Tuesday 8 March 2016

Menulis dari sebuah Pengalaman Pribadi


Menulis dari sebuah Pengalaman Pribadi

Menulis memang berawal dari sejak sekolah dasar. Semulanya ada suatu yang begitu menyenangkan tetapi menulis apa saja tentu akan menjadi pengalaman pribadi bagiku. Kebetulan sehabis liburan semester saya dan siswa lainnya sengaja membuat cerita pendek yang kalian rasakan setelah mengisi liburan sekolah selama 2 minggu. Kebanyakan cerita pada anak membuat pasti bosan. Semestinya kebiasaan anak-anak cenderung sukanya bermain. Kalo kewajiban agama pasti nggak jalani juga. Ada seseorang berstatus kebutuhan khusus tidak sadar itu apa artinya kewajiban bagi umat muslim. Dan serupa bagaimana menulis catatan yang rapi.

            Padahal guru yang menerangkan pasti enak hanya saja siswa ABK jadi kurang faham. Aku coba berinteraksi pelan-pelan.

            “Krisna, kamu bisa mendengarkan materi guru?” Tanyaku dengan jujur.

            “AKU-BISA-MENULIS-DAN-MEMBACA” jawab Krisna terlalu pelan lambat.

            “Oke lumayan kalo Diana bagaimana?” Tanyaku menghadap Diana.

            “ama…ama….amuba….amma…..aiii…” jawab Diana juga nggak jelas ngomongnya.

            “Apa?” sentakku sekali lagi.

            “Aya….aya…amu….amu” Ujar Dina tak bisa ngomong secara normal.

            Dan ia langsung mengigit tanganku. Inilah aku membuat sedikit kecewa. Buku catatan ia ambil sengaja menceritakan hampir sehari di Sekolah. Sebelum menulis memang belum punya ide. Dari kecil dulu ia menghabiskan waktu main game sehari. Tergantung waktu peluang bagiku. Aku terheran dengan hasil tulisan yang kita tulis. Karena buku bentuk garis sebagai catatan dasar maka aku mengingat kata setelah menerangkan dan menirukan dari guru.

            Pertama saat menghabiskan liburan saya selalu kagum mendengarkan bareng ketika menirukan kata yang kita siapkan. Terus terang si Robby perilaku posesif banget. Apalagi sering bully sering mengalami masalah. Lalu waktu mengajar serasa punya action dan juga menggali kosakata. Sayangnya bisa faham walau komunikasi masih bullet sekali. Makanya aku selalu mengingatkan pada orang tua dan sahabat untuk melatih serapan itu. Saya selalu menuliskan yang kita dengarkan. Secara pribadi menulis sebagai pengalaman pribadi.

            Menulis sebagai pengalaman pribadi sudah melakukan secara luas. Apalagi para kalangan profesi juga menguatkan ide lewat tulisan itu bahkan ada meminimalisir dari apa yang tentu capai. Tujuan menulis sebagai pengalaman pribadi untuk menjadi daya ingat kuat selama mengingat peristiwa selama sehari dan juga sebagai membuat cerita dengan begitu luas. Jadi tak mungkin malas menulis juga menurunkan kebiasaan sehari. Beberapa di antaranya siswa pasti mengambil cita-cita lain selain penulis.

            Beruntung belum ada anak ABK yang berbakat dalam sebuah kepenulisan. Jujur belum tahu apa sebenarnya aku menjadi seorang penulis fiksi. Hal diketahui aku memang pertama jadi penulis sebenarnya karena ada inspirasi yang harus ku kejar apalagi dari segi menghibur dan menemani.

            Dari SMP sudah menerima amanah untuk membuat ringkasan yang terdapat pada al-qur’an dan juga makna dari isi tersebut. Dari beberapa siswa hanya aku yang mengubah ke dalam sastra. Padahal aku jadi multimedia. Karena belum bisa mengolah sistem informasi dari multimedia. Maka saya memutuskan untuk menjadi seorang penulis. Penulis itu menentukan bakat dan minat dalam aktivitas sehari-hari.

            Tiba-tiba teman saya belum tahu cita-cita menjadi seorang penulis yang handal. Serupa teman sebaya sebagian dari manapun tergantung dari kebiasaan waktu. Cuman aku menyangka ingin mengejar penulis nasional menekuni kreatifitas. Ingat aku mendapatkan nasehat dari Mas Raditya Dika

            Menulis itu bermula dari mood dan juga kegelisahan hidupmu. Jadi buat yang ingin berkarya. Tuliskan pengalaman lho selama sehari yang anda lakukan. Tulis sebanyak mungkin tentu akan menhasilkan sebuah karya yang siap dibaca.

            Menulis pengalaman pribadi menjadi bahan ide sehari. Satu hari perlu satu tulisan. Artinya hanya bisa menyerap dan menangkap rangsangan dari otakku. Apalagi bisa mengatasi stress apapun. Menulis sebagai pengalaman pribadi akan kemungkinan alasannya seperti apa.

1.      Tuliskan pengalaman yang anda lakukan selama sehari penuh

2.      Melatih kebiasaan menulis setiap hari

3.      Jangan semata-mata melihat hasil tulisan orang lain

4.      Menciptakan kreatifitas

5.      Dan sebuah imaginasi terhadap ide

Tak betah kehidupan ini serba berusaha tentang perjuangan pribadi. Resiko atau nggak tentu membawakan pengorbanan. Ada salah satu narasumber yang nasional banget. Bunda Asma Nadia selalu memberikan arahan dan petunjuk bagiku menuju jalan yang benar.

            Menulis nggak hanya ilmu melainkan hasil tulisan bisa terbalas amal jariyah yang memberikan bagi orang yang nggak mampu. Targetku masih gagal serta mana tekadnya. Sampai sekarang tanggung jawabku selalu berbohongi pada orang tua. Jadi ada menanyakan beberapa hal.

            “Ivan, mengapa kamu jadi seorang penulis”

            “Karena aku berawal bertemu dengan Raditya Dika dan mengenai pertemuan di kampus islam negeri membuat mengejar impian.”

            Sampai sekarang aku ingin menerbitkan beberapa karya yang menghasilkan sebuah memory dan peristiwa yang kejar hingga nggak bisa ku terhenti.
Surabaya, 7 Maret 2016

No comments:

Post a Comment

Pemuda Pulang Kampung walau Orang Tua Tiada

Pemuda itu berjalan, langkahnya berat dan lesu, Di kota besar, dia mencari pekerjaan, namun tak kunjung berhasil, Hatinya penuh kekecewaan, ...