Raditya Dika of Inspiring a Writer
Sebelum memasuki
jenjang SMA aku mengisi waktu menuntut ilmu di kampus. Tujuanku agar biar bisa
mencari teman serta menggali ilmu dari pemateri tersebut. Pada saat itu saya
mencoba menonton serial Malam Minggu Miko di laptop Nazar. Setelah mencoba
tontonan tersebut akhirnya aku sudah menemukan titik utama terutama pada
hikmahnya. Pertama-tama sengaja pergi ke kampus B Universitas Airlangga.
Katanya ada seminar sekolah kepenulisan ilmiah. Walaupun aku mencoba jadi penulis
bisa menerima ilmu dari narasumber tersebut. Sebelumnya saya nggak sengaja
mengenakan seragam karena mencoba hal untuk menjaga nama sekolah. Bukan
melakukan sekolah formal kayak biasanya.
Tak terasa ilmu sudah menyerap padahal seru sih mengkaji
bedah buku Qur’anomics. Itu buku berisi kombinasi antara al-qur’an dengan
ekonomi. Isi buku pun beragam yaitu mempelajari Al-qur’an sebagai pedoman hidup
tetapi mendalami ekonomi dalam kehidupan pada zaman islam. Nggak hanya itu ada
juga mengisi materi tentang cara menulis ilmiah terhadap karya tulis ilmiah.
Peserta sebagaian terpisah karena panitia memang sengaja menata rapi biar nggak
terjadi interaksi antar sejenis. Sepulang dari seminar aku sudah mendapatkan pencerahan
dari apa yang kita peroleh sebagai seorang penulis yang handal. Terus-menerus
kita coba.
Tiba-tiba ada seminar Kreatif Menulis Rejeki tak akan
habis yang diselenggarakan oleh Sastra Inggris UINSA. Baru-baru ini aku sengaja
menuntut ilmu demi bertemu dengan beliau saja. sebelum dimulai ia memainkan
drama seputar pekerjaan sedang menulis apa saja. reaksinya buku, kertas, dan
alat tulis lainnya berserakan di meja. Hingga perempuan paruh baya langsung
reaksi marah terhadap apapun. Sedihnya aku terpaksa berada di atas karena dari
kursi yang tersedia sudah terisi oleh audiens. Mas Raditya Dika telah datang.
Duduk di depan audiens merasa bahagia apalagi reaksi emosi para audiens jadi
pecah abis. Apalagi teriak tak akan terhenti.
Mas Raditya Dika ini beliau Penulis, Artis, dan Komedian.
Ia menghasilkan karya buku yang kita capai dan pernah menjadi Sutradara dalam
Film Marmut Merah Jambu. Semula
menulis itu berawal dari kegelisahan. Sengaja saja ia menemukan perasaan
dialami pada gebetan. Baru pacaran beberapa jam seketika putus karena Mas
Radith terlalu cemen. Nggak seperti itu padahal perlu mencari cara biar bisa
menganggapi dari problematika tersebut. Serial Malam Minggu Miko menceritakan
kehidupan Mas Raditya ketika malam minggu bersama dengan beberapa rekan lainnya
dan Mas Anca naluri pembantu. Katanya Anca bagus banget serta lincah dalam
menjalankan aktivitasnya. Sedangkan Mas Miko dan Mas Dovi hanya malas-malasan
saja.
Mengenai menulis itu menghidupi ide ada 2 yaitu menggali
ide, dan menggali ide lewat tulisan. Seperti menuliskan scenario dari adaptasi
novel Marmut Merah Jambu. Sudah bisa memeragakan adegan dan setting terhadap
naskah tersebut bisa sukses. Apalagi pemeran sudah bagus menghibur dan
menemani. Mas Radith menantang para audiens untuk menuliskan pengalaman audiens
yang pernah mengalami kegelisahan pada saat itu. Apalagi dengan problematika
itu. Serasa aku sudah menemukan ide dari pengalaman yang berkompeten. Tiba-tiba
aku bertemu dengan Mas Raditya Dika dengan sepenuh hati. Anehnya ketika ketemu
Mas Radith menanyakan kegelisahanku
“Eh Siapa namamu?” Tanya Bang Radit dengan jelas.
“Ivan!” Jawabku sedikit gugup
“Siapa namamu?” tanya lagi Mas Radith dan sambil
menertawakan audiens.
“IVAN!!!!” jawabku serentak.
“Oke tunjukkan kegelisahan yang pernah anda rasakan” ujar
Bang Radith sambil memberikan penjelasan pada aku.
“Gini Mas ada 2 peristiwa yang mengalami kegelisahan.
Yang pertama soal kesedihan ketika ada persoalan saat melawan teman-teman. Dan
judul yang sempat ditanyakan….”
“Oh Gitu tapi mau tanya. Apa itu YOUNGEST OF THE DEAR”
“Termuda dari yang terhormat……”
“tapi kok nggak jelas judul itu.”
“Kan Mas sengaja dari kehidupan remaja itu.”
Karena
interaksi semakin banyak akhirnya aku sudah berterima kasih banyak atas
anugerah yang kita capai. Seolah-olah aku bisa kembali ke sisi tersebut untuk
menjadi pedoman sahabat terinspirasi. Karena sudah bisa bertemu Mas Radith
memberikan hadiah bagiku. Hadiah ini sebagai tanda terima atas keteladanan yang
penuh agung dan mulia. Sepertinya waktu sudah larut. Sebelum pulang membagikan
doorprize tersebut dan salah satu seorang yang beruntung. Tak mungkin banget
bagaimana bisa mencapai seperti ini. Sepulang dari kampus aku sudah menemukan
titik cahaya hasil dari catatan tadi. Tak menyangka aku setelah bertemu dengan
beliau akan menjadi makna bagiku. Lebih bingung lagi aku terpaksa membeli buku
di Gramedia karena nggak sempat membeli serta soalnya uangku habis buat
membayar tiket agenda di Kampus UINSA. So inspirasi telah mengambil makna. Dari
segi agenda bagus banget hanya saja mendapatkan pengalaman yang begitu luar
biasa. Terima kasih Mas Radith telah membantuku dalam petualang mencari
kehidupan yang begitu sempurna. Rajin menulis dan membaca.
No comments:
Post a Comment