Thursday 18 June 2015

MIAFORGINAL : The Ramadhan of The Riset (Episode 2)

Kerahasiaan Toti
Dulu pada saat sholat tarawih di Masjid Al Mabrur Asrama Haji Surabaya ini sempat ada kejadian yang belum kita ketahui. Ada temanku Zahir temannya Alfian dan Reza ini dia baru minta tolong kepada gue. Tak nyangka-nyangka gue sengaja minta tolong pada zahir tersebut. Gue pun gugup dengan pertolongan teman itu malah di bantah sendiri. Akhir-akhir ini Zahir minta pertolongan yang sekira-kiranya perlu di deteksi.

            Ia memanfaatkan gue dengan membawa laser. Sebenarnya laser untuk melacak keseluruhan bukan dengan mainan. Gue akan menolong dengan mereka tetapi ia berani keluar tanpa sepengetahuan mereka. Ketika sedang ceramah sebelum taraweh ia sempat ngomong ke gue mengenai insiden kejadian dengan Zahir.
            “Mas Ivan. Aku mau minta tolong?” ujar Zahir menawarkan pertolongan pertama.
            “Apa dek?” balas gue mendengarkan ucapan itu.
            “ini mau menyampiri temannya. Soalnya dia nggak berani dengan temannya lalu ia menduga aku nggak berani dengan teman yang sebanyak itu jadi aku mau minta tolong untuk menyerang kami boleh ya” jelas Zahir. Ia engkau menolong kami dengan tulus.
            “Oke aku terima pembalasan ucapmu tapi jangan pernah membantah kami.”
            “Iya mas.”
Setelah berbincang-bincang dengan Zahir. Akhirnya gue bangkit dan menyerang dengan senter merah ia bawa itu. Ceramah tarawih sedang berlangsung di balik fakta ia melangkah dan bersembunyi lalu sedangkan Zahir di belakang gue. Dan begitu sembunyi di tembok luar masjid gue pun menyerang duluan dengan menyala senter yang menyerang musuhnya. Ia sebut musuhnya bernama Toti. Anak ganteng, ia selalu berinteraksi soal kemasalahan dengan pergaulan remaja. Hampir usia SD seperti gue, tetapi ia selalu bentak-bentak ketika sekolah di sana. Dan baru-baru ini ia selalu memukul teman karena ucapan yang tidak enak pada gue.

            Setelah senter merah menyerang. Toti sedang interaksi dengan teman-teman di taman bermain itu. Tiba-tiba ada sesuatu yang tidak di undang oleh tak kasat mata. Mata di anggap sakit mata beneran atau sebagainya. Gue sembunyi lagi terus ia tak nyangka Zahir ingin menolong lagi dengan pihak yang sama. Tak semudah pun menyerang toti dengan jarak jauh terus ia menyerang lagi dengan senter tersebut. Teman toti balik lagi interaksinya tapi ada serangan laser ia kena oleh Toti. Tanpa panjang lebar ia melangkah menuju ke masjid untuk membalas dendam kepada gue. Gue pun hampir grogi karena ia sebentar lagi ia akan tertonjol oleh tubuh yang penuh dengan luka yang memamer tubuh.
            Sudah sampai di sana mulai konflik yang secara besar-besaran. Toti menyerang dari bentak tangan ke bahu gue dan wajah toti marah besar dan tak hanya menyerang gue namun zahir juga menyerang dengan genggaman tangan memukuli bagian mata zahir tersebut dan temannya toti untuk menghentikan konflik tersebut. Toti tetap ia berbalas dendam pada gue dan zahir itu. Dan secara tak sengaja tiba-tiba ucapan toti mulai pedas.
            ‘ J*nc*k’ ujar Toti
            ‘Toti kau benar-benar berdusta’ ejek Zahir dengan tatapan yang menyerang tatapan toti.
            ‘Diam kau cengeng kau tak perlu omong kosong sama kau dan kau akan memukul hingga habis-habisan’ jelas toti dengan kalimat pembalasan.
            ‘Toti hentikan ini Romadhan nggak usah ugah-ugahan’ ucap halus teman toti mengangguk dengan Toti.
            ‘Ia Tot hentikan sekarang juga nanti di pihak publik malah ketahuan sama kau’ terelus gue.
            ‘Ia Tot hentikan pertentangan ini sekarang kau minta maaf kepada mereka yah?’ ucap Teman toti ia menghentikan konflik tersebut.
            Tanpa ia sengaja Toti mengangguk dengan tenang (walaupun sedikit) tapi ia rela menghentikan pertentangan di Masjid agung itu. Zahir dan gue telah bertahan karena ia tak sengaja memanfaatkan Ramadhon dengan kedosaan itu. Semua terkikis pun di hentikan dan Toti dan yang lainnya memerlukan minta maaf kepada mereka bahwa gue dan Zahir tidak terulangi lagi dan secara adil tiba-tiba ada sesuatu yang paling seram. Toti ia menyerahkan senter marah untuk membalas dendam kepada gue.

