Friends Fight Dimensional Dream
(Part 1)
Di dimensi gue
pengalaman yang ku pernah alami oleh seorang guru yang saat kita cinta Bu Tary
Can. Gadis lahir di gresik, ia sudah menempuh pendidikan di PLB UNESA tahun
2010, ia pernah mengajar jadi guru SMP gue, dan selalu menemani bersama di
sisinya. Di ruang sumber SMP ini membuat ia betah di sini. Suasananya hampir
seru tapi juga gokil mulai dari pengicauan, pertentangan, maupun sengaja tidak
sengaja.
Namun di sisi berbeda dengan dahulu itu. Bu Tary setelah
di wisuda akhir ia ketemu dengan kekasihnya dia, namanya Erry Kuroy. Ia cowok
yang jantan, menjadi teman sekampus, dan tinggi badan, Bu Tary mengagumi dengan
kekasihnya, walaupun sejak lama ia tak pernah memisah dalam hidup ini.
Sedangkan di FB gue ternyata Bu Tary telah menyelesaikan skripsi sejak maret
lalu, sebelumnya ia pernah jadi guru di SMKN 8 Surabaya, nggak tahu mapelnya
apa? Seringkali gue bertemu dengan Bu Tary, ia berpesan kepada gue kau ingin
jadi penulis, tulislah pengalamanmu selama kau menemani hari. Lalu udah
beberapa waktu kemundian gue nggak bisa berkomunikasi dengan guru.
Dari dulu SMS yang ia tulis sudah di kirim, tapi nggak
bales sama sekali. Pagi kan sekolah, habis pulang sekolah gue cek di FB, dan ia
mengobrol lewat chat, dan hampir semua ia lampui ternyata menyimpan rahasia di
balik kebiasaan bu Tary tersebut. Sungguh tak menyangka kalo bu tary menjadi
mantan sahabat gue.
Di benah gue, ia bertemu di kampus PLB menemui bu Tary.
Tapi secara kurang focus tiba-tiba gue terdiam di tempat. Bu Tary menatap gue
pada saat siang hari melawan tubuh yang mengalami dehidrasi. Pada hari itu Bu Tary tidak berada di lokasi kampus
karena ia sudah menempuh pendidikan sejak maret. gue sampai tidak orang di
kampus malah ia bingung mau ke mana mencarinya. Begitu gue pulang ke rumah tak
terasa gue mengeluarkan mata akibatnya beliau sudah tiada. Namun ada teman yang
sengaja ke rumah gue, ketika gue berjalan ke ruang tamu air mata menetes
hilang. Ternyata ada teman seminar di UINSA tahun lalu, kak Yuni. Kak Yuni
menceritakan tentang gue kejadian awal bu Tary ingin mempersatukan kembali
sambil obrolan santai.
‘Van’ sapa kak Yuni. Wajah
senyum meriah.
‘Ya kak, kok kamu di sini
ada perlu apa?’ balas gue, ia nanya teman mampir ke rumah gue.
‘Oh Ya adek katanya Bu
Tary mau berpisah atau apa’ nanya Kak Yuni, lemah lembut namun santai.
‘Yah ini mau berpisah
sejak beberapa tahun yang sudah mengajariku tentang persahabatan namun sudah
tiada.’ Gumam gue, menghela nafas penuh tangisan.
‘Tenang dek kita akan
menemukan momentum adek biar nggak rela kalau kau menjadi sahabat akrab seperti
kakak yang pernah mengajak seminar di ITS sama UINSA itu bagus kok’ jelas Kak
Yuni, menghelus lengan gue hendak berpelukan.
‘Iya yah gue kan pernah
mengajak seminar itu ya, Ivan hampir lupa ya selama ini gue udah lama menjadi
sahabat’ helus gue, air mata di hilangin.
Setelah obrolan santai ya
panjang lebar kak Yuni menginap ke rumah gue dan ia bertujuan untuk mencari
rahasia di balik persahabatan. Hampir jam 9 malam gue dan kak Yuni nongkrong di
kamar sehingga kak membawa tas berisi baju dan rok secukupnya. Di kamar ia
memikirkan gadis itu tak salah-salah ungkapan yang berikan ketika bertemu itu
membuat ia sudah lega semua impiannya harus lepas, tak seberapa ingatan gadis
ia mengajarkan kepada kami sudah mempererat tali persaudaraan. Di benahan gue
selalu mengingat mengajar pertama sejak ia belajar ketika gue di bangku kelas 3
SMP.
