Kerahasiaan Toti
Dulu pada saat
sholat tarawih di Masjid Al Mabrur Asrama Haji Surabaya ini sempat ada kejadian
yang belum kita ketahui. Ada temanku Zahir temannya Alfian dan Reza ini dia
baru minta tolong kepada gue. Tak nyangka-nyangka gue sengaja minta tolong pada
zahir tersebut. Gue pun gugup dengan pertolongan teman itu malah di bantah
sendiri. Akhir-akhir ini Zahir minta pertolongan yang sekira-kiranya perlu di
deteksi.
Ia memanfaatkan gue dengan membawa
laser. Sebenarnya laser untuk melacak keseluruhan bukan dengan mainan. Gue akan
menolong dengan mereka tetapi ia berani keluar tanpa sepengetahuan mereka. Ketika
sedang ceramah sebelum taraweh ia sempat ngomong ke gue mengenai insiden
kejadian dengan Zahir.
“Mas Ivan. Aku mau minta tolong?”
ujar Zahir menawarkan pertolongan pertama.
“Apa dek?” balas gue mendengarkan
ucapan itu.
“ini mau menyampiri temannya. Soalnya
dia nggak berani dengan temannya lalu ia menduga aku nggak berani dengan teman
yang sebanyak itu jadi aku mau minta tolong untuk menyerang kami boleh ya”
jelas Zahir. Ia engkau menolong kami dengan tulus.
“Oke aku terima pembalasan ucapmu
tapi jangan pernah membantah kami.”
“Iya mas.”
Setelah berbincang-bincang
dengan Zahir. Akhirnya gue bangkit dan menyerang dengan senter merah ia bawa
itu. Ceramah tarawih sedang berlangsung di balik fakta ia melangkah dan
bersembunyi lalu sedangkan Zahir di belakang gue. Dan begitu sembunyi di tembok
luar masjid gue pun menyerang duluan dengan menyala senter yang menyerang
musuhnya. Ia sebut musuhnya bernama Toti. Anak ganteng, ia selalu berinteraksi
soal kemasalahan dengan pergaulan remaja. Hampir usia SD seperti gue, tetapi ia
selalu bentak-bentak ketika sekolah di sana. Dan baru-baru ini ia selalu
memukul teman karena ucapan yang tidak enak pada gue.
Setelah senter merah menyerang. Toti
sedang interaksi dengan teman-teman di taman bermain itu. Tiba-tiba ada sesuatu
yang tidak di undang oleh tak kasat mata. Mata di anggap sakit mata beneran
atau sebagainya. Gue sembunyi lagi terus ia tak nyangka Zahir ingin menolong
lagi dengan pihak yang sama. Tak semudah pun menyerang toti dengan jarak jauh
terus ia menyerang lagi dengan senter tersebut. Teman toti balik lagi
interaksinya tapi ada serangan laser ia kena oleh Toti. Tanpa panjang lebar ia
melangkah menuju ke masjid untuk membalas dendam kepada gue. Gue pun hampir
grogi karena ia sebentar lagi ia akan tertonjol oleh tubuh yang penuh dengan
luka yang memamer tubuh.
Sudah sampai di sana mulai konflik
yang secara besar-besaran. Toti menyerang dari bentak tangan ke bahu gue dan
wajah toti marah besar dan tak hanya menyerang gue namun zahir juga menyerang
dengan genggaman tangan memukuli bagian mata zahir tersebut dan temannya toti
untuk menghentikan konflik tersebut. Toti tetap ia berbalas dendam pada gue dan
zahir itu. Dan secara tak sengaja tiba-tiba ucapan toti mulai pedas.
‘ J*nc*k’ ujar Toti
‘Toti kau benar-benar berdusta’ ejek
Zahir dengan tatapan yang menyerang tatapan toti.
‘Diam kau cengeng kau tak perlu
omong kosong sama kau dan kau akan memukul hingga habis-habisan’ jelas toti
dengan kalimat pembalasan.