            Toti dalam berfikir dalam hati secara kejam Senter merah ini untuk menyerang Ivan dan Zahir. Begitu ia datang di sini. Awas ya Ivan kalo sampai kau menyerang dengan senter ini maka ia akan membalas dendam selama-lamanya dan artinya Ivan akan mati ketika engkau menyiksa di neraka. Sedangkan Zahir aku akan membunuh kau dengan kekejaman maka dari itu. Kalau Zahir tidak datang maka Ivan akan bertanggung jawab besar dan aku akan menguasai dunia sengsara selama-lamanya hiahahahahahahahaha..............

Toti memburu senter merah ia gue bawa. Gue nggak punya pilihan lain, ia menyerahkan senter kepada toti. Dan akhirnya senter sudah di pegang oleh Toti sendiri. Secara simbolis teman toti akan kasih bocoran kepada gue. ‘Kau hati-hati dengan Toti. Karena ia sosok jahat yang pernah memukuli temannya. Setiap hari di sekolah pada jam istirahat ia memanfaatkan keburukan dengan cara Toti sendiri. Jadi kau hati-hati jangan sampai kau bertemu dengan toti nanti bisa celaka dengan kau’ jelas teman Toti dengan menyarankan kepada gue dengan hati-hati. Ternyata tangan gue kosong sebab sudah di terima oleh Toti dan Zahir tidak bisa menolong lagi dengan senjata ia bawa. Gue mungkin haru dengan senter ia sempat bawa. sementara di lain pihak Zahir wajahnya sedih sehabis kejadian tersebut. Sholat tarawih pun baru di mulai dan ia mulai diskusi dengannya.
            ‘Maaf ya Zahir sekarang gue kehabisan benda’ ucap gue. Tangan tidak membawa benda apapun.
            ‘Ya mas saya juga gugup sehabis kejadian yang kosong seperti ini yah apalagi saya tidak bisa menyerang’ gumam Zahir.
            ‘Kau buat apa minta tolong seperti gitu itu membuat seseorang menjadi jengkel nih’ gumam gue juga. Membalas lisan itu.

            Sekarang gue akan kembali ke masjid lagi sambil melanjutkan rakaat sholat tarawih sedang berlangsung. Tanpa menduga wajah gue akan hilang dengan sendiri. Sedangkan Zahir ini tidak bisa melaksanakan sholat shunnah karena di akibatkan firasat temannya terlalu kaku terhadap insiden tersebut. Ia terlalu tidak menyakin dengan kejadian tadi. Toti dan teman-teman sudah membawa senjata ia menyerang tadi. Sebenarnya senjata ini bertujuan untuk membujuk kami secara besar-besaran.

