Tuesday 8 March 2016

Raditya Dika of Inspiring a Writer


Raditya Dika of Inspiring a Writer

Sebelum memasuki jenjang SMA aku mengisi waktu menuntut ilmu di kampus. Tujuanku agar biar bisa mencari teman serta menggali ilmu dari pemateri tersebut. Pada saat itu saya mencoba menonton serial Malam Minggu Miko di laptop Nazar. Setelah mencoba tontonan tersebut akhirnya aku sudah menemukan titik utama terutama pada hikmahnya. Pertama-tama sengaja pergi ke kampus B Universitas Airlangga. Katanya ada seminar sekolah kepenulisan ilmiah. Walaupun aku mencoba jadi penulis bisa menerima ilmu dari narasumber tersebut. Sebelumnya saya nggak sengaja mengenakan seragam karena mencoba hal untuk menjaga nama sekolah. Bukan melakukan sekolah formal kayak biasanya.

            Tak terasa ilmu sudah menyerap padahal seru sih mengkaji bedah buku Qur’anomics. Itu buku berisi kombinasi antara al-qur’an dengan ekonomi. Isi buku pun beragam yaitu mempelajari Al-qur’an sebagai pedoman hidup tetapi mendalami ekonomi dalam kehidupan pada zaman islam. Nggak hanya itu ada juga mengisi materi tentang cara menulis ilmiah terhadap karya tulis ilmiah. Peserta sebagaian terpisah karena panitia memang sengaja menata rapi biar nggak terjadi interaksi antar sejenis. Sepulang dari seminar aku sudah mendapatkan pencerahan dari apa yang kita peroleh sebagai seorang penulis yang handal. Terus-menerus kita coba.

            Tiba-tiba ada seminar Kreatif Menulis Rejeki tak akan habis yang diselenggarakan oleh Sastra Inggris UINSA. Baru-baru ini aku sengaja menuntut ilmu demi bertemu dengan beliau saja. sebelum dimulai ia memainkan drama seputar pekerjaan sedang menulis apa saja. reaksinya buku, kertas, dan alat tulis lainnya berserakan di meja. Hingga perempuan paruh baya langsung reaksi marah terhadap apapun. Sedihnya aku terpaksa berada di atas karena dari kursi yang tersedia sudah terisi oleh audiens. Mas Raditya Dika telah datang. Duduk di depan audiens merasa bahagia apalagi reaksi emosi para audiens jadi pecah abis. Apalagi teriak tak akan terhenti.

            Mas Raditya Dika ini beliau Penulis, Artis, dan Komedian. Ia menghasilkan karya buku yang kita capai dan pernah menjadi Sutradara dalam Film Marmut Merah Jambu. Semula menulis itu berawal dari kegelisahan. Sengaja saja ia menemukan perasaan dialami pada gebetan. Baru pacaran beberapa jam seketika putus karena Mas Radith terlalu cemen. Nggak seperti itu padahal perlu mencari cara biar bisa menganggapi dari problematika tersebut. Serial Malam Minggu Miko menceritakan kehidupan Mas Raditya ketika malam minggu bersama dengan beberapa rekan lainnya dan Mas Anca naluri pembantu. Katanya Anca bagus banget serta lincah dalam menjalankan aktivitasnya. Sedangkan Mas Miko dan Mas Dovi hanya malas-malasan saja.

            Mengenai menulis itu menghidupi ide ada 2 yaitu menggali ide, dan menggali ide lewat tulisan. Seperti menuliskan scenario dari adaptasi novel Marmut Merah Jambu. Sudah bisa memeragakan adegan dan setting terhadap naskah tersebut bisa sukses. Apalagi pemeran sudah bagus menghibur dan menemani. Mas Radith menantang para audiens untuk menuliskan pengalaman audiens yang pernah mengalami kegelisahan pada saat itu. Apalagi dengan problematika itu. Serasa aku sudah menemukan ide dari pengalaman yang berkompeten. Tiba-tiba aku bertemu dengan Mas Raditya Dika dengan sepenuh hati. Anehnya ketika ketemu Mas Radith menanyakan kegelisahanku

            “Eh Siapa namamu?” Tanya Bang Radit dengan jelas.

            “Ivan!” Jawabku sedikit gugup

            “Siapa namamu?” tanya lagi Mas Radith dan sambil menertawakan audiens.

            “IVAN!!!!” jawabku serentak.

            “Oke tunjukkan kegelisahan yang pernah anda rasakan” ujar Bang Radith sambil memberikan penjelasan pada aku.

            “Gini Mas ada 2 peristiwa yang mengalami kegelisahan. Yang pertama soal kesedihan ketika ada persoalan saat melawan teman-teman. Dan judul yang sempat ditanyakan….”

            “Oh Gitu tapi mau tanya. Apa itu YOUNGEST OF THE DEAR”

            “Termuda dari yang terhormat……”

            “tapi kok nggak jelas judul itu.”

            “Kan Mas sengaja dari kehidupan remaja itu.”

Karena interaksi semakin banyak akhirnya aku sudah berterima kasih banyak atas anugerah yang kita capai. Seolah-olah aku bisa kembali ke sisi tersebut untuk menjadi pedoman sahabat terinspirasi. Karena sudah bisa bertemu Mas Radith memberikan hadiah bagiku. Hadiah ini sebagai tanda terima atas keteladanan yang penuh agung dan mulia. Sepertinya waktu sudah larut. Sebelum pulang membagikan doorprize tersebut dan salah satu seorang yang beruntung. Tak mungkin banget bagaimana bisa mencapai seperti ini. Sepulang dari kampus aku sudah menemukan titik cahaya hasil dari catatan tadi. Tak menyangka aku setelah bertemu dengan beliau akan menjadi makna bagiku. Lebih bingung lagi aku terpaksa membeli buku di Gramedia karena nggak sempat membeli serta soalnya uangku habis buat membayar tiket agenda di Kampus UINSA. So inspirasi telah mengambil makna. Dari segi agenda bagus banget hanya saja mendapatkan pengalaman yang begitu luar biasa. Terima kasih Mas Radith telah membantuku dalam petualang mencari kehidupan yang begitu sempurna. Rajin menulis dan membaca.
SURABAYA, 6 Maret 2016

No comments:

Post a Comment

Pemuda Pulang Kampung walau Orang Tua Tiada

Pemuda itu berjalan, langkahnya berat dan lesu, Di kota besar, dia mencari pekerjaan, namun tak kunjung berhasil, Hatinya penuh kekecewaan, ...