Catatan Sajak 2005
(1)
Hidup bertumbuh kecil
Engkau akan menjelajah
Menemui beliau yang
sekian jumpa
Apa daya meringkas hari
yang berlalu
Berfikir terus merenung
Tidur tak lepas dari
tumbuh
Perempuan memikat hati
Tersudut namamu
Ruang kosong bertebar
bayang
Matahari menyosong arah
selatan
(2)
Jember terpisah di sini
Momentum tersimpan masa
kecil
Baju kecil telah
menyedihkan si balita
Engkau akan pertemukan di
tempat baru
Kakek meski tiada
Sekarang tidur tenang
selama ratusan hari
Sahabat misteris tak
kenal namanya
Gersang betapa desa
mengalir kabut
Pagi tidur menghanyut
ombak
Tersendat pada lembaran
Pena hampir kosong
Kini saatnya
Mengucapkan selamat
tinggal Jember
Untuk selamanya
(3)
Di suatu jalan
Hamparan lautan
Mengelilingi arah barat
ke timur
Wajah masih terpendam
Mengeliat padi ditenun
kain benang
Kembalilah ke jalan baru
Fikiran sangat tidak
terkendali
Lesu menyambar dunia
Menyoroti manusia tajam
Seperti pisau terpekat
pada senja
Malam disambut serangga
Mengigit kulit
Anggaplah disambut begitu
buruk
(4)
Di pagi itu
Ia memikirkan di kamar
mandi
Betapa mengejutnya sudut
kota
Mungkin hanya menangis di
tengah pagi
Ayah memarahi anak
Sungguh suasana mendadak
Bukan kumpulan masa lalu
Melainkan aku injak di
kota pahlawan
Tak mengerai dari gugur
daun
Kerut melepas segalanya
Puisi sekadar perasaan
Memberi tanpa arti
Kelainan terus
bermunculan
(5)
Mengenang sang Kakek
Tak menggeruti zaman
Reformasi mengambang
tembok
Korban telah mati di
jalan
Melainkan tidur di jalan
tenang
Selama beribu tahun
lamanya
Resah menyinggung
terhadap purnama
Menyekat di jalan penuh
logika
Memukau penat di lempar
oleh panah
Sepanjang masa terus
berlanjut
Untuk mengeliat angin
puing-puing desa
Surabaya ,
2005
No comments:
Post a Comment