Tiada Nafas
Nafas menghembuskan perlahan-lahan
Gelap gulita menyandangkan manusia perahu pukat tahan hati
Terpaksa naik perahu mengikat hati terbagi dua makna
Anggunkan bunga menyambung daun mahkota
Udara di desa mengaliri pagi segar meskipun dari bukit bermegah-megah
Sebagian dari suhu mengejar cahaya
Ibunda memberi arti dari sebelah bertepuk tangan
Kadang memalukan waktu mencari jati diri
Rendahkan diri menggugah angin besar
Hujan menghembuskan air dari langit
Tiada perbedaan setiap engkau sengangkan
Selain sempurna tanpa melalaikan kewajiban
Ketika nafas terakhir telah mati di hadapanmu
Tolonglah pada tuhan aku terserah diri
Surabaya, 15 Juli 2016
No comments:
Post a Comment