angin mengelilingi udara desa
Inilah kita habiskan waktu menikmati wahana seru
Tidak cukup bila menambahkan kesenangan melaui terjun langit
Berjalan dengan sendirinya lalu luncur oleh tanah es
Hampiri pohon beringin tertutupi air salju
Angin bersepoi-sepoi meniup setiap waktu
Salju seperti lilin karet membentuk wajahmu
Tak semudah terus ke awan

Berjalan kaki di jalan sangat licin di tengah badai salju
Saat hujan beserta angin sulit maju jalannya
Hingga terkena tiupan angin sampai mundur secara otomatis
Sesudah itu sampailah pada matahari
Angin tiada tembus dari cahaya
Bahaya terbelah oleh kenyataan
Sedih bila terus terjadi sewaktu-waktu

Probolinggo, 13 Juli 2016

Tersirah Tanah Hampa

Tersirah tanah hampa

Tanah subur dari gunung
Bagaikan air menyedot ke bawah
Merasakan dingin tertutupi kabut air
Serasa seperti mendaki gunung setinggi langit dan bumi
Bagaikan jejak melewati bulan purnama
Yakinlah bahwa batu akan tertutupi jalan kebaikan
Walaupun keras benda di dalam pasir
Jika terinjak oleh batu terasa perih

Benarlah bahwa hati terlalu pedih
Terlintas oleh kerikil batu cukup sakit diri terserah pada tuhan
Ku gelap kan seisinya meski tersentuh bayangan
Hutan meraba akar pohon sangat sepi di sana
Tanah terasa naik turun jalan ini
Hanya selesai dalam rintangannya

Probolinggo, 13 Juli 2016

Lunaskan Hati Terbuka

Lunaskan hati terbuka

Betapa orang di cintai telah bermasalah
Kadang menolong hanya kepentingan demi peduli pada sesama
Setiap engkau menolong entah memperoleh kebahagiaan dalam hidup
Tak menyangka semua tergambar oleh dia
Namun tiada hanya merasa beban terus ku jalankan

Hampiri roda berputar oleh lingkaran
Tiada habisnya waktu semakin berulang namun waktu akan naik
Tidak bisa mundur dari waktu hanya merasa seadanya
Mungkinkah itu mengelupas buah pisang ulurkan tanganmu untuk mereka
Masihkah aku terlari oleh sahabatku
Hati akan selalu ada dalam jejak langit

Probolinggo, 13 Juli 2016

Apresiasi dalam Perjalananmu

Apresiasi dalam Perjalananmu
Kepada : Asma Nadia

Dari kecil ku habiskan menulis olehmu
Bermain sambil bebaskan dirimu
Karena setiap orang besar akal melintas mimpi
Cerita tak henti dari benahannya
Berikan dia seungkap tulisan penuh berati
Inginkah mereka menciptakan lembaran
Bagaikan perjalanan penuh beribu hikmah

Pasti terima apa yang telah ada bagimu
Jiwa tenaga bekerja dengan pena
Lukisan terdapat dalam tulisan sangat halus sebelah mata
Terindah bila engkau melampaui teman setia kawan hidup
Ibumu selalu memberi anugerah terhadap aspek jalan kebenaran
Kasih membawa kelembutan setiap engkau meraih bahagia
Biarkan telah berlalu
Hanya menunggu dari sini menjemput olehnya

Probolinggo, 13 Juli 2016

Cinta itu Anugerah

Cinta itu Anugerah
Kepada : Fatin Shiqdia Lubis

Cinta mencari tulus
Nyata seperti mengagumkan senanjung nada indahmu
Membuatmu lebih istimewa daripada tergoda oleh gadis
Tanpa kecewa manis terus lihat di sini
Bagaikan suara tanpa lepas tercengut oleh pipi merah
Selalu bersama menerbangi sayap kanan pentas belakang hari
Temui ada rela memperjuangkan jiwamu

Melihat jelas menyambut kerudung halus
Tumbuhkan bunga mawar mekar aroma wangi
Salahkan diri terserah pada tuhan
Selamanya sahabat telah menunggu dari sana
Karena kecil dalam melangkah
Di situ kau menghibur terlalu bahagia
Sungguhkah diri tergapai noda air

Probolinggo, 13 Juli 2016

Tuesday 12 July 2016

Keunggulan Naskah puisi pertama

Keunggulan Naskah : Miaforginal : Puiosa (Puisi dan Prosa) yang pertama mengambarkan tentang mendalami realita dalam kehidupan serta persahabatan yang telah bertemu. Kebanyakan sekarang hidup sekarang masih membaca aktivitas hidup demi membangun kesenangan serta penuh penderitan. Inilah puisi pertama merasa hidup akan terharu serta menambah bahagia di setiap sisi kebaikan. Janganlah engkau sia-sia dunia akan lebih berati dari ku rasakan. Puisiku dituliskan oleh penulis ditengah keterbatasan yang lebih berimaginasi.

