Wednesday 1 March 2017

Satu Dekade (II)

Satu Dekade (II)
: Generasi Sahabat Akrab

Ketika bergenggam tangan
Menunduk sambil renungi sahabat
Salah satu kenangan yang kau dapat
Adalah
Dhenta
Sahabat terbaik sepanjang masa
Bagaikan berjalan penuh canda tawa
Selalu pura-pura memanggilku kingkong

Robby
Pria itu andaikan dendam di setiap emosi merangkai tandus
Lagi kehilangan kau beribu hari kemudian

Vina
Sahabat terhilang entah dimana
Gadis mungil menguntai emas
Selalu bercerita tapi tertutup
Sejak hilang dari sini
Dimanakah kau pergi?

Mia
Gadis tak bisa melepas sahabat semanis mentari
Setiap engkau bersapa
Jadi melingkarkan dentuman air
Menyajuk angin bersadu rapi
Merekat di satu rentang waktu yang sama

Tary Can
Terima kasih memetik bunga
Sepucuk cerita lalu sedikit tak jelas berbicara
Namun pergi tanpa memikirkan kamu
Beruang menjemputmu di sana
Semenjak pergi tanpa izin bercerita
Hanya satu yang selalu terpendam
Meringgihku penuh terkuras angin bercampur tenaga
Lepaslah genggaman tangan

Thoriq
Pria sejuk memikat sejuta kata
Ku bisa meringkas dialog penuh senyum memahit
Tiada bersapa maka tiada berkemang-kemang daun
Memosisikan kau berdua
Kiranya melukiskan pergi dengan berdua
Berdandan hingga terlepas tiga tahun

Yuni
Sahabat sejati
Berkeping kemeja biru
Berjalan kaki memintaku nomor telepon
Jadi mengemas dalam satu prosa
Penuh singkat namun lama mengajuk petir

Ratna
Saat bertemu di Rumah Sakit
Selalu menerima bahagia
Ia hanya merendam amarah
Meretak kertas berbentuk kupu-kupu
Tidak berfikir panjang
Hanya pertanyaan yang tidak jelas di hati
Adalah "Apa maksudmu?"
Berpalang jawab penuh dengar
Menyakini dingin
Harapan dipegang bintang
Itulah yang pergi
Akuilah kau terpucuk daun teh
Mengikisku senyum mentari

Zayyin Achmad
Sahabat setia
Aku pura-pura meminum kopi
Tidak suka hitam
Tiba-tiba kau mengharmoniskanmu
Menyalir di sinar kalbu
Jelek atau tidak
Menatap jadi satu genggamanmu
Kecilku memaniskan kopi
Malam kau mengulik sepenah sungai
Fajar menjemputmu tahajud

Bagaimana dengan mahasiswa?
Suatu saat akan menemani setiap kita menemani
Menulis sebagai menghibur dan menemani
Berimbang manfaat untukmu
Ibarat kau memahat di senja
Berperanku bukan sakit angkuh berderu kaku
Tunggu bait-bait berikutnya

Pasuruan, 25.2.2017

No comments:

Post a Comment

Pemuda Pulang Kampung walau Orang Tua Tiada

Pemuda itu berjalan, langkahnya berat dan lesu, Di kota besar, dia mencari pekerjaan, namun tak kunjung berhasil, Hatinya penuh kekecewaan, ...