Monday 2 January 2017

Diorama Hujan

Diorama Hujan

(1)
Gerimis melanda kota
Rintik-rintik air tanpa tersisa
Tak bisa apa-apa
Betapa kejutnya ingin pulang
Bersegeralah sebelum malam larut
Jangan lama-lama di sini
Karena keluarga telah menunggumu

Lekas waktu menjelang luka perih
Membentengi perasaan
Begitu meriam di sekujur badan
Lesu melekang sini
Daripada pulang diterjang alam kehujanan
Lama-kelamaan akan sakit
Ku berbaring dengan tidur
Menghabiskan waktu hingga terang

(2)
Pohon yang tumbuh
Ku bertahan hingga hidup-hidup
Langit dan bumi menutupi badai

Bukan lagi cerah
Atau bukan lagi bersinar
Melainkan datanglah
pandangan yang sirna

Menebur di angin
Gerimis menepi di hutan
Daun menyentuh air tetes
Berkumpul menjadi satu
Bagiku batang agak rapuh
Luyuh diterjang akar merintang

Seakan-akan batang akan tumbuh
Menabrak kepohon lain
Hingga meredup kemusnahan
Membekas ketenangan bercampur indah
Mengorbankan tumbuhan
Penuh berlangka

(3)
Tidak hanya hujan
Yang berisi air
Tetapi pemandangan akan beda
Hujan salju menerka kota barat
Bercampur angin begitu berhambar
Sulit berjalan maju
Bertumpuklah sebuah es

Suatu yang ekstrim
Sama dengan cuaca tak bersahabat
Mengikis ampuh meniup dingin salju
Menerjang mereka
Tidak nahan menangisi dibeku jadi es
Mati di musim dingin
Sembuh dengan kehangatan yang murni

(4)
Hujan air dengan es
Angin memendam langit yang berbeda
Dengan segala yang membangkai waktu
Perangilah di langit aurora
Hujan mendatangkan asap
Berasal dari suku yang berbeda

Setiap engkau memanggil
Keramat akan mengubah warna
Menjadi alam kapur
Betapa bersinai di warna yang megah
Menutupi kesedihan di paku

Beranah di warna pelangi cerah
Hujan tak mampu mengeluarkan gelombang tinggi
Menggeram di sudut pantura
Ia mengelapkan hidupmu

Surabaya, 3 Januari 2017

No comments:

Post a Comment

Pemuda Pulang Kampung walau Orang Tua Tiada

Pemuda itu berjalan, langkahnya berat dan lesu, Di kota besar, dia mencari pekerjaan, namun tak kunjung berhasil, Hatinya penuh kekecewaan, ...