Niat Padamu

Niat padamu

Berawal dalam kebaikan
Seperti bunga melayu bermekaran dimana-mana
Menggenggam kasih sayang oleh tuhan
Terbuang oleh malas hidupmu
Kadang berati ilmu telah ku pergi
Datanglah rejeki menjemputmu

Ibadah akan terasa tentram
Santai dalam pemukiman
Desa kota tak sama rata
Tekad semakin kuat daripada pergi dimana
Hiburan membawa ketenangan hati secara harmoni

Kenyamanan sempurnaan hidup
Godaan tak ada gunanya
Jangan putus asa oleh pekerjaanmu
Cukup memohon ampun kepada sang maha kuasa

Jember, 11 Juli 2016

Sentuhlah Kain Kerudung

Sentuhlah kain kerudung

Bagaikan jahitan selembut kain kerudung
Hujatkan warna selumbungkan kerudung
Mengenakan kerudung akan semakin terasa
Berbintang cahaya terlebih pada cantikmu
Engkau perpendam oleh batin
Menjatuhkan dari langit biru bulan putih terlihat jelas

Hampakan jiwa gadis tertutup oleh auratmu
Godaan selalu menghilangkannya dengan sendirinya
Melayang bidadari-bidadari terbang oleh namamu
Ingin tahu diri terniat oleh tulus
Prasangka akan terjaga menyudut untukku
Rindu terpurnama oleh malam panjang

Jember, 11 Juli 2016

Lima Makna Hidup

Lima makna hidup

Kesempatan hidupmu bagaikan langit tanpa berhenti dari waktu
Sebelum engkau tergoda oleh matimu
Sehat teroles oleh lahir maupun batin
Sebelum kamu terhinggap sakitmu
Bagaikan tuhan telah menciptakan cahaya, manusia hingga dunia penuh seisinya
Menerima pahala penuh terbaik
Membalas kejelekan penuh menderita

Masa longgar waktu terlalu luas menghampirinya
Sebelum masa sempit terjebak oleh keresahan
Kegelisahan selalu mengundang sedih tertancap padamu
Masa muda wajah semakin berseri hingga berati
Sebelum menjelang masa tua waktu hampir mengkerut

Kekayaan selalu melimpahkan hartanya
Sentuhlah benda kesayangan ini
Sebelum melumpuhkan kemiskinan oleh waktu
Lima hal bermakna dalam hidup
Sebelum engkau datangnya lima perkara

Jember, 11 Juli 2016

Ingatan Jiwaku

Ingatan Jiwaku

Sibuklah dengan sendirinya
Terintimidasi pada angin bertiup si sebelah mata
Kuatkan ingatan sepanjang memori
Engkau sekeras batu terkikis beban
Kecerdasan hanya semata-mata mimpi terus terang cahaya bulan purnama
Bagaikan sang surya menyempurnakan dunia
Merah putih mengibar langit merdeka
Menendang jiwa tersandung oleh lahir dan meneguhkan batin

Perbedaan tiada kesamaan dalam diri
Engkau curahkan langit tertembak air asam
Penjamkan mata lalu terlihat oleh nyata
Udara menghirup bebas
murni jernih membawa taubat pada hati
Sekedar masa lalu terlalu suram terhadap kehidupa
Sungguh cepat sekali perhitungan itu
Tiada sempit akal terbalas pada perbuatanmu

Jember, 11 Juli 2016

Sangat Indah Gadis

Sangat Indah Gadis

Mata air terserah padaku
Hangatkan pagi sejukkan cahaya putih seindah surga
Buka pintumu cahaya penuh berbinar-binar
Tersambut oleh nama diri
Ku kejutkan rumput alam menumbuhkan bunga mawar
Sentuhan kulit menyegarkan hati lembut.
Pancarkan sinar beta mengagumi cerah berseri
Tiada berdaya selain mengungkapkan padaku

Berjalan pelan menelusuri cantik mengintip pria idaman
Ku cari sesuai hati terbuka
Hantarkan hari matahari tetap tersenyum
Jantung berdetak dimana-mana
Hamburkan daun bunga hidup di daerah ketenangan
Sentuhlah begitu pun halus dan penuh suci
Sebuah tuhan menciptakan manusia penuh beriman
Terbaik dalam sisi jalan hidup di sini
Tergapai-gapai bintang dalam malam panjang hati kecilmu
Perasaan selalu mengoles pada mimpi
Impian selalu ada

Jember, 11 Juli 2016

Monday 11 July 2016

Tugas 40 DMO

TUGAS : 2
Mind Mapping
Tentang Persahabatan
Tentang Kehidupan
Tentang Motivasi
Tentang Harapan
Tentang Masa Lalu
Ada Apa Dengan Rokhman (1-3)
Tentang Kisah Nyata

TUGAS 3 :
Daftar Role dan Buku yang di Referensikan :
1. Raditya Dika
2. Asma Nadia
3. Tere Liye
4. Ahmad Fuadi
5. Azhar Nurun Ala
6. Hanum Salsabila Rais & Rangga Almahendra
7. Agnes Davonar
8. Chairil Anwar
9. Sapardi Djoko Damono
10. Fahrul Khakim
11. Lia El Muslich
12. Ma'mun Al-Fanny
13. Nindia Nurmayasari (Cerpenis Anak)
14. Andrea Hirata
15. Sinta Yudisia Wisudawati
16. Mashdar Zainal
17. Ken Hanggara
18. Helvy Tiana Rosa
19. A.S Laksana
20. Oka Aurora
21. Dewi (Dee) Lestari

