Wednesday 17 February 2016

Teka-Teki Emosional terhadap Masa Lalu (1)

Dari kecil sengaja melihat keadaan yang baru. Tak menyangka sejak kecil pandang selalu kedap-kedip dalam mata. Mengikuti kedap-kedip terikuti padamnya listrik ketika malam hari.

Saya mungkin mengapa kedap kedip bisa mati lampu. Berdasarkan sudut pandangku sebab mati lampu bukan kedap-kedip melainkan mendatangkan masalah dalam masa lalu. Pagi hari ia melirik sana-sini. Ibu tega banget anak ini bandel.

Ibu tak tahan melihat aku maka ia terpaksa menyiksa kecuil terus membawa ke kamarnya untuk mengurung selama beberapa jam. Aku harus bagaimana? Cara melarikan diri dengan ide. Bingungnya Ibu beraktivitas seperti bisa tidak seperti drama tadi. Nantinya aku bakalan siksa lagi.

Kakek sedang melihatku dalam kamar kakek. Tak seharusnya kakek lagi mendengarkan radio sedangkan aku hanya menikmati popmie yang sudah beli. Kakek curiga denganku
"Ivan" Sapa kakek
"Ya kek, ada apa?" Jawabku dengan muka biasa
"Kakek merasa aneh banget" gumam kakek sedikit bermasalah dalam keluarga
"Kenapa kakek ada masalah" tanya dalam lantang.
"Van, maafin sebenarnya apa yang harus ku jalani tapi setiap saat selalu bermasalah dengan pandangan orang"
"Kek, sudahlah jangan di fikirkan. Yang penting harus tahu gimana kebaikan kakek."

Seingat suasana kakek jadi begini. Semenjak mengunjungi kuburan kakek. Tempat istirahat untuk kakek sejak tahun 2001. K.H Ahmad Suyono salah satu tokoh Addimiyati. Ia mendirikan sejak lama. Kakekku telah mengabdi dan mengasihi kita. Yang menjadi bahan pertanyaan dalam kuburan kakek berupa pemikiran sudut pandang secara kritis.
"Apakah lupa masa kecil ketika bertemu dengan kakek dan mengapa kehidupan selalu bermasalah dengan kejiwaan?" Sampai sekarang aku pasti belum menemukan jawaban.

Semasa kecil saat bersekolah merasa ada sedikit bingung dengan pelajaran apalagi guru menatapku secara mata ke mata. Seiring guru memberikan pertanyaan kepadaku cuman aku sedikit gugup.

"Ivan" sapa Guru terlalu biasa
"Iya Bu Guru ada apa?"
"Kamu ke sini untuk bersekolah. Apa tujuan kamu masuk sekolah islam?" Tanya Guru dengan menggunakan pemikiran secara kritis.
Aku sedikit mengeluh
Sebelum di jawab ada selalu 2 kemungkinan. Pertama apabila ia betah lalu mendalami ilmu agama maka ia akan terjebak dalam suasana. Kedua bila aku berhenti dari sekolah maka seolah-olah orang tua sem akin tenggang terhadap perilaku anak. Sebagai respondensi aku memutuskan untuk berhenti sekolah karena tak betah dengan komunikasi antar guru dan anak. Sepulang sekolah aku terlalu khawatir dengan interaksi. Sayangnya belum pasti jelas kapan kesadaran bisa kembali? Jalan hari dengan apa adanya.

Semenjak ingat kembali misteri dialog antara aku dan guru menjadi sebuah kunci rahasia kehidupan semasa kecil. Apapun resiko belum sampai pada berlanjut usia serta pesan terakhir sebelum keluarga kita pindah ke Surabaya.

No comments:

Post a Comment

Pemuda Pulang Kampung walau Orang Tua Tiada

Pemuda itu berjalan, langkahnya berat dan lesu, Di kota besar, dia mencari pekerjaan, namun tak kunjung berhasil, Hatinya penuh kekecewaan, ...