‘Toti hentikan ini Romadhan nggak
usah ugah-ugahan’ ucap halus teman toti mengangguk dengan Toti.
‘Ia Tot hentikan sekarang juga nanti
di pihak publik malah ketahuan sama kau’ terelus gue.
‘Ia Tot hentikan pertentangan ini
sekarang kau minta maaf kepada mereka yah?’ ucap Teman toti ia menghentikan
konflik tersebut.
Tanpa ia sengaja Toti mengangguk
dengan tenang (walaupun sedikit) tapi ia rela menghentikan pertentangan di
Masjid agung itu. Zahir dan gue telah bertahan karena ia tak sengaja
memanfaatkan Ramadhon dengan kedosaan itu. Semua terkikis pun di hentikan dan
Toti dan yang lainnya memerlukan minta maaf kepada mereka bahwa gue dan Zahir
tidak terulangi lagi dan secara adil tiba-tiba ada sesuatu yang paling seram.
Toti ia menyerahkan senter marah untuk membalas dendam kepada gue.
Toti dalam berfikir dalam hati
secara kejam Senter merah ini untuk menyerang Ivan dan Zahir. Begitu ia datang
di sini. Awas ya Ivan kalo sampai kau menyerang dengan senter ini maka ia akan
membalas dendam selama-lamanya dan artinya Ivan akan mati ketika engkau
menyiksa di neraka. Sedangkan Zahir aku akan membunuh kau dengan kekejaman maka
dari itu. Kalau Zahir tidak datang maka Ivan akan bertanggung jawab besar dan
aku akan menguasai dunia sengsara selama-lamanya
hiahahahahahahahaha..............
Toti memburu
senter merah ia gue bawa. Gue nggak punya pilihan lain, ia menyerahkan senter
kepada toti. Dan akhirnya senter sudah di pegang oleh Toti sendiri. Secara simbolis
teman toti akan kasih bocoran kepada gue. ‘Kau hati-hati dengan Toti. Karena ia
sosok jahat yang pernah memukuli temannya. Setiap hari di sekolah pada jam
istirahat ia memanfaatkan keburukan dengan cara Toti sendiri. Jadi kau
hati-hati jangan sampai kau bertemu dengan toti nanti bisa celaka dengan kau’
jelas teman Toti dengan menyarankan kepada gue dengan hati-hati. Ternyata
tangan gue kosong sebab sudah di terima oleh Toti dan Zahir tidak bisa menolong
lagi dengan senjata ia bawa. Gue mungkin haru dengan senter ia sempat bawa.
sementara di lain pihak Zahir wajahnya sedih sehabis kejadian tersebut. Sholat tarawih
pun baru di mulai dan ia mulai diskusi dengannya.
‘Maaf ya Zahir sekarang gue
kehabisan benda’ ucap gue. Tangan tidak membawa benda apapun.
‘Ya mas saya juga gugup sehabis
kejadian yang kosong seperti ini yah apalagi saya tidak bisa menyerang’ gumam
Zahir.
‘Kau
buat apa minta tolong seperti gitu itu membuat seseorang menjadi jengkel nih’
gumam gue juga. Membalas lisan itu.
Sekarang
gue akan kembali ke masjid lagi sambil melanjutkan rakaat sholat tarawih sedang
berlangsung. Tanpa menduga wajah gue akan hilang dengan sendiri. Sedangkan Zahir
ini tidak bisa melaksanakan sholat shunnah karena di akibatkan firasat temannya
terlalu kaku terhadap insiden tersebut. Ia terlalu tidak menyakin dengan
kejadian tadi. Toti dan teman-teman sudah membawa senjata ia menyerang tadi. Sebenarnya
senjata ini bertujuan untuk membujuk kami secara besar-besaran.
