Tuesday 20 December 2016

Dimensi Waktu

(4)
Nasiblah pada perjalanan
Kadang lupa selampir tugas
Meninta pena ku membantu
Mengindera panca berubah jadi keriput

Sajak hanya memainkan kata
Entah waktu yang berhenti
Jika engkau wafat
Sungguh disayangkan oleh perempuan manis

Berlampui batas
Hidup hanya sementara
Tetapi akherat terus menerus
Hingga selamanya tanpa berhubungan

Tuhan tak pasti membedakan
Melaknati maksiat
Mau apa lagi
Sakit penuh mendenyut
Kiamat menyambut sakaratul maut

(5)
Sehimpun adapun
Mengoles arang ke resapan api
Merenung setiap keruntuhan
Mengetar jiwa yang lukai hati
Justru bernasehat selalu tidak mau

Malam senggan terjadi
Preman berkeliaran dimana-mana
Sepenuk-penuk walau terlintas batang juri

Tidak enak ku sempatkan
Pagi hingga malam
Gumparan otak sering terbentur
Lalu terlihat pasrah

Ku adili tuhan yang maha tinggi
Selapis kafan yang mengikat
Tetapi jangan berbaring
Bangun lalu bangkit
Meski terbiasa lagi

Jangan mengikuti mereka
Tentu menumpaskan segala cara

Surabaya, 15 Desember 2016

No comments:

Post a Comment

Pemuda Pulang Kampung walau Orang Tua Tiada

Pemuda itu berjalan, langkahnya berat dan lesu, Di kota besar, dia mencari pekerjaan, namun tak kunjung berhasil, Hatinya penuh kekecewaan, ...