Buku yang Di Referensikan :
Aku (Sjuman Djaya)
Marmut Merah Jambu (Raditya Dika)
Hujan Bulan Juni (Sapardi Djoko Damono)
Ayah (Andrea Hirata)
Pesawat Terakhirku (Agnes Davonar)
Jatuh (Azhar Nurun Ala)
Ada Apa Dengan Cinta (Silvarani)
Hijabers in Love (Okay Aurora)
Inteligensi Embun Pagi (Dee)
Aisyah Series : Jilbab In Love (Asma Nadia)

Tugas 6 :
Branding apa yang disampaikan Oleh Pembaca :
1. Raditya Dika
-Menulis Diary di Blogger
2. Tere Liye
-Menulis minimal Seribu Kata Perhari
3. Asma Nadia
Jilbab Travelers
4. Lia El Muslich
-Psikologi
5. Sinta Yudisia
-Pakar Psikologi
6. Helvy Tiana Rosa
-Pendiri Forum Lingkar Pena
7. Ahmad Fuadi :
Pengetahuan tentang Beasiswa Di Luar Negeri

Strategi Penjualan Buku :
1. Gramedia, Togamas, Toko Buku Uranus, dan Toko Buku seluruh Indonesia
2. Insya Allah Harga Buku ini seharga Rp 45.000 bila di terbitkan

Siang Tengah Terik Mathari

Siang tengah Terik Matahari

Menjelang pagi ke siang serasa lama sekali
Perjuangan masih ku pegang kepadanya
Keyakinan pasti tergugah oleh waktu turun tangan naik hati
Terima tulus gapaikan keikhlasan
Adalah anugerah tuhan yang memberikan pertolongan bagimu
Terabadi oleh waktu tunggu taman laut bebas berkarya

Siang terus berjalan tanpa jenuh
Tanpa berlangsung balas pati meneguhkan santun bermakna
Teroleskan mimpi hingga larut malam
Usaha tetap berjalan tanpa tanding
Niat dan tekad telah ku pegang kepadanya
Meskipun terjatuh oleh tulang dan hati yang menjaganya
Terima kasih kepada tuhan yang terus berjalan tanpa tanding
Esok hari akan memberi kasih kepada tuhan yang mana lagi dikerjakan

Jember, 10 Juli 2016

Harus Ku Pegang Kepadanya

Harus Ku pegang kepadanya

Cinta masih ada dalam hidupku
Inginkan dia terpaku oleh tulang belakang
Bagaikan pohon tumbuh sampai pada membesarkannya
Akhirnya jadi kenyataan
Teruslah ukir terhadap jiwa raga
Menghapuskan segala keburukan melanda kamu
Kau mengerjakan kewajiban terhadap tuhan yang maha besar
Mengira hanya kecil saja jangan remehkan oleh beban

Kini semua orang berlomba-lomba dalam kebaikan
Rakyat telah menunggu kita
Mengalir waktu bergerak tanpa mengeluh
Melahirkan hidup lebih panjang dari yang ku kira
Sampailah amal ibadah ku jalankan
Jangan sia-sia oleh alasannya
Kalahkan lelah jerih payah
Pulang dari sini membawa hikmahnya

Jember, 10 Juli 2016

Suara Senandung Nada

Suara Senandung Nada
Kepada : Affrizal Chusnaini

Suara lelaki penuh lantang dalam mulut indah
Serukan dakwah menegakkan pemuda islam secara keseluruhan
Agamaku terikat oleh Agamamu
Terus terang bulan muda menghampirinya dalam detak jantungku
Suarakan nada dengungkan tilawah
Al-Quran telah menurunkan dari tanah pada malam seribu bulan

Hujan menetes terjun ke tanah membawa kemenangan dalam pemukiman
Selepis lafadz allah untuk menyebut dengan maha pengasih
Maha penyayang akan memberi kasih sayang kepada-Mu
Segala usaha melimpahkan pahala ibadah
Kecerdasan hampir cerdik mengalir air segar
Langit biru memudahkan jalan ke cahaya surga penuh berbinar-binar

Jember, 10 Juli 2016

Tak Tentu Ada

Tak tentu ada

Percayalah kepada kita
Kiranya rapuh tulus melayang
Mengagumi sampai batas pemandangan
Tiada pasti tertutupi oleh waktu tunggu taman laut lepas
Garis hidup ini mengabdikan semua hari
Kerja tak cukup dari sini
Selilingi air menguapkan udara segar

Sungguh tanpa tanding bila manfaat oleh segala percaya
Burung berkelabu langit berbinar-binar
Haruskah aku menghormati orang yang lebih tua
Jelas sempurna dari sini menyinggul mata batin
Tercurahkan hati kecil besarkan jiwa

Sampingkan malam panjang tangan kosong melompong
Tergeletak petir tunggal beleng
Dugaan akan terjebak pada masalah
Serukan itu mengambil hari nikmati kesalahan

