Friday 19 February 2016

Thunderstorm of The Stream

Sejak kelas 5 SD aku menempatkan di kelas reguler. Bayangkan suasana kelas makin kacau apalagi melihat situasi yang kurang seru. Apalagi mengingat daya ingat makin naik. Pelajaran demi pelajaran telah menguasai dulu ujung-ujung menimbulkan permasalahan. Masalah yang terjadi ini berat lho. Te man-teman melirikku bahwa aku sebagai orang tidak berkemanusiaan terhadap perilaku di sekolah. Dyah Ayu menatapku kejam sekali dan di kira ternyata perkataan yang nggak jelas.
"Hey kau cemen!" Sindir Ayu memanggilku Cemen.
"Apa yang kau lakukan" gumamku agak sedikit malu
"Jangan kau mendekatiku dan teman-teman" Jelas Ayu memberikan larangan dalam sahabat
"Emangnya nggak boleh"
"Tak bol....."
"Kau pelakunya......" Ucap X selalu meredam konflik
"Siapa kau" Tanya Ayu menggarut kepala.
"Ivan larilah dari tempat tersebut"
"Tunggu siapa kau?"
"Cepat larilah!!!"
"Aku serahkan padamu tanpa nama" Kata aku menghargai ucapan mereka dan lari dari tempat.
Tak menyangka ada seseorang yang ingin membalas amarah begitu parah. Ayu heran siapa sosok tersebut. Sosok ini muncul ketika Petir menghampiri tempat. Memang orang memiliki elemen listrik. Tidak ada bukti sama sekali kemana tujuan sosok tersebut.

Aku terus lari dari tempat. Vina berhenti di lapangan. Kemungkinan aku tidak tahu apa sebenarnya yang ku tuju. Aku berfikir dalam hati "Bagaimana caranya aku ngomong dengan Vina. Apa jangan-jangan ia membalas budi karena punya tujuan yang berbeda-beda atau bukan ya."
Aku melangkahi pelan-pelan anggaplah obrolan santai. Badai pasti tertiup angin putin beliung.
"Ivan" Sapa Vina
"Iya Vina. Kau ngapain?" Jawabku secara lontar dalam ucapan
"Kau tahu Ivan mengapa akhir akhir ini masih sadar kembali?"
"Sebenarnya aku tahu karena jiwaku dan....."
"Sudah terbukti gara-gara kakekmu wafat aku sudah melihat gambaran dari sisi hidup"
"Darimana kau tahu tentang gambaran kakekku."
"Lihatlah kekuatan fisikmu. Dan kau akan....."
"Diam kau brengsek! Kau sudah berbeda dari kekanak-kanakan."
"Aku lah yang menjadi incaran adalah kau"
Aku heran sekali kesadaran Vina sudah berbeda dengan pembicaraan. Walaupun kelas 5 masa perbedaan sifat maka aku memilih untuk memecahkan persoalan tersebut.

Sama sekali curiga Vina meninggalkan diri dan sebuah  pesan terakhir menjadi. persahabatan. X dan Ayu masih memecahkan permasalahan perilaku tetapi cuaca hujan telah turun secara lebat.
"Ayu. Sebenarnya kau ini mengancam teman utama. Kecamkan baik-baik."
"Aku tidak mengerti perkataanmu. Bebaskan secara mungkin nikmati bebas daripada kamu"
"Jadi kau begitu ya?"
"Ya. Sungguh cengesan banget kau habis ke tabrak cewek untuk melindungi hak warga hanya cara terburuk untuk kamu. Kau memang menjijikan tahu."
"Menjijikan ya. Kalo begitu hukuman akan menerima sebagai perkataan buruk bagi kamu."
"Hey Bapak nggak pintar"
"Selamat tinggal orang kafir"
Petir menyambar Ayu sebagai menerima hukuman kepada perkataan yang mengandung tercela. Tiba-tiba aku mendengar kematian teman sekelas dan langsung kembali ke tempat. Suasana sudah terlambat. Kini Ayu berbaring karena menyambar petir pada bagian tubuh.

Nyawa sudah tak tertolong lagi. sudah seharusnya Aku tetap mengabdi pada teman malah berujung konflik. Aku duduk dan merenung saja. Tragisnya jasad teman tersebut memasukkan ke liang kubur. Aku menangis dengan kejadian seperti itu. Sosok muncul kembali.

Mungkin aku melirik sosok yang tadi menyelamatkan dari konflik. Baliknya justru menanyakan beberapa hal.
"Sebenarnya anda ini siapa?" Tanyaku mengenai sosok.
"Belum saat yang tahu siapa yang sebenarnya?" Jawab X masih menyembunyikan nama tersebut.
Manusia X mempunyai kekuatan yang terkait dengan elemen petir. Sejak usia 35 tahun ia menempuh kuliah S-2 Psikologi. Ia yang makin memprihatikan mengapa manusia tidak bisa terkontrol. Mahasiswa masih menjalankan tugas kuliah maka X ini melakukan perpecahan di dalam sekolah tersebut. Di kelas 3 ia menemukan bekas pembunuhan tiba-tiba si Shofiana berdatangan di lokaso kejadian. Ia menyangka bahwa siswa SD membunuh siswa yang terjangkit narkoba. Belum pasti jelas siapakah pelaku tersebut.

"Ingat semua ini adalah perpecahan masa lalu untuk dan kau harus menemukan titik kelemahan." Sahut X memberikan kode padaku dan memerintahkan untuk mencari solusi tersebut.
"Jadi begini suasana ini jadi memburukan"
Tiada pasti kemanakah Vina pergi. Aku mempersiapkan senjata untuk memberantas kasus tersebut serta mengejar Vina yang sudah pergi dari kota tersebut. Aku menjelajah ke daerah demi mengatasi walaupun hujan dan angin menyelimuti semangat mencari kebenaran. Inilah tujuan yang sebenarnya. Vina aku akan pulang ke Rumahmu.

No comments:

Post a Comment

Pemuda Pulang Kampung walau Orang Tua Tiada

Pemuda itu berjalan, langkahnya berat dan lesu, Di kota besar, dia mencari pekerjaan, namun tak kunjung berhasil, Hatinya penuh kekecewaan, ...