Dulu ia pernah mengajar bersama gue dan david. Ketika ia belajar gue
senang mendapatkan pelajaran ia engkau berikan tetapi ada suatu yang
menjengkelkan. Ketika ada kata-kata yang pernah ku lakukan salah satunya Revina
Syaduma. Gadis yang tidak mengetahui jenis penyakit apa? Tetapi membuat Vina
makin egois. Jangan-jangan di lembaran ada karakter kucing yang sering di lihat
oleh televisi setempat. Benar banget doraemon, ucapkan ia keluarkan tiba-tiba
Vina tak nahan kemaluan terhadap anime yang berasal dari jepang itu. Ketika
mengolok vina tubuhnya penuh gemetar dan juga kaget dengan ucapan yang menurut
gue bagus tapi nggak tahu maksud vina itu apa?
‘Doraemon’
ucap Alvian.
‘Ihhhh
jangan dong. INGAT ITU BERDOSA’ gumam Vina, gerak hindar dengan tubuh grogi.
‘Eh
teman-teman berhenti nak, nanti nggak selesai belajar’ kata Bu Tary,
memperingatkan dengan pelan-pelan.
‘Bu,
biarin ia mati masuk angin.’ Ujar Nanda, kalimat yang menghiraukan guru.
‘Emangnya
di akherat ada balsem?’ nanya David, nanya soal mati masuk angin, perasaan
bingung.
‘Ia juga
sih!!!’ gumam Nanda, ia menggaruk kepala.
‘Anak-anak
merepotkan banget ya.’ Ujar Bu Tary, ia melorot lemas.
‘Ivan,
kamu nggak ikut hibur?’ nanya Bu Tary ke gue.
‘Kagak,
aku jarang sindiran kecuali ada kesalahan yang pernah ku alami.’ Balas gue.
Suasananya
semakin seru kemilikan dari suatu beban yang ku rasakan. Sejauh ini ia
melanjutkan belajar dari rangkaian yang potong tadi gara-gara menghibur dengan
ucapan dan berbagai hal-hal yang serupa. Ia melanjutin belajar, gue fokus ke
depan dan teman-teman murid Bu Tary juga mengikuti dengan tenang. Selepas dari
belajar akhirnya Bu Tary dan Bu Ilmi pamit dari Ruang Sumber SMPN 29 Surabaya.
Ketika ia berpamit ada adegan yang mencurigakan pada siswa. Ada yang
mengeluarkan ucapan ia hendak narsis, Bu ilmi menyerang kalimat sok tahu tetapi
gurauannya tak pernah berhenti dan membujuk dengan emosional, sedangkan Bu Tary
hendak membalas budi ke gue kali sudah menjadi pengajar yang professional, kalo
gue nilai gadis ia memakai celana tapi sikap lemah lembut. Nilai gue masih di
pertimbangkan. Tanpa basa-basi guru harus buru-buru ke kampus untuk melakukan
kuliah di sana.
Di benahan gue sudah menentukan nasib persahabatan. Sudah hampir 3 jam
berfikir kak Yuni sudah tidur nyenyak sementara gue nggak bisa dari tempat
tidur. Gue akan mencoba lagi berbaring di tempat tidur mereka. Mata gue sudah
tidur nyenyak dan ia mulai bermimpi dengan tentang. di mimpi ada sebuah momentum yang masih di mungkinkan tentang
sahabat. Terus gue berada di ruang sumber dengan suasananya bercahaya putih.
Ketika berjalan ia memantau tentang gue yang sedang belajar kemungkinan ia
semangat membara ketika belajar. Terus terang gue menatap suasana. Hanya sumbu
kewajaran ia mencekam masih ada bukti dari semua yang engkau lakukan. Justru
itu gue terheran-heran dengan guru. Secara skala besar gue melayang ke bawah
menuju ke dimensi mimpi ia gue bawakan. Suasananya bawah menjadi firasat buruk.
Gue hampir terjatuh, tidak ada tempat dan jalan ini hanya dimensi bukan
penataannya. Memang dimensi menyimpan mimpi yang engkau selama ini sudah
tererat oleh perasaan dan jiwanya. Tak karuan gue melihat namun tak ada
batasannya namun tiba-tiba ada sosok tubuh yang menggabungkan bintang dan
cahaya yang tak tembus pandang.