Jember, 10 Juli 2016

Melodi Masjid

Melodi Masjid

Senandung suara adzan telah mengumandang
Dalam ruangan luas penuh ketenangan
Sungguh hangat hati terbuka sema oleh ibadah wajib
Saling berbagi kebaikanmu demi amal
Rela menyambut dengan sholat untukku masjid yang tercinta
Menikmati suara quran dari langit

Bebaskan diri mengingat kepada tuhan
Bila saat sudah terlanjur oleh segala dosa
Jiwa bersih tiada emosi dari hati
Serukan dakwah demi amal menyebarkan agama
Genggaman tangan di atas langit lalu mengucapkan kalimat takbir

Ku tak sanggup dosa menyinggungmu dari dalamnya
Sebuah keajaiban menjumlahkan ganjaran terhadap setiap ibadah
Senanglah kepada tuhan
Pergi haji mengelilingi kabah
Berputarlah oleh segala dosa menyinggungmu dari pikiranmu
Menerangi cahaya putih dari menara
Terdengarkan oleh waktu

Jember, 10 Juli 2016

Tergelapkan Waktu

Tergelapkan waktu

Sembari hidup ini mengabdikan semua
Himpunan akan terjebak pada pihak ketiga
Semuanya heran pasti tertutupi oleh tidurmu
Mengakuinya terus gelap mata tanpa terbuka sekalipun
Tega sekali membawamu sia-sia
Malu dalam kepercayaan sama dia

Melakukan apapun selalu terpaksa
Diriku terasa lumpuh
Tulus tiada sempurna dari kita
Berambisi tenaga riwayatmu seperti perang saudara
Seminggu lalu tak ada kabar dari kita
Sungguhkah menduga banyak korban kejahatan profesi
Abadikan ini berjuta masalahnya dalam kehilangan
Baru mencakup kata tak sempurna

Waktu tak sempurna dari sana
Lain halnya penderitaan akan menjemputmu
Segala menyedihkan dari sudut hati

Jember, 10 Juli 2016

Sunday 10 July 2016

Tiada bisa Membuat

Tiada bisa membuat

Semua orang beda tujuan
Setiap misi pasti beda langkah
Namun pikirannya hampir lumpuh juga
Sepertinya tidak punya arti dari kesempurnaan
Coba sesuatu tidak bisa membuat jadi gila
Hanya bertepuk sebelah tangan ingin ku mengerti

Seseorang makin aneh terhadap kenyataan
Sesuatu membawa perubahan yang merombak alam
Mereka tidak layak untuk mengambil alih milik kita
Tuhan tak semua engkau berikan padaku
Tenggelamkan air laut menjemput dia semakin kecewa
Kadang berubah mengagumkan atas segalanya

Jangan terpisah satu bahasa dalam meninggalkan jejakmu
Sesuatu tidak bisa mengubahmu jadi kenyataan
Hanya bisa ku mengerti

Jember, 10 Juli 2016

Saturday 9 July 2016

Macet Dalam Neraka

Macet Dalam Neraka

Macet terhenti dari sini
Banyak perasaan manusia rasa tergelisah oleh jalan raya
Penuhilah selalu padat dalam merenggangi suasana
Hujan lalu akal melintas oleh bencana alam
Tuhanku telah membisu
Hampir siang malam selalu bergantian
Tak biasa menunggumu dari sini

Meratap jalan penuh menumpuk
Mencari langkah tapi tiada berati
Panasnya matahari mengoles wajah keringat
Kadang neraka semakin panas cukup menderita
Jelas tiada berati secara termakna
Cerita tak kunjung selesai sampai berapa lama engkau menunggu

Jember 9 Juli 2016

Sehalus Hati Sahabat

Sehalus hati Sahabat
Kepada : Mbak Mega

Tulus jiwa seorang gadis
Haluskan kulit sempurnakan cantikmu
Bagaikan pelangi kecil hati terbuka
Pesonakan pipi manismu
Bersama selalu ada dalam hati
Fikiran agak memuaskan
Tercolehkan oleh sebuah kenyataan

Indahnya persahabatan bagaikan kepompong
Sesempurna mungkin terolah wajah merah muda sangat lucu
Sungguhkah terpendam mata selalu menatapnya
Terpaku oleh ingatanmu
Pejamkan mata terus terang bulan muda sangat lucu
Menghampiriku warna sebuah pergi datang hati kecil
Hangat semua terima kasih kepada sahabat
Jangan lupakan oleh ingatanmu

Jember, 9 Juli 2016

Separuh Jiwa

Separuh Jiwa

Tiada keraguan bagimu yang berguna
Terabaikan oleh kalangan jiwa pemberani dan melemah
Sudah terus terang bulan mati rasa komunitas sastra rakyat biasa
Kadang miskin tercoreng tulang belakang layar depan mata
Sering kali mati rasa jiwa terus terluka oleh nyata

