Tuesday 29 November 2016

Ada Apa Dengan Rokhman? (4)

Ada Apa Dengan Rokhman? (4)

(1)
Semenjak SMA engkau membuka catatan baru
Di tengah melamun di tempat
Saat masuk tiada teman
Mencari ruangan yang jauh
Berjalan pelan di tengah orang lain serupa
Di antara guru dan kakak selalu mendengar
Dari murid baru
Jika meski belum mengenal sekalipun

Sekolah menjadi rumah ilmu
Itulah pasti bahagia
Di antara seluruh lapis kehidupan
Ia tahu mengerjakan yang ada
Sakit hati jika memarahi adek kelas kita
Tak tahu harus apa?
Ku tunggu adegan baru

(2)
Puasa telah berjalan
Mengiringi tugas dari kita
Berangkat rumah dalam mengantar orang tua saya
Di Jalan penuh sepi
Masuk tanpa perupamaan
Malu di tinggal masa yang dulu
Ia rela melanjutkan di tempat yang berbeda
Akhirnya lebihi diri
Hanya bertunggal awan

Padahal ia membantu
Untuk selesaikan pekerjaan ini
Ternyata ia rela merombak tongkat bendera
Ia tega menghabiskan waktu dengan sia-sia
Sepulang dari sini terlalu parah
Nilai kalian hanya banyak ngomong

(3)
Masa SMA itu buruk
Tiada akrab denganku
Ini merupakan benteng bagi bonek
Tak sanggup menasehati kalian
Karena moralmu penuh berantakan
Ia hanya menggeru manusiaku
Melempari emosi penuh kemarahan
Gerut sinar menyambang api melulu

Walaupun sekedar ukuran
Yang bisa berkumpul dengan gengsi
Tak melalui jalur persoalan
Problematika akan selesai setiap perasaan
Mendustakan perbuatan yang di jalani
Abaikan langkah tahu
Seumur yang ada

(4)
Hexagonal telah bersaksi
Bahwa enam kehidupan yang jalani
Satu
Seolah-olah senang berujung tragis
Tidak tentu waktu yang akan digunakan
Mengerjakan tugas di belakang waktu
Tak tahu apa-apa

Dua
Senantiasa lebih keji denganku
Seolah diam diri lalu berkhayal diri
Terpandang oleh iri

Tiga
Suasana beda dengan dua sisi
Tapi berujung drama pertama
Suka memerintahkan orang
Hanya terpatung panas hati

Empat
Selalu membuka pintu gengsi
Neraka terus merombak sampai tubuh menyiksa
Dunia tak bisa nyata
Jadi ia rela mengenggam contek massal

Lima
Tingkah laku mulai berubah
Lalu mendengarkan musik sangat tidak jelas
Hanya sekedar takaran
Hidup lebih berati

Enam
Inilah sumber akhir
Yang tidak bisa menembakkan dia
Ujian telah menanti
Tetapi mencari pengganti beban
Merombek seluruh aspek tiga tahun kehidupan
Hanya mengucapakan selamat tinggal
Untuk selamanya

(5)
Pesta mendatangkan kalangan remaja
Ia perlu ditinjau
Seperti halnya dengan pertentangan
Hanya kemungkinan pada diri kalian
Ia mencondong ke seluruh kepanahan
Melibatkan patung yang mati bekas sejarah

Prasasti akan menunjukkan seorang sosok
Pasti menyangka bahwa aliran akan menemui
Sebelum poster bertuliskan negatif
Tidak selalu mengingkari janji
Mungkin itulah bunga menggugur kewajiban

Surabaya, 29 November 2016

No comments:

Post a Comment

Pemuda Pulang Kampung walau Orang Tua Tiada

Pemuda itu berjalan, langkahnya berat dan lesu, Di kota besar, dia mencari pekerjaan, namun tak kunjung berhasil, Hatinya penuh kekecewaan, ...