Wednesday 31 August 2016

Pesan dari Vina

Pesan dari Vina
Dari : Hervina Putri
Masa kini telah mengenang gadis mungil
Aku ingat ketika ketemu pada saat engkau berjumpa
Berjabat tangan sebagai tanda persahabatan
Esok hari akan mengintip manusia cantik
Sepanjang aurora berjalan di malam sunyi

Vina tinggal di Rumah sempit
Penuh perjuangan ditemani ibunda
Lalu alangkah jauhnya ia pindah
Di tempat begitu berteduh
Bersama kehidupan yang baru

Setelah menjalani 5 setengah tahun
Untuk bermain pada kawan yang beda
Daripada yang sebelumnya
Pesan kepada kalian semuanya
“Ketemu lagi bila berlibur disini”
Aku sayang padamu


Surabaya, 31 Agustus 2016

Perang Air

Perang Air
Kumpulkan antara pasukan dan prajurit
Mempersiapkan air dibungkus plastik
Lalu mulailah dengan jeritan suara
Berlari demi mengejar musuh
Lempar dekat sampai menjauh
Perasaan lebih senang atau sedih
Malu dihibur wajah tertawa
Ucap lucu mengungkap hingga apa adanya

Mengangkat prajurit karena terusil
Bagaikan kebersamaan sambung pada tali
Menuangkan di kolam yang bersih
Itulah arti kebersamaan
Catatan merekam hingga masa menanti

Surabaya, 31 Agustus 2016

Sadarlah Sahabat tak Dikenal

Sadarlah Sahabat tak Dikenal
Betapa rahasia dibalik nama
Pertanyaan akan menandakan bukti
Menyedihkan bagi kali ini
Inilah tidak mengerti saksi hidup misteri
Bagaikan bulan purnama yang menampakkan
Mimpi akan mengejar musuh
Langit merah telah tiba
Yang menghantui adalah kamu
Berhenti sampai dimana?

Disini akan terjebak selamanya
Setiap hidup tetap berdampingan
Terbatas oleh usia
Sampai lama tanpa revisi
Namaku adalah diri sendiri


Surabaya, 31 Agustus 2016

Tak Berhenti Dari Pembicaraan

Tak Berhenti Dari Pembicaraan
Masalah mulai terjadi lagi
Masa lalu akan semakin melangkah
Entah peristiwa selalu berbeda
Sesungguhnya penderitaan semakin sulit
Terpaksa membantu atau apa gunanya sebuah problematika?
Musnahkan lembaran yang lama terbaca
Tidak peduli tanggung jawab atas sesuatu
Meremuk hingga mati

Tiada lagi pertemanan
Hanya sebuah apel yang melayu
Andaikan musuh terkejam oleh dendam
Hasrat ku kelilingi dari setan
Sungguh hati yang ghibah


Surabaya, 31 Agustus 2016

Wajah Cantik Bagaikan Bunga

Wajah Cantik Bagaikan Bunga
Kepada : Lailatul Rosidah
Engkau duduk disini
Ingin memperkenalkan dirimu
Ia adalah Rosidah
Seperti bunga mawar yang bertebar
Di wajah begitu cantik
Dan memesona sebelah mata normal
Sepetik bunga mengisihkan hati lembut
Entah tak sanggup menunggumu lagi

Kadang pula jalan yang berbeda
Meski bersatu padu pada awal
Gadis cukup anggun mendetak jantung
Hati merenggang hingga ke dada
Ku ucapkan sebuah nama

Surabaya, 31 Agustus 2016

Malam penuh Sesat

Malam penuh Sesat
Malam telah ramai
Kadang suasana kejam
Tak tahu menghuni orang lebih keras
Sebagai tempat kejahatan
Untuk membasmi nafsu pada-Mu
Kendaraan semakin padat
Entah pulang kesini
Sampai lama

Tiada lagi melihat kesepian
Hanya di rumah tempat beristirahat
Peristiwa akan menguncang keburukan
Setan membisikkan suara keras
Tuhan telah marah bagimu pendosa

Surabaya, 31 Agustus 2016

Sepi Di Tengah Obrolan

Sepi Di Tengah Obrolan
Belakangan ini obrolan telah berjalan dengan sendirinya
Cerita tersimpan dari beberapa menit yang lalu
Sebagian orang yang menjalani pekerjaan yang layak
Tak bisa menemani semuanya
Karena jenuh gaji dan uang yang di dapatkan
Semua nilai akan ku keluarkan
Di hari yang terlalu lama
Selalu setiap beban ku jalani
Sepenuh hati lalu setengah wajah