Sebuah langit penuh retak batu air alam
Seperti panasnya air lava penuh dendam berahi terpendam
Inilah sangat mendukakan kota yang semakin parah di sisimu
Cuma selalu ada kebebasan penuh mungkar tanpa habis akal buaya darat
Terperangkap kaca menusuk tubuh atas nama diri
Kemaluanmu akan menyesal di kemudian hari
dendam tercurahkan ku tancapkan
Tiada sempurnakan iman dari manusia
Selamanya lihat pada hari akhir

Jember, 9 Juli 2016

Separuh Fikiran

Separuh Fikiran

Fikiran telah menggugatmu sangat luas
Kadang sepanjang hidup hampir terbatas oleh nyata
Mungkinkah aku terasa belum kira semua sangat aneh dalam belahan cerita
Inilah mengungkapkan isi hati dari sana
Terlena tak ku menduga
Saat cerdas semakin lumpuh sama dengan kesadaranku
Alangkah indah berjalannya kaki mencoba cari segala cara
Subuh hampir terkeluh dari pandangan nyata

Sejuk namun tiada arti dari semuanya ini
Tidak mengerti apa yang telah ku ucap
Kerahkan kesalahan dalam mimpiku
Mimpi telah bersimpuh dari tidurku
Mengelilingi sudut mata jalan keluar awal larva sidat
Makna umum dia terpahat buah tangan kosong melompong

Jember, 9 Juli 2016

Friday 8 July 2016

Tiada Rahasianya Sahabat

Tiada Rahasianya Sahabat

Siang hari lebaran berujung korban
Kagetnya terlihat sahabat sedang berduka di sana
Semula ini terkejut jika sahabat mendatangi di sini dalam tergores luka
Betapa sakitnya luka di alami nya
Tiada jenguk walau kita di jalan yang berbeda
Hanya merenungkan masalah yang telah di hinggap

Susah melihat kejadian yang mana bisa jadi dari sana
Gadis berkerudung panjang berbaring di kamar tidur
Istirahatlah begitu tenang di sini
Tiada bisa keluar ketika engkau mengambil sesuatu
Hanya berdoa ketika engkau memberi kesembuhan dari sakitnya
Tanpa alasan sama sekaligus sampai tubuh mu pulih kembali

Ketika datang di Surabaya menyambutmu gembira
Ceritakan kembali apa yang telah di sini
Inilah perjalanannya penuh cobaan penuh harapan

Jember, 8 Juli 2016

Es Krim

Es Krim

Lezatnya isi manis es krim
Mulai dari jilatan pertama terasa enak di lidah
Dari bawah melayang ke atas cairan es
Betapa lapisnya es melelah mulut segar
Tiada habis tak akan tersisa dari krim begitu lembut
Hati semakin gembira bila coba keseruan bawahan krim halus
Menemani wafer tanpa mengotori cairan mulut serta tangan mereka

Seindah mengira surga berbagai rasa
Pelangi tercampuri tujuh warna cukuplah indah bagiku
Sesungguhnya tidak lepas dari makanan penutup selain buah
Buah menemukan lilin hinggap ke sana
Curahkan sisi harinya engkau terucap

Tanpa meragukan kejutan hati sangat mendapatkan
Menangislah air mata bila es meleleh dari tamah
Ku pingin tetapi tidak punya uang untuk beli segalanya
Mimpi dari langit akan mengingat sepanjang masa
Es krim untuk menemani hari yang bahagia
Hilangkan rasa senang diri pada mereka cipta

Jember, 8 Juli 2016

Kakek

Kakek

Tubuh terasa mengkerut kuat-kuat
Kulit akan berubahnya warna
Serasa penyakitnya walaupun sehat menjalani hidup
Semalam bertingkah lumpuh tidak seperti anak dan usia muda
Meski cobaan hampir ku jalani penuh anugerah
Cukup banyak pengorbanan hanya sekali saja

Sehari seperti seumur hidup
Tidak menuangkan air mata keluarga membawa tulang ke air hikmahnya
Setetes air kebaikan sama dengan air kembali bersih
Bersihkan wajah sebarkan ibadah kita
Mereka tak sanggup ku jalani

Hiruplah udara segar
Meskipun terbatas oleh waktu dan tempat
Toling -menolong dengan seksama
Selipkan hampa membawa nikmat dari langit
Cahaya teralir jembatan putih
Menaiki tangga pelan-pelan lalu masuklah begitu tenang

Jember, 8 Juli 2016

Jalan menelusuri Lukisanmu

Jalan Menelusuri Lukisan

Sejenak bernafas mengantarkan hari
Tersemu suara daun ilalang dari sebelah
Datangkan air mencerna kebaikan
Ketika melewati perjalanan sangat jauh disini
Sungguh ku rela bertemu dengan orang di sekitarmu
Beku es menuangkan air manis

Meraihlah mulutmu manis penuh tergoda
Mendengar suara langit berdering nada lembut
Bagaikan gelembung yang pecah satu persatu
Tibalah di tepat yang kalian kunjungi
Kumpulan foto kesayanganku sebagai sahabat

Terasa kangen setelahnya lama bertemu
Kembangkan mentari dalam bahariku
Melumpuhkan dari tersangkut virus
Sampai membesarkannya dari sini menjabat tangan
Meniup balon terbang pikiran menerbangi hati
Bulan terus terang hati terbuka