Gue masih betah dimensi semakin tak lihat makhluk yang tak kasat mata. Ia
menunggu musuh atau sahabat yang pernah merasa itu akhirnya ia tiba di benahan
gue. Bu Tary melangkah hendak ia melawan dengan jarak jauh. Gue dan Bu Tary
berada di dimensi mimpi. Namun gue kecewa terhadap apa yang engkau lakukan
memakan waktu dengan perjuangan dan kehadratan dengan kondisi yang dominan. Gue
masih melirih Gadis dan Gadis juga menantap gue dengan emosi yang berbeda.
Waktu nonton spongebob saat di depan hendak pidato, para siswa langsung melirik
dengan heran banget. Spongebob terus mengugup sehingga ia sebabkan siswa mulai
menggeram amarah, mulai dari teman-teman yang menatap dengan keras dan juga
patrick berwajah marah dengan melempar bantal ke orang yang berada di depan.
Angin pun menghampiri suasana reda dengan Gue dan Bu Tary makin
menganaskan. Gue melorot otot mata dengan bertemu wajah ke wajah namun sama
dengan Bu Tary juga ekspresinya biasa dan ia ke memperogoki dengan meremuk
tangan. Mulai melangkah menuju ke jarak dekat. Gue mulai berbicara kenangan
yang selama berbulan-bulan ia mengikat seluruh elemen sahabat yang menghambat
dirinya keji dari segumpal darah.
‘Bu Tary lama kau ke temu
dengan kau, tapi sekarang kenapa kau tidak kembali lagi ke surabaya dan
memanfaatkan waktu dengan sia-sia’
‘Wahai muridku aku tidak
mau engkau kembali ke Surabaya, karena ia merasakan guru perlu menyayangi kau
untuk mengingat pesan-pesan yang engkau berikan pada waktu itu.’
‘Omong kosong, kau sudah
tidak membalas SMS dan di kiranya SMS itu hanya berisi dengan tega sendiri dan
mengamankan ke seluruh waktu yang di gunakan itu sudah muat dengan murid yang tak
berguna.’
‘Jangan kau marah atau kau
akan menghabiskan waktu di dimensi dengan perasaan dendam yang penuh
ketidakadilan dengan ku sengaja sesalin demi sahabat yang engkau mengenang tapi
jangan kau memarahi kamu. Itu hanya kumpulan cerita yang sudah di berikan
karena etika.’ Jelas gue dengan wajah penuh air mata.
‘Sudah kau terlambat yang
berada di sisimu dan jangan engkau kembali lagi ke jalan terang beneran. Aku
akan membunuh dengan cara dengan mengenggamku tangan gue akan mengolesi luka
hati kamu!’
Begitu gue berlari dengan
kencang hendak mulai menyerang duluan, Bu Tary bertahan di tempat. Kaki gue
berlari cepat, matanya penuh tangisan. Bu Tary hampir khawatir dengan murid,
‘hiiiiiiiiyaahhhhhhh’ jerit gue mengenggam tangan gue mulai memukul dengan setengah
lingkaran ke wajah gue. Tangan gue menangkis dan ia gagal memukul. Menerkam
tangan gue mulai dari melotot dengan kuat. Bu Tary hampir saja, dan ia memulai
air mata dengan sekencang-kencangnya. Genggaman tangan guru memukul wajah gue
dengan keras, sampai gue terkena luka dan darahnya mulai keluar dengan sendiri
dan gue menjatuh.
Kaki guru menginjak tangan kiri gue dengan sekuat tenaga. Gue hampir
mencoba lepas injak, tapi hampir kesakitan dengan menetes cairan darah. Gue
menjerit kesakitan ‘tiddddaaaakkk! Saaaakiiitttt!!! Aaaaaaaaaaaaa!!!!!!!!’
sampai sekarang ia melemah dan kondisi di sana terlalu tangisan yang mengigih.
Terus menerus bu Tary menganggukan gue dengan kisah yang pernah kau mendalami
hati. Samping juga masih berhasil menyerang duluan tapi gue mulai kesakitan
yang perih di tangan kiri gue.
Sampai-sampai ia menceritakan semua yang engkau lakukan dengan kondisi yang
mengejutkan. Gue menatap wajah bu Tary namun ia mengangguk dengan perasaannya
sendiri tetapi cerita luka pun mulai dari..................................
No comments:
Post a Comment