++++
Ketika ada Bazar besar-besaran mengelingi
sudut kota kampung ini terlalu rame dengan pengunjung. Tanpa ia sadari gue
sedang berjalan-jalan mengelilingi bazar tiba-tiba ada Toti dan teman-teman ia
sengaja ketemu ketika sholat tarawih di masjid kemarin. Ia menyangka-menyangka
gue akan bertatap langsung dengan Toti sendiri. Hampir ketahuan ia menatap
merah dengan gue. Toti meremuk tatapan gue dan ia berkata ‘Hey apa kau lihat. Anak
senteran!’ ia bersindir anak senter (gue). Gue selama ini memanggil anak
Senter. Sebenarnya saya tidak tahu bahwa ramadhan kemarin Zahir dan gue ia
menyerang tatapan dengan senter merah ia menyerah tapi tak seberapa muncul
konflik yang tidak sengaja.
Di
balik itu gue mulai ketakutan dengan Toti itu. Ada teman yang sedang berdiskusi
dengan sendirinya. Sebut namanya Reren. Anak ia menolong, suka sabar, suka
melihat orang yang belas kasihan dengan sendirinya. Tanpa tangguh-tangguh ia
benar menolong dengan bantuan kemanusiaannya secara mantap.
Tanpa
panjang lebar ia langsung bertemu dengan dia mengenai di balik rahasia Toti
tersebut. Ia melangkah ke temannya lalu ia bertanya ‘permisi’. Ia menjawab ‘Ya’
kemundian ia bertanya ‘apakah kau temannya dengan Toti.’ Terus Reren menjawab ‘Iya
benar, ada apa?’ gue akan berdialog dengan Reren sambil duduk berjongkok. Reren
sudah punya ungkapan secara oleh ilmiah.
Toti
ini ia pernah menjadi sahabat. Sebenarnya di sekolah Reren ini terlalu curiga
dengan Toti. Sejak itu ia tidak punya prasangka baik itu membuat ia bertangguh
dengan perilaku Toti itu. Saat jam istirahat berlangsung Reren sedang berjalan
ke lapangan namun Toti dan kawan-kawan ia melawan di tengah lapangan mungkin
akibat tidak kesalahan apa-apa malah membawa ia celaka. Sungguh ia kronis
dengan kejadian itu. Tak sepeleh Reren dengan gugup mengangguk Toti itu dengan
punya maksud dan tujuan itu. Baru dengar Toti yang sekarang ia menduga dengan
situasi kecil-kecilan Toti sudah mulai menyerang duluan dan Reren mulai mensasar
dengan teknik dominan pada Toti.
Ia
mulai tertangkis dengan sengaja Reren menggenggam tangan dan menyerang perut
Toti. Tapi Toti mulai mual darah sehabis pukulan ia sangat memukul sekali dan
tak menyangka-menyangka Toti itu pun mulai terungkap dan tidak ada pilihan lagi
selain dia. Reren juga pun menatap toti di bawah tubuh berbaring sehabis
tonjolan ini secara kaget guru datang dan menghentikan aksi tersebut. Reren
mulai perang saudara sesama sekolah itu.
Setelah kisahnya sudah mulai terbenah itu.
Reren berinteraksi dengan gue bilang ‘Ivan kau pernah menyerang makai senjata
itu dan tak menyangka bahwa kau yang pernah menolong kepada zahir. Kejadian itu
sama dengan gue ia pernah ku lakukan. Aku pernah melihat pada saat jam
istirahat secara tak kasat mata ia juga melaknati semua apa yang Ivan lakukan. Kalau
kau ingin membalas dengan toti, caranya kau memilih apakah kau bertemu dengan
wajah ke wajah atau kau menyerang teman toti?’ ia memilih tapi terlalu bingung
dengan ucapan Reren itu.