Jember, 6 Juli 2016

Warna Kemenangan Fitri

Warna Kemenangan Fitri

Idul Fitri telah tiba di hadapan semuanya
Pagi telah menyambut hari baru
Tumbuhkan baik sesudah sebulan puasa ramadhan
Selamanya waktu lewati bulan purnama
Walaupun di tengah cuaca tak bersahabat
Sedih sekali melihat kejadian yang lalu
Selimuti malam takbir telah meramaikan desa

Walaupun ketupat telah mendatangi di sini
Banggakan hamparan semakin merasakan hangatnya hati
Tundukkan sejenak menghilangkannya kesalahan
Bila tertulis untukmu lebaran tak akan berhenti dari sini
Sejumlah silaturahmi antar sesama di sekitarnya
Pulang dari sini menjabat tangan dan menciumku hidung

Bagilah kasih sayang orang serta anak
Peluklah bila engkau bahagia di sini
Selalu tersenyum menampakkan dirimu
Kelilinglah kepada tetangganya dan kerabatmu
Jadikan hari istimewa sangat seru untukmu

Jember, 6 Juli 2016

Rindu Ratna

Rindu Ratna

Ratna gadis teladanku
Dari pertama aku mengajariku apa arti drama?
Seembun suara ekspresi tertetes di hati
Getah membuat besar sampai membesarkannya dari gelembung
Di langit terasa seribu gelembung menerbangkan hari
Mengakui rasa bahagia menambah hari bergembira
Tanpa suka menentangku satu sama lain

Niscaya setiap orang pasti bahagia di hadapan orang
Maka hujan membalas senyum sama dengan matahari
Dunia tiada berhenti hanya gadis mendukungmu
Tak terasa hampir perpisahan dan tidak bertemumu lagi
Waktu akan lebih cepat dari yang ku perkirakan
Kasih dalam rindukan padamu di ujung kertas

Selongkar kertas meliput burung terbang
Selamat tinggal untuk Ratnawa
Engkau sudah belajarlah arti dari kebahagiaan
Semoga bisa menemuimu lagi dengan kamu
Bukan cinta melainkan sahabat terbaikku
Jangan tinggalkan kami sebelum mengambil kenangan

Jember, 5 Juli 2016

Tiada Henti

Tiada Henti

Lupakan sejenak mengintip waktu
Berjalan sambil mengiringi musik begitu lembut
Sambangi kita mempermudah suasana segar
Berjalan terus di tengah perjalanan sejuk dari bukit
Siaplah ini sebelum engkau deringnya nada
Melayangi suara dari kumpulan lagu harmoni

Mainkan biola di depan ribuan orang di sekitarmu
Pastikan duru menyejukkan siang hari terika matahari
Potonglah bawang jangan dekat oleh mata
Perjalanan tiada lupa dari suatu jalan raya
Menambahkan langkahkan kaki menelusuri impian terajam jejakmu
Sebutan nama tuhan aku rindu

Jember, 5 Juli 2016

Meluapkan Isi Biji

Meluapkan Isi Biji

Mudahkan niatmu sempurna menghadap badai
Hujan menjatuhi hatimu
Biji tertanam oleh bawah tanah mengalir
Air sampai ujung biji
Mengabaikan awan mengembuni air turunkan hingga pada langit yang cerah

Mengusapkan wajah gosokan hati terbelenggu
Tumpaskan detik-detik ini menjalankan air mimpi
Isilah kemenangan kita damaikan keluarga
Pulang kau kemudian bergembira kepada orang-orang sekitarnya

Sesungguhnya barang siapa engkau bertemu maka hilangkan dari kesalahan dan kekurangan darimu
Jangan kau haru ternoda suci menggapai mimpi
Sinarkan cahaya menerangkan dunia
Salam atas anugerah tuhan

Jember 4 Juli 2016

Kumandangkan Takbir

Kumandangkan Takbir

Sambut Idul Fitri dengan mengumandangkan takbir
Sungguh setelah puasa ramadhan berjalan penuh cobaan
Serta lapar dan Dahaga telah menahan diri
Kemenangan merebut dari langit indah

Engkau tumpahkan dosa buanglah jauh-jauh
Tak akan menganggu lagi dari manusia tak berguna
Entah sampai kapan gembira terselumbung hampa
Jelas ini memuat gambar peristiwa yang sangat lampau dan juga warna coklat membentang waktu
Di akui pepatah selalu mengiringi para masyarakat

Memukul bedug menunjukkan kemenangan telah tiba
Kembang api sambut hangat malam akrab
Mengejar sana-sini tak akan habis oleh canda tawa

Berjalan menelusuri desa hingga kembali dari ini
Bawalah aku berkah dari sedekah bumi
Makanlah bersamaku demi sang pencipta tuhan

Jember, 5 Juli 2016

Sesali Nyata

Sesali Nyata

Hidup ini serba ramai di banjiri pada terdalam
Kota terbilang pagi berjalan ke kantor
Hanya sekedar bekerja demi keberhasilan
Langit menyambut cukup semangat bagi pribadi
Waktu telah mengorbankan manusia hingga kini