Serasa tidur sebagai pengisi hari esok
Serupa realita kepada sang maha pencatat amal
Resah serta keluh kesah di hadapan cermin
Itulah arti kesempurnaannya


Surabaya, 29 Agustus 2016

Melawan Matahari

Melawan Matahari
Akhirnya pagi mengisi pengorbanan nyawa manusia
Catatan tak selesai dari lembaran kosong
Segeralah dengan waktu yang diproses
Sepertinya engkau rela melawan kehausan
Dan dahaga menyerap tubuh
Mungkin tenaga lemah daya berimpas
Dari pagi hingga siang

Sia-sia merabah pintu keberkahan
Sungguh tidak kembali pada masa lalu
Itulah nasiblah keluarga terhadap kasih sayangmu
Tangisan air mata mengoles rindu

Surabaya, 29 Agustus 2016

Tidak Berani Masuk Rumah

Tidak Berani Masuk Rumah
Pertentangan semakin terjadi
Tak sanggup melangkahkan kaki menuju ke rumah
Karena tubuh mendatangkan luka merah penuh perih
Alangkah kasihan setelah orang yang disiksa
Sebab pengawasan anak tak teratur
Bagaikan kayu merayap hingga terbelah
Kekecewaan pasti meresahkan hidup

Sedangkan orang yang masih di dalam rumah
Justru tidak berani melihat anaknya
Yang menyandang trauma pada emosi manusia
Ia mengaku cinta berakhir di sini saja
Sampai kapan engkau kembali?
Hanya beberapa saat tuhan akan memberi ampunan padamu

Surabaya, 29 Agustus 2016

Terima Apa Adanya

Terima Apa Adanya
Kesempatan telah sempit
Tiada berlalu terhadap masa perkembangan
Mengerjakan soal terlalu banyak karena waktu
Inilah hangus dari ingatannya
Menit ke jam telah berputar dengan sendirinya
Tuhan hanya memberikanmu sebuah air cahaya
Ku lewati tantangan penuh merintang

Jiwa tak tenang
Ku lari di sekitar jalan raya
Inilah menanti saat ku ciptakan
Wacana hamparan musik yang serdadu


Surabaya, 28 Agustus 2016

Tubuh terasa Dingin

Tubuh terasa Dingin
Kepada : Nuning Bidadari & Nabila Laksa Putri
Malam penuh kegigihan
Tengah berjam-jama tubuh terasa kaku
Engkau tak bisa bergerak
Tidak sanggup berdiri dari tangan
Kesakitan penuh perih
Suara penuh terdiam[1]

Badan terasa tidak sanggup bergerak
Teringat keterbatasan oleh suara
Tidak membuat gadis mungil
Itulah tubuh mengigil terus-menerus
Ku hangatkan dengan jaket
Tidur dengan tenang[2]

Pacet, 28 Agustus 2016



[1] Nuning Bidadari
[2] Nabila Laksa Putri

Selamat Tinggal Sajen

Selamat Tinggal Sajen
Tak terasa tiga hari telah berlalu
Hari telah mengisi dengan batin
Mendaki tangga demi kesempurnaan
Menuntut ilmu akan mencerna fikiranmu
Membimbing penuh santai
Tidak pantas ku hilangkan suara dari pasar
Hilangkan rasa sakit bila tidak sanggup
Menerima dengan pasti

Inilah jauh dari hamparan gelombang
Berjalan turun sambil berlari
Tersinggah engkau kalbu
Selamat jalan untuk desaku


Pacet, 28 Agustus 2016

Selamat Datang Surya

Selamat Datang Surya
Kepada : Surya Jaya Purnama Putra
Selamat datang calon pemimpin bangsa
Engkau menjalani pimpinan yang baru
Serasa setahun telah mengambil hikmah
Pembinaan telah ku dapatkan
Kebersamaan tak tertinggalkan
Jelajahi waktu yang lampau
Berpaling padamu ya allah

Sempurnakan anugerah pada tuhan
Seperti pohon yang bercabang
Dari akar hingga batang
Dengarkan sampai kalimat yang panjang
Serukan udara yang bertembusan

Pacet, 28 Agustus 2016

Kemenangan dalam Permainan

Kemenangan dalam Permainan
Pagi hari telah melangkahkan kaki
Di lapangan yang engkau berkumpul
Ku dengarkan melalui suara sederhana
Meski beberapa jam telah melemah
Terikat tenaga dan berhangusan
Engkau merangkai tulisan tersampaikan oleh serempak
Jatuh dari sakit
Bila badan tidak enak di hadapanmu