Reren
sudah menemukan jawaban tersebut bahwa ia akan menyerang teman-teman itu. Ketika
toti menyerang secara berlangsung kau tinggal menghindar dari tangkisan itu
sebab ia bisa mempunyai kemampuan berkamuflase sesuai dengan formasi itu. ‘Ingat
Ivan hati-hati kalau kau tak sanggup dengan serangan itu maka kau akan
menyerang yang utama tapi jangan sampai kau luka.’
Setelah bercerita dengan Reren ia perlu
menanyakan beberapa pertanyaan dari memotong cerita tersebut.
‘Reren
aku mau bertanya bagaimana cara menyerang dengan menggunakan satu lawan satu?’
‘yah
Ivan kamu harus menyerang mulai dari mana jangan sampai ada teman toti yang
ingin menyerang duluan. Bisa-bisa kekuatanmu bisa habis duluan. Kamu berfikir
dulu apakah kau menyerang dengan kemampuan yang rendah dulu.’
‘Kita
kan sudah menonjolin dengan toti namun ia bangkit dengan kemampuan itu. Namun menurut
Reren sendiri gimana?’
‘Oh
ya jangan ivan sekarang ini kalau kau nggak kuat kamu segera ke polisi
setempat. Tapi kau harus punya bukti dulu biar nggak salah kalau nggak punya
bukti.’
Setelah
berdialog agak panjang kesimpulan ini di ambil dari cerita reren bahwa ia
selalu bertengkar dengan teman-temannya sehingga ia di sebabkan karena pernah
menyerang gue dan zahir ketika terjadi saat ceramah tarawih berlangsung. Namun tak
sekiranya mungkin hanya kejadian Toti ini menjadi bahan ilmiah oleh gue dan
Reren.
++++
Sudah beberapa tahun kemundian Toti sudah
gede. Dan ia melaksanakan sholat di Masjid Miftachul Jannah secara berjamaah. Setelah
sholat ternyata ada Ivan yang datang ke masjid tersebut. Tak menyangka ia
segera bertemu dengan Ivan. Terus Toti menjelaskan kejadian ia sempat terjadi
pada saat bulan ramadhan.
‘Mas
Ivan!’ sapa Toti.
‘Iya
Tot!’ batin gue.
‘Sebenarnya
aku mau minta maaf’ ucap Toti mulai memberi maaf kepada mereka.
‘Apa
kau serius jangan bercanda dong. Nggak perlu minta maaf yang sebesar-besarnya.’
‘Selama
ini karena aku mau meremehkan mas jadi.......’
‘Ialah
nggak perlu jadi sok tahu emang lo perilaku sekarang sudah tidak punya masa
masa yang menjadi dampak negatif seseorang.’
‘Kan
lagian kan juga pernah menyerang kami pas Ramadhan itu...........’
‘Tidak
usah minta maaf. Nggak papa namanya bersikap kemanusiaan itu selalu menjaga
dengan baik hati.’
‘tapi
aku menyangka...........’
Setelah bertemu dengan tema yang menjadi
konflik tersebut juga menjadi bahan persahabatan Toti akan berminta maaf
sebagai rasa simbolis sebagai teman sejati itu. Sebagai gue baik hati ia akan
berminta maaf dengan genggaman tangan dengan penuh sukacita. Akhirnya keakraban
bersatu kembali entah kapan dan sebaliknya. Toti mengajak gue ke masjid untuk
Buka bersama.
Reren sekarang sudah menatap temannya. Baru
merasa ia sudah menjadi saudara. Akhir-akhir cerita yang ia di ceritakan kepada
gue kini sekarang sudah di pahami oleh perilaku ilmiah. Begitu lama sudah
mengajari dengan kebaikan maka gue akan mengerti arti dari sahabat itu.
Baru-baru ini Toti sudah menipis
ketenangan kepada dunia sekitar dan Toti akan menyelesaikan semua perbuatan
yang apa ku lakukan terhadap temannya. Ia melangkah lari menuju jalan keluar
kemasalahan............
No comments:
Post a Comment