Udara terhampa hirup nafasmu
Polusi menghirup nafas kotor bagi setiap sisi jalan
Tidak bisa mundur dari pagi sampai ke belakang
Tergelomvang suara melayang ke langit
Menerbangkan hingga ke angkasamu

Entah sangat menyelami sisi abadi
Sungguh ku kejut menjemputmu bahagia
Sambutlah hangat indahnya berbagi
Keraguan tidak pasti cukup mati menggugah

Jember, 4 Juli 2016

Sahabat Bercerita Padamu

Sahabat Bercerita Padamu

Engkau mudah kan ini menyapa wajahmu
Sambil memeluk ketika berjumpa denganmu
Lama terjalani oleh suatu hidup
Bergapaian bintang suara telah berbicara
Harga manisnya teman
Hinggaplah berbagi antar sesama

Teman terbaikku
Selama waktu yang menempuh banyak cerita
Adanya tertetes air mata di pipi kita
Lihatlah langit yang cerah
Memesonakan hari yang indah
Mengupaskan tanda kebaikan
Sebelum terlanjur setitik itu

Teman Terbaikku
Tetap setia dalam menit
Bagaikan air ternolehkan suci
Hilangkan sejenak sambil mengejar mimpi
Jangan tinggalkan kami

Jember, 3 Juli 2016

Kegelapan dalam kata

Kegelapan Dalam Kata

Bulan Purnama tertutupi oleh Awan Hitam
Kota terhinggap sepi bila terlewati cahaya malam
Tidak sanggup bila terendap oleh nafsu
Tubuhku mengerikan sekali bila bergumam
Salahku menyangka bila semua telah merangkahkan kejam
Kata dalam nasehat lumpuh oleh ingatanku

Belenggu ancamkan hati merahasiakan sesuatu
Merayap mayat kubur dalam mati
Senang tidak bisa hidup lagi jika bangkit dari tanah
Berlama-lama terasa kelaparan serta kehausan
Hujan membasahi darah menancap luka tubuh
Misteri teranggunkan buah wajah menakuti kamu

Kata-kaya tergores asap dari lubang
Terkutuk oleh nyata
Tiada lama berserah diri kepada tuhan
Sampai selamanya mengejar tapi tanpa jalan keluar
Tersesat akan melayang dalam teka-teki
Ucapkan selamat tinggal untuk hidup ini

Jember, 3 Juli 2016

Setia Padamu

Setia padamu

Ku temani setiap melangkahkan kami
Impian selalu ada dalam cahaya mimpi
Andalkan burung menerbangi atau melayang ke langit biru
Pagi hari menyambutku cerah
Getahkan rindu bersiap untuk menjemputmu
Menikmati kelarasan tiada berati

Merangkak orasi sahabat di depan orang
Realitasmu semakin tersingkap kue kering
Tersenandung nada impian
Adalah engkau surahkan jiwa nafas perlahan lahan
Tidak ada kata yang begitu serupa
Mencuri kegelapan sisi keburukan
Sungguh tiada sesuatu yang terjadi pada mereka

Jember, 7 Juli 2016

Betahkan Api Menguap

Betahkan Api  menguap

Tiada sempat terarah
Ribuan api menyala semacam hamburkan dosa
Tetaplah engkau menggoda manusia kebaikan
Hampir memasuki bawah tanah penuh panas
Lahaplah jiwa menghanguskan korban mereka
Tiada lindung dari kebaikan ku terima
Air keringat menetes wajah

Petir menghantam alam ini
Ku detikan cahaya merah sepanjang cairan magma
Bagaikan ini api neraka merasuki roh jahatmu
Terpisah oleh dunia di atas
Nikmatilah siksalah ribuan manusia cukup murka di hadapanmu
Selamat jalan tanpa senang untukmu

Jember, 7 Juli 2016

Gairah

Gairah

Setitik api sepanas alam
Desaku tetap sejuk dihadapi rumput menutupi jalan
Pagi hari cahaya terang dari sana seputik angpau putih
Orang sana sangat pukau dari bukit di atas langit
Sebutir biji menanam dari akar hingga ke atas matahari
Hadaplah serasi mengubah dunia seisinya

Keringat membasahi tubuhmu
Deringkan nada dari sawah sebelah
Gigil menampakkan suhu siang sangat panas
Tak berhenti jalan memikat rindu
Tiada godaan selain dirimu
Jangankah kita gugur kewajibannya
Terangkatkan dia ucap dalam hati
Selumpuhkan batin ini

Jember, 4 Juli 2016

Tubuh Dingin

Tubuh dingin

Rendamkan tubuh mencerna kabut pagi
Dari sini terdekap air sungai menetes hidupmu
Sungguh tak percaya bila sekitar luas hampir mengelilingi pinguin sangat
Bermainlah walaupun tiada memperingatkan untukmu
Air dingin menyirami tubuh biasa lama-lama akan menjadi dingin mengigil pada pagi hari
Darah biru mengalir langit dunia