++++
Ketika ada Bazar besar-besaran mengelingi sudut kota kampung ini terlalu rame dengan pengunjung. Tanpa ia sadari gue sedang berjalan-jalan mengelilingi bazar tiba-tiba ada Toti dan teman-teman ia sengaja ketemu ketika sholat tarawih di masjid kemarin. Ia menyangka-menyangka gue akan bertatap langsung dengan Toti sendiri. Hampir ketahuan ia menatap merah dengan gue. Toti meremuk tatapan gue dan ia berkata ‘Hey apa kau lihat. Anak senteran!’ ia bersindir anak senter (gue). Gue selama ini memanggil anak Senter. Sebenarnya saya tidak tahu bahwa ramadhan kemarin Zahir dan gue ia menyerang tatapan dengan senter merah ia menyerah tapi tak seberapa muncul konflik yang tidak sengaja.

            Di balik itu gue mulai ketakutan dengan Toti itu. Ada teman yang sedang berdiskusi dengan sendirinya. Sebut namanya Reren. Anak ia menolong, suka sabar, suka melihat orang yang belas kasihan dengan sendirinya. Tanpa tangguh-tangguh ia benar menolong dengan bantuan kemanusiaannya secara mantap.
            Tanpa panjang lebar ia langsung bertemu dengan dia mengenai di balik rahasia Toti tersebut. Ia melangkah ke temannya lalu ia bertanya ‘permisi’. Ia menjawab ‘Ya’ kemundian ia bertanya ‘apakah kau temannya dengan Toti.’ Terus Reren menjawab ‘Iya benar, ada apa?’ gue akan berdialog dengan Reren sambil duduk berjongkok. Reren sudah punya ungkapan secara oleh ilmiah.

            Toti ini ia pernah menjadi sahabat. Sebenarnya di sekolah Reren ini terlalu curiga dengan Toti. Sejak itu ia tidak punya prasangka baik itu membuat ia bertangguh dengan perilaku Toti itu. Saat jam istirahat berlangsung Reren sedang berjalan ke lapangan namun Toti dan kawan-kawan ia melawan di tengah lapangan mungkin akibat tidak kesalahan apa-apa malah membawa ia celaka. Sungguh ia kronis dengan kejadian itu. Tak sepeleh Reren dengan gugup mengangguk Toti itu dengan punya maksud dan tujuan itu. Baru dengar Toti yang sekarang ia menduga dengan situasi kecil-kecilan Toti sudah mulai menyerang duluan dan Reren mulai mensasar dengan teknik dominan pada Toti.

            Ia mulai tertangkis dengan sengaja Reren menggenggam tangan dan menyerang perut Toti. Tapi Toti mulai mual darah sehabis pukulan ia sangat memukul sekali dan tak menyangka-menyangka Toti itu pun mulai terungkap dan tidak ada pilihan lagi selain dia. Reren juga pun menatap toti di bawah tubuh berbaring sehabis tonjolan ini secara kaget guru datang dan menghentikan aksi tersebut. Reren mulai perang saudara sesama sekolah itu.

Setelah kisahnya sudah mulai terbenah itu. Reren berinteraksi dengan gue bilang ‘Ivan kau pernah menyerang makai senjata itu dan tak menyangka bahwa kau yang pernah menolong kepada zahir. Kejadian itu sama dengan gue ia pernah ku lakukan. Aku pernah melihat pada saat jam istirahat secara tak kasat mata ia juga melaknati semua apa yang Ivan lakukan. Kalau kau ingin membalas dengan toti, caranya kau memilih apakah kau bertemu dengan wajah ke wajah atau kau menyerang teman toti?’ ia memilih tapi terlalu bingung dengan ucapan Reren itu.

