Sunday 28 February 2016

Reason 3 : Problem Life for Me

Reason 3 : Problem Life for Me

Sepulang ngaji ada sedikit nggak beres. Wulan dan Ayu sudah mengerti perkataan dariku. Mungkin belum jelas investigasi masih berlanjut. Devi dan Retno melihatku dengan kurang senang. Ia rencana untuk mengejar kasus untuk mengetahui seberapa jauh aku ini type cowok seperti apa? Sepertinya asyik menaiki sepeda. Aku lupa dengan berteman dengan alasan.
Bu Fauziyah mengatakan Ivan selalu hati-hati dengan temanmu karena banyak bermasalahan dengan faktamu. Jaga kerahasiaan.
Walaupun ingat nasehat maka perkataan akan selalu dikunci. Ketika malam hari orang tuaku menyuruhku untuk belajar. Paling parah sih Ayahanda. Sedangkan saya menonton tv.
"Kamu belajar ya. Nggak boleh nonton TV" batin Ayah agak santai
"Apa katamu" ucapku tidak dengar perkataan Ayah.
"Kalau akan menyeretmu jika berani sama ayah." Bentak Ayah dengan emosi tinggi.
Di paksakan lari keluar rumah akhir aku nggak punya pilihan lagi selain menonton TV. Ibu semakin kasihan dengan prihatinku. Saya memandang emosi orang tua dan mengatakan dalam jarak agak.
"Ivan kamu tahu jika menonton TV tapi harus melatih rangsangan otak dulu." Ungkap Ibu dengan tulus.
"Apanya? Untuk apa sih mengatur waktu yang sulit banget." Gumamku dikit parau.
"......." Ayah melirikku dengan sedikit marah
"Kembalilah Van. Supaya bisa berjalan besok" Ungkap Ibu mengulang perkataannya.
Karena sudah larut malam. Aku tertidur dengan membawakan hasil yang maksimal.

Di Sekolah Ia mengaku ada jejak kasus dari Vina. Hanya saja Vina selalu berngobrol dengan teman-teman sekitar. Sedangkan Aku akan mengikuti arahan Vina. Soalnya belum pasti penyebab dari keserakahan padaku. Khawatirnya mengaku bahwa aku itu sebagai mengancamkan kami. Kira-kira aku bersembunyi di tempat kami. Robby mengacaukan misiku
"Ivan, kamu ngapain sih mengikuti orang" Gumam Robby sedikit kecewa
"Nggak papa lah Robby kamu selalu mengacaukan misiku." Batinku terlalu murung
"Sudah lupakan kasus nggak jelas. Lebih baik bermain saja daripada nangkap maling jadi berat." Gagap Robby membubarkan misi indivindu.
"Lhoe sudah gila yah. Hmmm ya sudah apa nama permainannya?"
Balasku sangat sedih sambil mengikuti ucapan teman.
Karena misi gagal ia langsung hilang jejak dan terpaksa memikirkan hipotesa kasusku. Padahal sudah hampir mendekat berujung kekecewaan. Sepertinya Vina sedikit gejala dengan Ivan. Saking tanya dalam hati Sebenarnya aku ini tipe cewek terhadap apa? Mungkin pengaruh masalah dalam komposisi hidup atau cuman masalah ringan. Komponen jejakku masih deteksi tetapi terpaksa membersihkan lantai. Hal ini menganggap jejak biasa.

Sepulang Sekolah Aku berjalan menuju ke sepeda untuk pulang ke Rumah. Tiba-tiba memanggil secara mendadak.
"Berhenti Van."
"Ada Apa Vina kamu mengacaukan sahabat kami kan."
"Sudahlah Ivan begini kau yang mencariku kasus" Sahut Vina agak Jujur.
"Nggak kok aku membersihkan bagian lantai kok" Ucapku pura-pura membersihkan lantai.
"Bohong banget sih"
"Serius aku nggak papa tapi..."
"Sudah cukup pokoknya nggak mau mengikutimu selamanya."
"Pendengaranmu bagus sekali" Ucap Thouriq sedikit merayu
"Thoriq. Kamu?"
"Siapa kau?" Tanya Vina tidak mengerti.
"Thouriq Kemal Al-Ghazi" Jawab Thoriq selalu santai
"Thouriq ngapain ikut campur sama aku"
"Kelihatannya kau sedikit berbeda dengan kami. Maaf ya Vina harus cabut dan salam kenal untuk kamu Thouriq Kemal Al-Ghazi"
"Silahkan pergi ke Rumah. Vina tidak punya pengertian"
"Aku tunggu pembalasanku." Balas Vina secara tak berguna.
"Tapi Riq."
"Sudahlah Van biarkan saja. Oh ya mampir gramedia yuk."
"Oke aku suka itu"
Seiring Konflik ringan. Vina meninggalkan berdua untuk pertemuan besok. Sepulang sekolah aku dan Thoriq janjian untuk membeli buku di Gramedia. Di Gramedia Manyar sengaja saya berjalan-jalan di toko buku. Jenis buku apa saja asal sesuai kesukaanmu. Saking mengambil buku yang cocok mau atau tergantung isi buku.

Beberapa lama kemundian ia sengaja pulang sore karena janjian jadi nggak bisa ngaji. Jam 4 sore sudah mulai pembelajaran. Tak sangka duduk lalu membaca kembali study kasus yang belum terselesaikan. Tidak percaya bahwa suatu nanti Vina akan mengakhiri persahabatan. Soalnya sudah beberapa lama bersahabat dan berakhir ke jalan yang berbeda-beda tidak seperti yang dulu.

No comments:

Post a Comment

Pemuda Pulang Kampung walau Orang Tua Tiada

Pemuda itu berjalan, langkahnya berat dan lesu, Di kota besar, dia mencari pekerjaan, namun tak kunjung berhasil, Hatinya penuh kekecewaan, ...