Larilah dengan musuhmu
Kemenangan akan ku pegang erat
Jangan ada kecurangan yang menjalaninya
Bagaikan perasaan yang tidak mengerti
Akan menaiki puncak dari gunungnya

Pacet, 28 Agustus 2016

Malam Renungan Untuk Kesalahanmu

Malam Renungan Untuk Kesalahanmu
Malam hening tanpa bersuara
Alam semakin gelap bagiku
Ini semua menejam mata
Andaikan kita melakukan kesalahan yang sama
Untuk merangkai solid
Dan juga kebersamaan demi kemenangan
Kemenangan diri kepada allah
Maafkan kami ayah
Jangan pisahkan oleh ibumu

Bagaikan air mata yang berkelabu
Serupa tetesan jernih dari sungai
Berjalan menelusuri hidup

Pacet, 28 Agustus 2016



Malam Perpisahan Untuk Kakak Kelas

Malam Perpisahan Untuk Kakak Kelas
Tak terasa kakak telah berakhir disini
Menemaniku penuh arti dan perasaan
Sebagai wujud dari harapan dengan nyata
Tidak seperti benang yang dianyam
Hingga bersambung pada tali lainnya
Tangisan dan canda tawa telah bersama
Dingin menyambut mengigil
Angin mengoyah getar

Begitu berlari tak bisa ku hindari
Mengisahkan banyak cerita dan kisah dari seseorang
Bersama meraih impian
Melangkah demi masa yang cemerlang
Itulah dari persaudaraan
Serta kekeluargaan

Pacet, 28 Agustus 2016



Thank You Allah SWT (New)

Thank You Allah SWT
Oleh : Nurul Rizka, dkk
Ya Allah....
Atas Segala Nikmatmu, Aku bersyukur kepadamu
Atas segala rahmatmu, Aku berlindung kepadamu
Kau ajarkan aku tuk bersabar
Atas musibah yang melimpah
Ajarkan aku tuk selalu bersyukur[1]

Atas apa yang ada
Tanpa merasa kekurangan suatu apapun

Ya Allah....
Dengan otak, kami bisa berfikir
Dengan mata, kami bisa melihat

Indahnya Dunia
Dengan Hidung, Kami menghirup udara segar[2]

(Umi Uliek)
Dengan mulut, aku bisa berbicara saat ini
Dengan tangan, kami melakukan banyak hal
Dengan kaki, kami berjalan dan melangkah[3]

Ya allah....
Sungguh berlipat ganda nikmat yang banyak telah engkau berikan kami[4]

Terutama nikmat iman dan islam
Yang dimiliki kaum muslimin dan muslimat
Thank You My God, Allah Ta'ala[5]

Pacet, 27 Agustus 2016




[1] Nuning Bidadari
[2] Alif Nurdiana
[3] Anggita Kumalasari Dika
[4] Surya Jaya Purnama Putra
[5] M Reza Al-Ghazi

Keluh Kesah

Keluh Kesah
Tak menyungguhi kepintaranmu
Tanpa pantas peduli
Fikiran melayang kebodohan
Melempari batu kertas begitu rakus

Aneh terpecah masalah
Terkelaguh hampa menghasrat seisimu
Dia mengira waktu telah meleset cepat
Apabila suatu ketajaman seperti pisau tusuk menancap kaki
Jarum terlihat kecil lalu menerkai mereka


Surabaya, 26 Agustus 2016

Tidak Peduli pada Tuhan

Tidak Peduli pada Tuhan
Manusia lebih abadi
Tidak mendengarkan lagi suara lembut dari madinah
Negara biasa dengan islam semakin pertentangan pada amalnya
Hendaklah tidak meranah oleh fikiran
Batin terhangus emosi
Sedemikian rupa nyawa akan tercabut dari sangkakala bila mati

Kebiasaan liberal tercerna segi akhlaqmu
Memunculkan tanda tanya yang besar
Api akan menjemputmu
Betapa panasnya mengobarkan api yang lembur
Suara yang dilantunkan sebagai kebiasaan umum
Agak remehkan anugerah tuhan

Tuhan mencatat amalan ini
Seperti timbangan antara baik dan buruk
Meringgah padamu pita terdapat jarum yang tajam
Menusuk tubuh pedih tanpa ampun

Surabaya, 26 Agustus 2016

Air Keberkahan

Air Keberkahan
Hujan sebagai keberkahan dari rejeki
Sungai membawaku keuntungan yang dapat
Andaikan air mengalir
Sampai terjun ke air semula
Kembang matahari mengalir sinar cahaya
Mengembun cahaya bening tembus pandang