            Reren sudah menemukan jawaban tersebut bahwa ia akan menyerang teman-teman itu. Ketika toti menyerang secara berlangsung kau tinggal menghindar dari tangkisan itu sebab ia bisa mempunyai kemampuan berkamuflase sesuai dengan formasi itu. ‘Ingat Ivan hati-hati kalau kau tak sanggup dengan serangan itu maka kau akan menyerang yang utama tapi jangan sampai kau luka.’
Setelah bercerita dengan Reren ia perlu menanyakan beberapa pertanyaan dari memotong cerita tersebut.
            ‘Reren aku mau bertanya bagaimana cara menyerang dengan menggunakan satu lawan satu?’
            ‘yah Ivan kamu harus menyerang mulai dari mana jangan sampai ada teman toti yang ingin menyerang duluan. Bisa-bisa kekuatanmu bisa habis duluan. Kamu berfikir dulu apakah kau menyerang dengan kemampuan yang rendah dulu.’
            ‘Kita kan sudah menonjolin dengan toti namun ia bangkit dengan kemampuan itu. Namun menurut Reren sendiri gimana?’
            ‘Oh ya jangan ivan sekarang ini kalau kau nggak kuat kamu segera ke polisi setempat. Tapi kau harus punya bukti dulu biar nggak salah kalau nggak punya bukti.’

            Setelah berdialog agak panjang kesimpulan ini di ambil dari cerita reren bahwa ia selalu bertengkar dengan teman-temannya sehingga ia di sebabkan karena pernah menyerang gue dan zahir ketika terjadi saat ceramah tarawih berlangsung. Namun tak sekiranya mungkin hanya kejadian Toti ini menjadi bahan ilmiah oleh gue dan Reren.

++++
Sudah beberapa tahun kemundian Toti sudah gede. Dan ia melaksanakan sholat di Masjid Miftachul Jannah secara berjamaah. Setelah sholat ternyata ada Ivan yang datang ke masjid tersebut. Tak menyangka ia segera bertemu dengan Ivan. Terus Toti menjelaskan kejadian ia sempat terjadi pada saat bulan ramadhan.
            ‘Mas Ivan!’ sapa Toti.
            ‘Iya Tot!’ batin gue.
            ‘Sebenarnya aku mau minta maaf’ ucap Toti mulai memberi maaf kepada mereka.
            ‘Apa kau serius jangan bercanda dong. Nggak perlu minta maaf yang sebesar-besarnya.’
            ‘Selama ini karena aku mau meremehkan mas jadi.......’
            ‘Ialah nggak perlu jadi sok tahu emang lo perilaku sekarang sudah tidak punya masa masa yang menjadi dampak negatif seseorang.’
            ‘Kan lagian kan juga pernah menyerang kami pas Ramadhan itu...........’
            ‘Tidak usah minta maaf. Nggak papa namanya bersikap kemanusiaan itu selalu menjaga dengan baik hati.’
            ‘tapi aku menyangka...........’
Setelah bertemu dengan tema yang menjadi konflik tersebut juga menjadi bahan persahabatan Toti akan berminta maaf sebagai rasa simbolis sebagai teman sejati itu. Sebagai gue baik hati ia akan berminta maaf dengan genggaman tangan dengan penuh sukacita. Akhirnya keakraban bersatu kembali entah kapan dan sebaliknya. Toti mengajak gue ke masjid untuk Buka bersama.

Reren sekarang sudah menatap temannya. Baru merasa ia sudah menjadi saudara. Akhir-akhir cerita yang ia di ceritakan kepada gue kini sekarang sudah di pahami oleh perilaku ilmiah. Begitu lama sudah mengajari dengan kebaikan maka gue akan mengerti arti dari sahabat itu.

Baru-baru ini Toti sudah menipis ketenangan kepada dunia sekitar dan Toti akan menyelesaikan semua perbuatan yang apa ku lakukan terhadap temannya. Ia melangkah lari menuju jalan keluar kemasalahan............



No comments:

Post a Comment

Pemuda Pulang Kampung walau Orang Tua Tiada

Pemuda itu berjalan, langkahnya berat dan lesu, Di kota besar, dia mencari pekerjaan, namun tak kunjung berhasil, Hatinya penuh kekecewaan, ...