Tak akan berati bila semua jangkauan terus ku hingga melayang udara
Sinyal menyambung air jernih
Niscaya air terjun membawaku kemenangan melawan senang sentosa
Raihlah senyum melingkupi orang di sekitarmu
Tak bisa lari dari sini sebelum hujan telah datang

Jember, 5 Juli 2016

Tuesday 5 July 2016

Sambut Kemenangan Fitri

Sambut Kemenangan Fitri

Idul Fitri sudah mendekatkan diri kepada kita
Tegakkan hati dan fikiran ini menyambut kembali suci seperti air membasuh jiwa berambisi nyawa
Tak akan ingat Ramadhan telah tinggalkan sendiri
Ketemu lagi bila sudah ada waktunya
Kumandangkan takbir meramaikan malam mulia
Kelilingi sepanjang jalan penuh menyebar kebaikan

Angin menghembus nafas desa
Meraih kemenangan merasa lega bila saatnya
Ku lampui diri tersembunyi segala dosa
Sungguh bahagia bila puasa telah penuh berjalan seiring menit tetap gerak
Ketupat akan menjemputmu esok
Saling berminta maaf dan lahir serta batin kita
Selamat hari kemenangan fitri

Jember, 1 Juli 2016

Putus namun Tolak

Putus namun Tolak

Sejak pertama kali pacar terasa hati disambung
Berhubungan antar sejenis membuat manusia tergoda
Perempuan tak luput dari perhatian seorang pria
Tembaklah bila ke terima
Akhirnya engkau menyambung hati
Mengenggam tangan seorang gadis
Berjalan dengan mengiring lagu romantis

Malam hari engkau mencari makan malam
Serasa makan malam seperti kodok berlompat mengelilingi rumah
Ku pesonakan lampu berdua melewati ungkapan kasih
Saat berkencang oleh dia termaklumi oleh retak hati
Hanya tuhan mengucapkan rasa kasih sayang

Putus tak ada berguna untuk tercemburu sebuah api
Keluar dengan sendirinya
Katakan minta maaf bila terasa bersalah atas segala sesuatu

Jember, 1 Juli 2016

Friday 1 July 2016

Lubang

Lubang

Ruang hitam berbentuk lingkaran
Sungguh sadis akan terlumpuh
Terincar oleh waktu
Ku gelapkan angin dalam kesepian
Sungguh luar biasa menimpa luka hati
Tak bisa tertutupi kesalahanmu

Saling tergaduh oleh langit begitu terlihat
Daripada engkau ke bawah
Bagaikan gelap serta tanpa meraba benda
Carilah kami jalan keluar demi kebebasan
Terlalu panjang perjalanan telah menyakitkan
Mengerikan di dalam kebebasan di luar

Sungguh dugaan berambisi harapan
Entah engkau tidak tertolongi lagi
Nyawa tak tertolong lagi
Hanya tuhan yang masih ada

Surabaya, 1 Juli 2016

Ramadhan Telah Berpisah

Ramadhan telah berpisah

Puasa selama 30 hari telah ku lewati
Dimanakah manusia menjalankan perintah kewajiban adalah hendaklah berpuasa
Mulai dari terbitlah fajar hingga terbenam matahari
Hingga engkau masuklah pada kemenangan fitri
Tak ada jawaban dalam kerahasiaan terhadap dosa
Keraguan akan hilang dari segala cobaan

Kini berhujung ramadhan penuh berkah
Kemuliaan telah ku jalankan selama ini
Burung pagi telah menerbangkan sayap-sayap indah
Terangguni teladan dalam ilmu beragama
Tak bisa ku lari bila mengambil amal kebaikan
Carilah lailatul qodar demi bermunajah seribu bulan
Hambakah ini merujuknya ayat suci al-quran
Selamat tinggal bulan suci barokah
Selamat datang kemenangan fitri

Surabaya, 1 Juli 2016

Malam 27 Ramadhan

Malam 27 Ramadhan

Malam dimana menentukan bulan ramadhan telah usai
Masih banyak amaliah dalam mengerjakan kewajiban umat islam
Bulan sabit sedih bila bulan suci telah pergi
Daun bergerak mengelilingi malam mulia
Ramaikan diri menjalankan sholat sunnah terakhir dalam malam lailatul qodar
Waktu ini akan semakin cepat
Berdoa kepada allah semoga ramadhan tahun depan lebih baik lagi

Ramadhan bulan suci ampunan sudah berlalu
Sempurnakan iman kita menikmati pesan hidup dalam berpuasa
Memperbanyak dzikir kepada allah semoga engkau menjadi terbaik
Jangan berkecil hati menemui bulan purnama
Selama hari pertama puasa selalu memunajahkan doa sebagai memberikan kemudahan dan pertolongan untukmu
Kebersamaan telah menjalani bersama
Canda tawa membuat anda hibur dalam kebaikan
Semangat demi surga

Surabaya, 1 Juli 2016

Pemuda Pulang Kampung walau Orang Tua Tiada

Pemuda itu berjalan, langkahnya berat dan lesu, Di kota besar, dia mencari pekerjaan, namun tak kunjung berhasil, Hatinya penuh kekecewaan, ...