Andaikan ku sambungkan
Terintonasi daun bertumbuh kecil
Selingi bumi mengiringi air segar dan asin juga
Jernih segar menghirup udara
Bentang jalan jelas lihat darimu

Subur sirah fajar
Runggah pesona pantai dari barat
Lampu menyala sepanjang malam
Tiada hamburan beban menumpuk
Inilah tiada rahasia dari tuhan

Surabaya, 26 Agustus 2016

Anak tidak ragu Memberanikannya

Anak tidak ragu Memberanikannya
Sejak lahir hidup hanya bersuara
Balita hanya menangisi setiap hari setiap saat
Belum mengerti arti dari hidup yang ada
Hari menggumam rindu

Hamparan titik kecil menetes mata air
Mengadiri sandra drama dengan emosi
Semakin mengambang pada lampu menyala
Akan pilar pancaran angin

Surabaya, 26 Agustus 2016

Menangis Setiap Hari

Menangis Setiap Hari
Mata makin memerah
Menangis bila salah
Menangis bila terpaksa

Menangis juga terdamparan oleh hati
Menangis bila memanggil berkali-kali
Menangis bila ada kekurangan

Menangis bila ada memisahkannya
Menangis bila tak tertinggal oleh keluarga
Menangis bila membentak pembicaraan
Sesungguhnya tangisan air mata itu mengisahkan drama kehidupan


Surabaya, 26 Agustus 2016

Gadis Kacamata Penuh Ria

Gadis Kacamata Penuh Ria
Kepada : Dyah Ayu Pitaloka
Selamat datang kembali untukmu
Selama beberapa bulan lamanya
Engkau menjalani kewajiban yang baru
Ku harus berani dan bergagap
Bagaikan kelinci berlari sambil membawa sifat wibawa

Penuh rasa tangguh tertembus oleh lingkaran warna
Berdukung pada warga desa sekitar
Semua tiada pertentangan antara aku dan dia

Bagaikan perahu kertas melayang di danau
Gadis ceria menghibur dengan ucapan yang menghias hari
Ketika bernafas dingin dari bukit
Hidup lebih berani beda


Surabaya, 25 Agustus 2016

Bermainlah dengan Bangga

Bermainlah dengan Bangga
Kepada : Putri Anggraeni Dika
Selama disana berujung pada kecelakaan
Betapa anehnya tangan telah berluka
Tidak tahu ada kabar musibah kecil dari kejauhan
Bagaikan daun yang menerbangi meski jauh tetap mendarat
Malam esok ku kunjungi demi silaturahmi
Tanpa terputus arah dalam perjalanan
Sang inspirasi akan menjemputmu
Beberapa lama disini senantiasa mendoakan
Untukmu Putri yang berbaik hati

Bersama meraih langkah
Selama ia sembuh dari luka perih
Bebas bertemu kembali
Menunggu namun gagal lagi
Sampai ku jumpa lagi
Bangkitlah penuh semangat


Surabaya, 25 Agustus 2016

Sapa Senyum

Sapa Senyum
Kepada : Ratna Wahyu Anggraini
Ku hantui mulut penuh bersenyum
Lebar mulut sambil tertawa
Allah akan membalas dengan sedekah
Senantiasa mengabdi padamu

Saling mengingatkan dalam kebenaran
Saling mengingatkan dalam kesabaran
Saling berbagi dengan hati yang tulus
Berbagai bersama menyambung cerita

Walaupun pesan akan bahagia
Selamatlah dengan bangga
Rajin mengasihi dan menyayangi
Padamu sayang


Surabaya, 25 Agustus 2016

Utha Entah Pergi

Utha Entah Pergi
Kepada : Agustha Ningrum
Berawal dari niat ke hati
Terselilingi di tempat engkau berkumpul
Beramai damai sejahtera
Bercanda tawa salurkan oleh senyuman
Andaikan saja cerita tak tertutup
Melainkan saling usil bagiku
Waktu akan menjaga hingga dini

Kini dia telah menghilang
Dari bulan spesial berubah dari
Kepenulisan serta berdongeng pada anak bahagia
Memberi selezat lolipop
Kembalilah padamu Utha
Aku percaya padamu dan Tuhan


Surabaya, 25 Agustus 2016

Sikap Keras

Sikap Keras
Hari semakin menerkam api mengumam
Emosi mulai berceceran
Darah Tinggi bereaksi cukup cepat
Sungguh berhembus mimpi begitu buruk dalam tidurmu

Menggiur lisan tak berpesan
Tangisan karena mencerna drama luka di sekujur dada
Ia tiada bantuan untuknya
Hanya bertahan hidup hingga mati dengan mati.


