Surat dari Aida (5)
Sebuah perjalanan yang panjang
Mengulir langit digeser awan
Benahan jiwa tersembunyi di kelam tinta
Retakan dinding disentuh jari
Mengikis darah berderu seni
Aurora tak menentu pada kalbu
Membuka senyum
Bagai matahari cemerlang dari dening-dening awan
Tidak ku menyangka
Meringkas waktu begitu jalani
Tubuh kusang penuh beredup siang
Diam-diam terputik melati
Daripada sisa daun yang berceceran
Surat tak henti membaca
Itulah takdir yang tak pernah ada
22.2.2017
No comments:
Post a Comment