Surabaya, 24 Agustus 2016

Biarkan Aku terpisah

Biarkan Aku terpisah
Genggaman tangan akan lepas sendiri
Sayang ku sulit bertemu
Tak lama lagi tangisan mulai mengalir air mata
Setidaknya engkau mengatakan selamat tinggal untukmu
Mungkin tiada pasti kapan hendak berangkat?
Laki-laki dan perempuan akan hidup sendiri
Tanpa bercampur pandang

Serasi tapi tak menghiraukan
Entahlah seandaikan mengungkap
Menemani satu orang bermakna akrab
Nilainya sama dengan angka tak hingga

Surabaya, 24 Agustus 2016

Semuanya untuk apa?

Semuanya untuk apa?
Untuk meninjau kembali ukur peristiwa dari masa ke masa
Bagaikan waktu maju jalur prasangka
Mengelar orang yang sangat dicintai
Selalu bolak-balik justru jatuh dari khayalan
Mengimbang dari badan ke hati
Satu-persatu sampaikan penuh berati
Menodai emosi tercekam segala nyawa
Membangkai angin pergi oleh bayangan

Objek terlihat dari jauh
Lagi terlihat kertas menutup rapat
Saatnya kita berjalan untuk bahagia
Untuk melindungi dari ancaman
Oleskan hampa selimut samudera
Bangun dari tidur


Surabaya, 24 Agustus 2016

Melupakan

Melupakan
Lupa bagaikan sekedar ilmu
Belahan jiwa terkumpul memori yang hilang
Hilang terhadap segala bahasa dan pengetahuan
Bangkai kota murka manusia bodoh
Betapa nyawa manusia terukur segala keadaan
Tidak tahu apa sebenarnya yang engkau perbuat?
Itulah mengirikan kepada mereka manusia sensitif

Akhir waktu mengoncangkan stress
Sungguh tiada pilihan untukmu
Menyelinap dari pagi hingga malam
Mengelilingi sunyi terganggu oleh musuh

Musuh mengisihkan tanda berdarah
Bekas tulisan menggugah arti dari nikmat
Pesan menerjunkan api yang pedih


Surabaya, 24 Agustus 2016

Catatan tahun 2008

Catatan tahun 2008
Masa lanjutan bermula pada persahabatan
Ketika dijalani sulit mengendalikan suara dari mulut ke mulut
Bu Guru datang murid selalu kewajaran
Bingung atau menyangka waktu bagai gelap gulita di sisinya

Masih teriakkan mulut terlebar terus
Andaikan kata-kata menyinggung sebelah mata
Tak berhenti mengatakan sesuatu

Betapa meremang-remang kertas ditangan ibu
Asam merendam rasa kekecewaan
Sampaikan nasehat walau satu ayat
Sangat sadis terhadap moral manusia

Tidak lucu membalas ambisi lisan
Sakit hari memeraskan jeruk nipis
Malah dialihkan pada pendarahan

Surabaya, 2008

Menit Sempit Menerka

Menit Sempit Menerka
Tiada terlambat untuk belajar
Tiada menulis dan membaca
Tak sanggup menjalani tugas begitu berat
Bagaikan pasir mencerna di botol semakin mencekam
Adanya tertimpa alam meniup angin pasir
Termandang untuk seungkap tulisan bekas kubur

Lama tak beralir ku sina
Hingga tak menyingguh kepala penuh kesal
Tak lama lagi pagi telah terserang oleh menit
Inilah langit malam mengigit memori burukmu

Surabaya, 23 Agustus 2016

Usia Tua terlalu Rakus

Usia Tua terlalu Rakus
Betapa keras hidup lebih sumbang
Sumpet melihat realita cukup tak wajar bagiku
Cerita tak jelas oleh siksaannya

Tak sanggup menghadapi semuanya
Bagaikan tulisan tak layak membaca
Sampai akhirnya terdentang air dangkal

Persahabatan semakin batas
Kecil ruangan rindu akan turun
Hangus dari memorimu
Itulah kemurkaan selalu terus-menerus
Sampai tak punya menyelesaikan secara ilmiah

Surabaya, 23 Agustus 2016

Pemuda Pulang Kampung walau Orang Tua Tiada

Pemuda itu berjalan, langkahnya berat dan lesu, Di kota besar, dia mencari pekerjaan, namun tak kunjung berhasil, Hatinya penuh kekecewaan, ...